Skripsi: Analisis Potensi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Di Kecamatan Singkawang Selatan Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat



1. Latar Belakang Penelitian

Pariwisata saat ini merupakan bisnis unggulan, sebagian orang membutuhkan hiburan untuk memuaskan atau membahagiakan diri (pleasure) dan untuk menghabiskan waktu luang (leisure). Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sudah tidak diragukan lagi. Pariwisata yang merupakan suatu industri dalam perkembangannya juga mempengaruhi sektor-sektor industri lain disekitarnya.

Pariwisata sesungguhnya telah dimulai sejak peradaban manusia, yang ditandai oleh adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah atau perjalanan agama lainnya. Bagi Indonesia, jejak pariwisata dapat ditelusuri kembali ke dasawarsa 1910-an, yang ditandai dengan dibentuknya VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer), sebuah badan pariwisata Belanda, di Batavia. Badan pemerintah ini sekaligus juga bertindak sebagai tour operator dan travel agent, yang secara gencar mempromosikan Indonesia. Hal ini mendapatkan respon yang sangat baik, dengan meningkatnya minat masyarakat Belanda dan Eropa untuk berkunjung ke Indonesia. Menurut Khodyat (1996), sebagai suatu fenomena yang ditimbulakn oleh perjalanan dan persinggahan manusia maka perkembangan pariwisata di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) atau tourist destination ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini.
1) Daya tarik wisata (tourist attractions)
2) Kemudahan perjalanan atau aksesibilitas ke DTW yang bersangkutan, dan
3) Sarana dan fasilitas yang diperlukan mengingat kegiatan wisata tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif.

Daerah tujuan wisata merupakan salah satu komponen penting sumber daya pariwisata. Faktor geografi merupakan faktor penting untuk pertimbangan pengembangan kepariwisataan. Pendekatan geografi yang mendasarkan pada aspek keruangan mempunyai kaitan yang erat dengan persebaran dari suatu obyek pembahasan. Pengembangan pariwisata yang menggunakan pendekatan keruangan dapat dilihat dari kedudukan obyek wisata terhadap obyek wisata yang lain, hal ini dimaksudkan untuk melihat potensi yang dimiliki obyek wisata dan adanya kemungkinan untuk dikembangkan atau berkembang (Sujali, 1989).

Pengembangan kepariwisataan tidak akan terlepas dari unsur fisik dan non-fisik. Unsur-unsur fisik dan non-fisik tersebut akan menjadi pertimbangan dalam hal yang berkaitan dengan daya dukung obyek dan pertimbangan dampak-dampak yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan. Pengembangan pariwisata secara sistematis dan arah pengelolaan itu sendiri sangat membutuhkan perhatian pemerintah, sebagaimana tercermin dalam pembentukan atau pengakuan terhadap Organisasi Pariwisata Nasional. Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam pengembangan pariwisata, diantaranya merumuskan kebijakan dalam pengembangan pariwisata dan berperan sebagai alat pengawasan kegiatan pariwisata sehingga diharapkan dapat memaksimalkan potensi daerah tujuan wisata.

Kota Singkawang terdiri dari 5 kecamatan, 3 diantaranya berbataan langsung dengan Laut Natuna yaitu Kecamatan Singkawang Utara, Kecamatan Singkawang Barat, dan Kecamatan Singkawang Selatan. Pemerintah Kota Singkawang telah menyususn rencana tata ruang wilayah yang terbagi dalam 5 bagian wilayah (lampiran 1). Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Singkawang, Kecamatan Singkawang Selatan diperuntukan sebagai kawasan lindung (cagar alam, kawasan hutan lindung, kawasan pantai berhutan bakau) dan kawasan budidaya (kawasan khusus wisata, kawasan penambangan bahan galian C, kawasan konservasi Gunung Raya Pasi dan Danau Serantangan). Sedangkan Kecamatan Singkawang Utara dan Kecamatan Singkawang Barat diperuntukan sebagai kawasan pengembangan industri, pusat pemerintahan kota, pusat pengembangan pertanian pangan, kawasan pengembangan prasarana transportasi, kawasan pelayanan sosial ekonomi.

Pengembangan obyek wisata pantai dapat menjadi wisata alam unggulan di Kota Singkawang, hal ini dikarenakan obyek wisata pantai lebih dipengaruhi oleh proses alam, sehingga tidak semua wilayah memiliki karakteristik yang sama. Kecamatan Singkawang Selatan yang diperuntukan sebagai kawasan wisata memiliki 5 obyek wisata pantai yaitu Pantai Pasir Panjang, Pantai Palm, Pantai Tanjung Bajau, Pantai Sinka dan Pantai Batu Burung. Namun pemerintah Kota Singkawang dalam hal ini baru menetapkan 4 obyek wisata pantai yang terletak di Kecamatan Singkawang Selatan sebagai daerah tujuan wisata pantai di Kota Singkawang, sedangkan obyek wisata pantai lainnya belum dikelola. Pantai yang telah dikelola tersebut adalah Pantai Pasir Panjang, Pantai Palm, Pantai Sinka, Pantai Tanjung Bajau sedangkan Pantai Batu Burung masih belum dikelola oleh pihak swasta maupun pemerintah.


Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat sebaran lokasi obyek-obyek wisata pantai mempunyai jarak yang tidak jauh dari obyek wisata yang satu ke obyek wisata yang lain dan lokasi yang berada dalam satu kecamatan akan sangat memudahkan bagi wisatawan yang berkunjung untuk menikmati potensi alam pantai meskipun lokasi obyek wisata saling berdekatan namun Pantai Batu Burung belum dikelola untuk dikembangkan menjadi obyek wisata. Berikut data jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di Kota Singkawang yang dapat dijadikan pertimbangan bahwa perlu adanya pengembangan obyek wisata pantai.


Berdasarkan tabel 1.2 data kunjungan wisatawan ke obyek wisata yang telah ditetapkan pemerintah sebagai daerah tujuan wisata di Kota Singkawang, jumlah kunjungan obyek wisata pantai mengalami peningkatan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun khususnya Pantai Sinka yang memiliki kunjungan wisatawan paling tinggi dibandingkan obyek wisata pantai lain. Selain itu dilihat dari data kunjungan wisatawan yang menunjukan wisatawan lebih tertarik mengunjungi obyek wisata alam pantai dibandingkan obyek wisata buatan seperti taman rekreasi, sehingga obyek wisata pantai di Kota Singkawang memiliki peluang untuk dilakukan pengembangan.

Berdasarkan uraian dan data tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa tidak semua obyek wisata pantai telah dikelola dan hal ini cukup disayangkan meskipun data jumlah kunjungan wisatawan pada tabel 1.2 yang menunjukan adanya kenaikan jumlah wisatawan dalam tiga tahun terakhir khususnya obyek wisata pantai. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai analisis pengembangan wisata alam pantai di Kecamatan Singkawang Selatan, adanya pengembangan kepariwisataan sangat penting dilihat dari kualitas obyek wisata dan peluang yang dimiliki sebenarnya sangat besar, maka penulis mengambil judul : “ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI DI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN KOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT”

2. Perumusan Masalah
  • Bagaimana potensi dari masing-masing obyek wisata pantai di Kecamatan Singkawang Selatan?
  • Apa kendala pengembangan obyek wisata pantai di Kecamatan Singkawang Selatan?
  • Bagaimana arahan pengembangan obyek wisata pantai di Kecamatan Singkawang Selatan?
3 Tujuan Penelitian
  • Mengetahui potensi (internal dan eksternal) dari masing-masing obyek wisata pantai di Kecamatan Singkawang Selatan.
  • Mengetahui kendala pengembangan wisata alam pantai di Kecamatan Singkawang Selatan.
  • Memberikan usulan arahan pengembangan obyek wisata di Kecamatan Singkawang Selatan.
4 Kegunaan Penelitian
  • Memberikan gambaran tentang potensi wisata pantai di Kecamatan Singkawang Selatan berdasarkan potensi yang dimiliki.
  • Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka pengembangan pariwisata di Kota Singkawang.
  • Sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program S1 Geografi pada Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
5 Tinjauan Pustaka

Geografi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1983). Geografi pariwisata yang mendasarkan pada aspek keruangan akan berpandangan bahwa variasi lokasional, variasi keruangan seperti bentuk dan luas perlu diketahui faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi variasi keruangan akan membentuk suatu kenampakan tertentu. Faktor iklim khususnya di daerah iklim tropis pada laut dangkal merupakan daerah yang sangat berpotensi untuk dikembangkan karena sangat cocok untuk pertumbuhan binatang karang dan jenis-jenis ikan (Sujali, 1989).

Menurut Koen Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya. Namun pada dasarnya, pariwisata merupakan gejala dari pergerakan manusia secara temporer dan spontan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.

Modal kepariwisataan atau sumber kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata (Suwena dan Widyatmaja, 2010). Atraksi disebut juga obyek dan daya tarik wisata yang merupakan faktor pendorong bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga:
  • Natural Resources (alami): Potensi yang dikembangkan berupa pemandangan alam seperti pegunungan, pantai, danau.
  • Atraksi Budaya: Potensi yang dikembangkan lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau kehidupan manusia antara lain arsitektur rumah tradisional di desa, candi, tarian/kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman, makanan.
  • Atraksi Buatan: Potensi yang dikembangkan menjadi atraksi wisata dipengaruhi oleh kreativitas manusia seperti acara olahraga, berbelanja, pameran, festival musik.
Atraksi-atraksi tersebut mendorong calon wisatawan untuk mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi berdasarkan motif perjalanan wisata. Daerah tujuan wisata merupakan tempat di mana segala kegiatan pariwisata dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan. Suatu daerah tujuan wisata hendaknya memenuhi beberapa syarat, yaitu: (a) sesuatu yang dapat dilihat, (b) sesuatu yang dapat dilakukan, (c) sesuatu yang dapat dibeli (Yoeti,1988).

Suatu keberhasilan pembangunan pariwisata tidak akan terlepas dari wisatawan yang merupakan konsumen produk pariwisata tersebut. Hal ini berkaitan dengan sifat industri pariwisata yakni sifat mencari keuntungan. Menurut Soekadijo (1997), dengan membangun obyek wisata saja wisatawan belum tentu berdatangan. Untuk itu obyek wisata harus diintegrasikan dengan syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu jasa pelayanan wisata, transportasi dan aktualisasi perjalanan atau pemasaran.
a). Jaringan transportasi
Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus memnuhi syarat aksesibilitas, artinya obyek wisata harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan
b). Akomodasi
Selama di tempat obyek wisata, para wisatawan juga mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup (tourist needs) yang harus disediakan.
c). Pemasaran
Tempat obyek wisata sebenarnya juga tempat kegiatan pemasaran pariwisata. Pembangunan obyek wisata yang sesuai dengan motif wisatawan berarti penawaran (supply) yang tepat dengan permintaan (demand) wisatawan sebagai konsumen.

Menurut Suwantoro (1997), pembangunan suatu obyek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki obyek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi:
a). Kelayakan finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan obyek wisata tersebut. Hal ini berkaitan dengan sifat dasar industri pariwisata yakni sifat mencari keuntungan.
b). Kelayakan sosial ekonomi regional
Studi kelayakan ini untuk melihat dampak sosial ekonomi regional yang ditimbulkan dari investasi pembangunan obyek wisata.
c). Kelayakan teknis
Studi kelayakan ini menyangkut pembangunan obyek wisata yang harus dapat dipertanggungjawabkan dengan melihat daya dukung yang ada.
d). Kelayakan lingkungan
Studi kelayakan ini berdasarkan analisis dampak lingkungan yang dijadikan sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu obyek wisata.

Perkembangan pariwisata di suatu daerah atau suatu negara akan meningkat terus dikarenakan jumlah penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu terutama jumlah penduduk kelompok umur remaja dan muda semakin tinggi, meningkatnya pendapatan perkapita sehingga meningkatkan kemampuan daya beli yang lebih tinggi, dan kemajuan-kemajuan dalam bidang transportasi membuat prospek pariwisata kedepan sangat menjanjikan bahkan memberikan peluang besar bagi perkembangan pariwisata (Soedjarwo,1978).

6 Penelitian Sebelumnya

Atik Haryanto (2006) melakukan penelitian mengenai analisis potensi obyek wisata alam di Kabupaten Cilacap. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui penyebab kurangnya jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten Cilacap dan mengetahui obyek wisata alam di Kabupaten Cilacap yang dapat dipromosikan menjadi obyek unggulan. Metode yang digunakan adalah metode survai dengan didukung oleh data sekunder tahun 2003. Hasil penelitian menunjukan obyek wisata unggulan di Kabupaten Cilacap adalah Gunung Selok dan Air Terjun Mandala memiliki skor tertinggi pada potensi gabungan sehingga dipromosikan menjadi wisata alam unggulan. Selain itu tingginya klasifikasi potensi gabungan kedua objek tersebut dipengaruhi oleh keadaan obyek wisata yang masih alami dan tidak mudah didapati di daerah lain.

Shobaril Yuliadi (2011) melakukan penelitian mengenai analisis potensi pengembangan wisata alam di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui tingkat potensi internal maupun eksternal obyek wisata alam di Kabupaten Kendal, permasalahan yang menjadi kendala pengembangan obyek wisata alam di Kabupaten Kendal dan untuk mengetahui arah pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Kendal. Metode yang digunakan adalah metode analisis data sekunder dan metode survei yang didukung dengan observasi lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa obyek wisata Air Terjun Curugsewu, Gua Kiskendo dan Pantai Sendang Sikucing memiliki potensi gabungan tinggi. Kendala yang dihadapi oleh obyek wisata alam di Kabupaten Kendal adalah rendahnya ketersediaan fasilitas obyek wisata dan aksebilitas. Dan arah dari pengembangan obyek wisata di Kabupaten kendal diprioritaskan pada obyek yeng memiliki potensi gabungan tinggi serta obyek yang memiliki potensi internal tinggi namun potensi eksternalnya sedang dan rendah.

Choirin Nisak (2012) melakukan penelitian mengenai potensi pantai untuk pengembangan pariwisata pantai di kabupaten Bantul. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui tingkat potensi dari masing-masing obyek wisata pantai di Kabupaten Bantul dan mengetahui arahan pengembangannya berdasarkan tingkat potensi obyek wisata pantai di Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan adalah analisis data sekunder dan survey dengan menggunakan sensus, kuesioner, indepth, interview dengan key person. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa obyek wisata pantai yang ada di Kabupaten Bantul termasuk dalam klas potensi wisata pantai yang sedang berkembang. Obyek wisata pantai yang tergolong tinggi/pesat tingkat pengembangannya meliputi Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo dan pola pengembangkan yang digunakan yaitu obyek wisata yang memiliki potensi pengembangan rendah terlebih dahulu disusul obyek yang memiliki potensi sedang dan tinggi.


7 Kerangka Penelitian

Pembangunan di bidang kepariwisataan merupakan salah satu terobosan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan negara. Sebagai langkah awal dalam memilih dan menentukan suatu potensi obyek wisata pantas untuk dikembangkan atau mendapatkan prioritas untuk dikembangka, sebelumnya perlu melakukan evaluasi potensi obyek wisata (Sujali,1989).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi masing-masing obyek wisata dan arah pengembangan masing-masing obyek wisata. Penilaian potensi obyek wisata dilakukan dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal dengan observasi dilapangan kemudian membuat klasifikasi tingkat perkembangan potensi obyek wisata. Sedangkan arah pengembangan ditentukan dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunitis, Threat) secara kuantitatif. Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan pengembangan yang sesuai dengan obyek wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Untuk mengetahui alur pemikiran dalam penelitian ini, maka dibuat diagram alir sebagai berikut :

8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah penelitian selanjutnya (Good dan Scates, 1954). Teknik pengukuran yang digunakan untuk membuat ukuran tertentu bagi variabel yang bersifat kualitatif adalah dengan mengkuantitatif data. Skoring dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas potensi masing-masing obyek wisata pantai. Berdasarkan latar belakang penelitian, perumusan masalah, dan tujuan yang mendasari penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa hipotesis.
a). Obyek wisata pantai Sinka di Kecamatan Singkawang Selatan mempunyai potensi gabungan paling tinggi dibandingkan obyek wisata pantai yang lain.
b). Pengembangan obyek wisata pantai di Kecamatan Singkawang Selatan mempunyai kendala, yaitu terbatasnya sarana rekreasi seperti obyek pendukung sehingga keterlibatan bersifat pasif dan kurangnya prasarana pendukung di obyek wisata seperti pusat informasi dan toko souvenir.
c). Obyek wisata pantai di Kecamatan Singkawang Selatan mempunyai kekuatan dan peluang yang besar untuk dikembangkan sehingga arahan pengembangan akan menggunakan strategi pertumbuhan (growth strategy) yaitu dengan mengembangkan produk baru.

9 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi terkait dan metode survei yang didukung dengan observasi lapangan.
  • 9.1 Penetuan Daerah Penelitian
    Pemilihan daerah dilakukan secara purposive sampling artinya pemilihan daerah penelitian disesuaikan dengan maksud yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan. Kecamatan Singkawang Selatan dipilih sebagai daerah penelitian karena dilihat dari kondisi topografi banyak sekali memiliki potensi wisata alam, khususnya wisata pantai yang sangat berpotensi untuk dikembangkan namun masih sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah daerah.
  • 9.2 Teknik Pengumpulan Data
    a. Data sekunder
    Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi-instansi terkait. Sumber-sumber data sekunder meliputi :
    1. Peta Administrasi Kota Singkawang
    2. Kota Singkawang dalam angka tahun 2012 dari BPS Kalimantan Barat
    3. Rencana Strategis (Restra) 2010 Dinas Pariwisata Kota Singkawang
    b. Observasi
    Observasi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi obyek wisata alam yang menjadi obyek penelitian. Kondisi tersebut antara lain; kondisi fisik obyek, fasilitas yang ada di obyek wisata, dan aksebilitas menuju lokasi obyek wisata dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan.
  • 9.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
    Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder dengan teknik skoring dan klasifikasi. Skoring digunakan untuk menentukan klasifikasi tingkat potensi masing-masing obyek wisata. Teknik skoring dan klasifikasi dimulai dengan tahapan :

    a. Pemilihan Variable Penelitian
    Variable penelitian mengacu pada teknik penelitian obyek wisata yang dikeluarkan oleh RIPDDA Kabupaten Pacitan dengan modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi kepariwisataan daerah.
    b. Skoring
    Skoring adalah proses memberikan nilai 1 sampai 3 dan 1 sampai 2 pada setiap variabel penelitian, baik potensi internal maupun potensi eksternal. Skor 1 diberikan untuk variabel yang memiliki kondisi obyek yang kurang mendukung pengembangan pariwisata, skor 2 diberikan untuk variabel yang memiliki kondisi obyek yang cukup mendukung pengembangan pariwisata, skor 3 diberikan untuk variabel yang sangat mendukung pengembangan pariwisata. Untuk nilai skor relatif 1 sampai 3 diberikan untuk variabel penelitian seperti: keunikan obyek wisata, kegiatan wisata, keragaman atraksi, potensi pengembangan, keadaan fisik obyek wisata, prasarana jalan menuju lokasi obyek wisata, ketersediaan angkutan umum menuju lokasi, waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten, keluasan promosi, ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik dasar, ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan sosial, dan ketersediaan fasilitas pelengkap. Adapun skor 1 sampai 2 digunakan untuk beberapa variable penelitian yang lain, seperti: daya tarik utama obyek wisata, kekuatan atrasi komponen obyek wisata, kebersihan lingkungan obyek wisata, keterkaitan antar obyek, dukungan paket wisata, pengembangan dan promosi obyek wisata.

    c. Klasifikasi potensi internal dan eksternal
    Pengklasifikasian dilakukan berdasarkan total skor variable penelitian, baik potensi internal maupun eksternal. Dengan menggunakan rumus interval :
    Keterangan :
    i = Klasifikasi
    a = Nilai skor tertinggi
    b = Nilai skor terendah
    k = Jumlah kelas interval
    Kemudian interval dibagi menjadi tiga kelas dengan klasifikasi potensi tinggi, potensi sedang, potensi rendah. Pengklasifikasian dilakukan berdasarkan total skor dari masing-masing obyek wisata.
      1. Pengklasifikasian berdasarkan skor variable potensi internal yaitu nilai skor maksimum (21) yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap skor variable, dikurangi nilai skor minimum (8) yang diperoleh dari jumlah angka minumum dari tiap skor variable sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi dengan formula sebagai berikut :
      • Kelas potensi rendah bila nilai total skor obyek wisata < 12

      • Kelas potensi sedang bila nilai total skor obyek wisata 13 - 16

      • Kelas potensi tinggi bila nilai total skor obyek wisata > 17

      2. Pengklasifikasian berdasarkan skor variable potensi eksternal yaitu nilai nilai skor maksimum (27) yang diperoleh dari jumlah angka maksimal yang ada pada tiap skor variable, dikurangi nilai skor minimum (10) yang diperoleh dari jumlah angka minimum dari tiap skor variable sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval dibagi menjadi 3 (tiga) klasifikasi dengan formula sebagai berikut :
      • Kelas potensi rendah bila nilai total skor obyek wisata < 16

      • Kelas potensi sedang bila nilai total skor obyek wisata 17 - 22

      • Kelas potensi tinggi bila nilai total skor obyek wisata > 23

      3. Pengklasifikasian gabungan berdasarkan variable penelitian menggunakan penggabungan perhitungan antara skor maksimum potensi internal dan skor maksimum potensi eksternal dikurangi dengan penggabungan skor minimum potensi internal dan potensi eksternal. Sehingga diperoleh interval. Selanjutnya interval tersebut dibagi menjadi tiga klasifikasi dengan formula sebagai berikut:
      • Kelas potensi rendah bila nilai total skor obyek wisata 18 - 28

      • Kelas potensi sedang bila nilai total skor obyek wisata 29 – 38

      • Kelas potensi tinggi bila nilai total skor obyek wisata 39 – 48
  • d. Analisis SWOT
  • Analisis SWOT digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi pengembangan obyek wisata. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan pelung (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

    Langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi obyek wisata masing-masing pantai, meliputi faktor internal dan faktor eksternal sehingga diketahui variable kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif dengan cara jumlah total faktor kekuatan (S) dibandingkan dengan jumlah total faktor kelemahan (W) dan jumlah total faktor peluang (O) dibandingkan dengan jumlah total faktor tantangan (W). Kemudian setelah hasilnya diperoleh maka dapat ditentukan strategi-strategi yang dibutuhkan untuk pengembangan obyek wisata tersebut:
    • i). Apabila obyek wisata ini memiliki kekuatan dan peluang yang besar, maka strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi pertumbuhan (Growth Strategy). Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.

    • ii). Apabila obyek wisata ini memiliki kekuatan dan tantangan yang besar, maka strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi diversifikasi. Strategi ini bertujuan untuk mengembangkan produk secara efisien dan memerlukan investasi untuk memperkuat posisinya.

    • iii). Apabila obyek wisata memiliki kelemahan yang cukup besar namun sangat berpeluang, maka strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah dengan meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan karena dikhawatirkan akan sulit untuk menangkap peluang yang ada.

    • iv). Apabila obyek wisata memiliki kelemahan dan tantangan yang cukup besar, maka strategi yang digunakan adalah strategi bertahan (defensive). Strategi ini dimaksudkan untuk mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok, namun juga berupaya memperbaiki kinerja internal.
10 Batasan Operasional
  1. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam (Oka.A.Yoeti, 1996).
  2. Wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya (Soekadijo, 1997).
  3. Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu (Oka.A.Yoeti, 1996).
  4. Obyek Wisata Alam adalah bentuk atau wujud dari obyek ini berupa pemandangan alam seperti bentuk lingkungan pegunungan, lingkungan pantai atau perairan, lingkungan hidup berupa kehidupan flora dan fauna atau bentuk yang lain (Sujali, 1989).
  5. Pengembangan pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan dalam meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri industri sampingan lainnya, memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan, meningkatkan persaudaraan nasional dan internasional (Oka.A.Yoeti, 1997).

Komentar

Popular Posts

Jenis-Jenis Port beserta Penjelasan, Gambar, dan Fungsinya Pada Console Unit

Drama : Liburan Ke Kebun Binatang

Proposal Usaha Bengkel Las Dan Bubut “Sabadha Logam”