Skripsi - Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kimia SMA Pada Materi Hidrolisis Garam Untuk Pembelajaran Kurikulum 2013


1.1 Latar Belakang

Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran  kimia sehingga  ilmu  kimia  sering  disebut  dengan  experimental science. Salah satu faktor penunjang keberhasilan dan keefektifan dalam kegiatan praktikum  kimia  adalah  adanya  Lembar  Kerja Siswa  (LKS).  LKS  merupakan salah   satu   perangkat   pembelajaran   yang   dikembangkan   oleh guru sebagai fasilitator  yang  dapat  menunjang  kegiatan  pembelajaran  dan  dapat  digunakan sebagai acuan dalam menuntun siswa untuk memahami masalah dan membantu kegiatan bernalar (Utami, 2017). Menurut Trianto (2009), LKS memuat kegiatan- kegiatan mendasar yang harus dilaksanakan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang ditempuh.

Salah satu fungsi LKS, yaitu sebagai petunjuk praktikum. LKS berisi petunjuk pelaksanaan praktikum dapat membantu guru dan siswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan praktikum, sehingga siswa memiliki kesiapan   sebelum   kegiatan   praktikum   berlangsung. Selain itu,   siswa   juga mendapatkan  gambaran tentang tujuan, manfaat, dan proses kegiatan praktikum yang dilakukannya. Widjajanti (2008) dan Kenengsih (2014) menyatakan bahwa LKS berbasis praktikum ditujukan untuk membantu dan menuntun peserta didik agar dapat bekerja secara kontinyu dan terarah. LKS ini hendaknya  juga dapat menuntun  siswa  untuk  mengembangkan   kreativitas  dan  sikap  ilmiah  dalam melaksanakan  praktikum  kimia.  Selain  itu,  LKS  juga  dapat  digunakan  untuk mengarahkan siswa dapat menemukan konsep dan mengembangkan keterampilan proses sains.

Berdasarkan Kurikulum 2013, LKS yang baik disusun berdasarkan karakteristik pendekatan ilmiah (scientific approach)  dengan menerapkan prinsip- prinsip metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi langkah-langkah observasi, perumusan  masalah,  penyusunan  hipotesis,  pengujian  hipotesis  melalui eksperimen, dan penarikan kesimpulan. Menurut Kurikulum 2013, metode ilmiah ditekankan dalam kegiatan 5M, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014). Hal ini sejalan dengan   pengertian   pendekatan saintifik,   yaitu  pengorganisasian   pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran  mengamati,  menanya, mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Melalui tahapan-tahapan dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik,   siswa   dibimbing   secara   bertahap   untuk   mengorganisasikan    dan melakukan  praktikum.  Proses  pembelajaran  dengan  pendekatan  saintifik mengubah  paradigma  proses pembelajaran  yang pada awalnya berpusat kepada guru berubah menjadi proses pembelajaran  yang berpusat pada siswa, sehingga dalam hal ini siswa yang harus aktif mencari pengetahuan dan guru hanya sebagai fasilitator.   Selain  itu,  berdasarkan   penelitian   yang  dilakukan   oleh  Hanifah, Wilujeng, dan Anjarsari (2016), menyatakan  bahwa pendekatan  saintifik sangat berpengaruh  terhadap  keterampilan  proses  sains  siswa.  Oleh  karena  itu,  guru dituntut untuk mampu mengimplementasikan pendekatan saintifik pada proses pembelajaran, khususnya dalam kegiatan praktikum.

Selain menggunakan pendekatan saintifik, komponen-komponen yang hendaknya harus ada dalam LKS yang berbasis praktikum, yaitu judul kegiatan praktikum,   tujuan   praktikum,   alat   dan bahan,   prosedur   kerja,   tabel   hasil pengamatan,  dan bahan diskusi yang berkaitan  dengan kegitan praktikum  yang dapat   membantu   siswa   dalam   menemukan   konsep,   dan   kesimpulan yang mengarah  pada  tercapainya  tujuan  praktikum  (Suyanto,  Paidi,  dan  Wilujeng, 2011).

Berdasarkan hasil prasurvei pada tanggal 5 Desember 2017 yang dilaksanakan  di  SMA  se-kota  Singaraja  yang  menerapkan  kurikulum  2013, diperoleh bahwa beberapa guru dalam melaksanakan kegiatan praktikum kimia di SMA pada materi  hidrolisis  garam tidak menggunakan  LKS yang menerapkan pembelajaran 5M untuk kegiatan praktikum, namun menggunakan LKS/petunjuk praktikum   yang   terdapat   pada   buku   teks   kimia   masih   bersifat   verifikatif (pembuktian) tanpa memberikan kesempatan siswa untuk merancang prosedur praktikum secara mandiri. Oleh karena itu, LKS yang digunakan oleh guru dalam kegiatan praktikum memiliki kekurangan, yaitu belum sepenuhnya menggunakan pendekatan  saintifik sehingga  LKS tersebut  belum bisa membantu  siswa untuk berpikir ilmiah. LKS tersebut juga belum mampu menuntun siswa untuk mencari dan menemukan konsep hidrolisis garam secara mandiri sehingga proses pembelajaran  kimia  berlangsung  tidak  efektif.  LKS  yang digunakan  oleh  guru berupa instruksi langsung, hal ini menyebabkan tidak dapat berkembangnya kemampuan berpikir siswa sehingga kegiatan praktikum yang dilaksanakan tidak memberikan   pengalaman   pada   siswa   untuk   membuat hipotesis,   merancang prosedur kerja, menguji kebenaran hipotesis, serta menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Salah satu solusi dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan  Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia SMA pada materi hidrolisis garam untuk pembelajaran kurikulum 2013, sehingga diperoleh LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik yang layak digunakan pada kegiatan pembelajaran kimia di SMA. Selain itu, dengan adanya LKS ini dapat mendorong siswa  untuk  mencari  dan  menemukan  konsep  hidrolisis  garam  secara  mandiri melalui praktikum kimia sehingga sesuai dengan proses pembelajaran Kurikulum
2013.



1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan  uraian  latar  belakang  di  atas,  pengembangan  LKS  kimia SMA  pada  materi  hidrolisis  garam  untuk  pembelajaran   2013  didasari  oleh beberapa permasalahan pokok sebagai berikut.
  1. LKS   yang   digunakan    di   sekolah   belum   sepenuhnya    sesuai   dengan pembelajaran kurikulum   2013   sehingga   LKS   tersebut   belum   mampu membantu siswa dalam membangun/mengkontruksi  konsep hidrolisis garam yang dipelajarinya, sedangkan kurikulum 2013 menuntut siswa mampu menemukan konsepnya secara mandiri.

  2. LKS   yang   digunakan   di   sekolah   berupa   instruksi   langsung,   hal   ini menyebabkan   tidak   dapat   berkembangnya    kemampuan   berpikir   siswa sehingga  kegiatan  praktikum  yang  dilaksanakan  tidak  memberikan pengalaman pada siswa untuk membuat hipotesis, merancang prosedur kerja, menguji kebenaran hipotesis, serta menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan  identifikasi  masalah  di atas, penelitian  ini difokuskan  pada pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia SMA yang mencakup kegiatan praktikum pada materi hidrolisis garam untuk menyelesaikan permasalahan terkait penggunaan LKS pada kegiatan praktikum yang belum sepenuhnya sesuai dengan pembelajaran   kurikulum   2013,   sehingga   LKS  yang  dikembangkan tersebut mampu  membantu  siswa  dalam  membangun/mengkontruksi   konsep  hidrolisis garam  yang  dipelajarinya.  Serta  memberikan  pengalaman  pada  siswa  untuk membuat hipotesis, merancang prosedur kerja, menguji kebenaran hipotesis, serta menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan  uraian  dari  latar  belakang  di  atas,  dapat  dibuat  rumusan masalah sebagai berikut.

  1. Bagaimanakah  karakteristik  Lembar  Kerja  Siswa  (LKS)  kimia  SMA  pada materi hidrolisis garam untuk pembelajaran kurikulum 2013 hasil pengembangan?

  2. Bagaimanakah  tanggapan  ahli  dan  praktisi  terhadap  Lembar  Kerja  Siswa (LKS)   kimia SMA   pada   materi   hidrolisis   garam   untuk   pembelajaran kurikulum 2013 hasil pengembangan?

  3. Bagaimanakah  tanggapan siswa terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia SMA pada materi hidrolisis garam untuk pembelajaran kurikulum 2013 hasil pengembangan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan  rumusan  masalah  di atas, tujuan  yang ingin dicapai  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Mendeskripsikan  karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia SMA pada materi hidrolisis garam untuk pembelajaran kurikulum 2013 hasil pengembangan.

  2. Mendeskripsikan  tanggapan  ahli dan praktisi  terhadap  Lembar  Kerja Siswa (LKS)   kimia SMA   pada   materi   hidrolisis   garam   untuk   pembelajaran kurikulum 2013 hasil pengembangan.

  3. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia SMA pada materi hidrolisis garam untuk pembelajaran kurikulum 2013 hasil pengembangan.

1.6 Manfaat Penelitian
  • Manfaat Teoritis
  • Secara teoretis, manfaat hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi perangkat pembelajaran khususnya LKS sebagai upaya menciptakan kegiatan  praktikum  kimia  pada  materi  hidrolisis  garam  yang  sesuai  dengan pembelajaran kurikulum 2013.

  • Manfaat Praktis 
    1. Bagi siswa, LKS kimia SMA pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam melaksanakan kegiatan praktikum yang sesuai dengan kurikulum 2013.

    2. Bagi guru, LKS kimia SMA pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk dalam melaksanakan kegiatan praktikum di sekolah.

    3. Bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan  gambaran bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan LKS pada materi maupun bidang studi lainnya.
1.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah model pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2011). Tahapan dalam penelitian ini, antara lain tahap penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan produk, dan uji coba terbatas. Penelitian ini hanya sampai pada tahap uji coba terbatas karena terbatasnya waktu dan biaya.


Download Full Konten disini !

Komentar

Popular Posts

Proposal Usaha Bengkel Las Dan Bubut “Sabadha Logam”

Jenis-Jenis Port beserta Penjelasan, Gambar, dan Fungsinya Pada Console Unit

Drama : Liburan Ke Kebun Binatang