Skripsi Pengembangan Aplikasi Text Mining Untuk Mengubah File Teks Yang Menggunakan Bahasa Alay Ke Dalam Bahasa Indonesia Yang Sesuai EYD


SKIRPSI - APLIKASI TEXT MINING  UNTUK MENGKONVERSI BAHASA ALAY KE DALAM BAHASA INDONESIA BERBASIS WEB


    Bahasa alay merupakan bahasa pergaulan anak remaja yang berasal dari kelompok-kelompok tertentu yang sering disebut dengan anak layangan (anak kampung). Bahasa ini tidak mempunyai aturan penulisan yang pasti karena cenderung menggunakan gaya bahasa santai dan tidak memperhatikan norma kesopanan. Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenarnya diciptakan untuk kalangan terbatas justru berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan bahasa sehari-hari. Keberadaan bahasa alay sudah mengubah gaya hidup generasi muda khusunya anak remaja pelajar.
            Dampak dari kebiasaan menggunakan bahasa alay di kalangan anak remaja pelajar juga akan mempengaruhi pemilihan kata pada saat penulisan file laporan atau file dokumen lainnya yang notabene harus bersifat formal. Secara tidak sadar terkadang mereka menggunakan kata-kata alay atau cenderung menyingkat kata yang tidak biasa dalam laporan yang dibuatnya, yang tentunya tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud untuk mengembangkan aplikasi yang mampu mengubah bahasa alay ke dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan menggunakan algoritma text mining dalam sebuah file teks. Sistem akan mengembalikan hasil pencarian kepada user yang berupa list dari kata-kata bahasa alay yang ditemukan dari dokumen serta mengganti kata-kata tersebut secara otomatis.
            Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan script PHP, AJAX sebagai bahasa pemrograman, dan MySQL sebagai pengolah database. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada manusia khususnya kalangan intelektual untuk mengecek dan mengubah keberadaan bahasa alay dalam dokumen yang dibuatnya.

Kata kunci: Penelitian pengembangan, bahasa alay, EYD, text mining, file teks, dokumen.

SKRIPSI


DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN

















Menyetujui,

Pembimbing I,





Made Windu Antara Kesiman, S.T., M.Sc NIP 19821111 200812 1 001
Pembimbing II,





I Gede Mahendra Darmawiguna, S.Kom., M.Sc
NIP 19850104 201012 1 004


Skripsi oleh Kadek Anggaradana ini

telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 4 Februari 2013




Dewan Penguji




I Made Gede Sunarya, S. Kom., M. Cs.                                         Ketua
NIP 198307252008011008





Made Windu Antara Kesiman, S.T., M.Sc.,                                   Anggota
NIP 19821111 2008121001




I Gede Mahendra Darmawiguna, S.Kom., M.Sc.,                         Anggota
NIP 19850104 2010121004






Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja guna memenuhi syarat-syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Pendidikan



pada:
            Hari                 : .................................................
            Tanggal           : .................................................




Mengetahui:

Ketua Ujian,





I Gede Sudirtha, S.Pd., M.Pd
NIP 197106161996021001
Sekretaris Ujian,





Made Windu Antara Kesiman, S.T., M.Sc.
NIP 19821111 2008121001




Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik dan Kejuruan



Dra. I Dewa Ayu Made Budyani, M.Pd
NIP 1965012619921102001

PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Pengembangan Aplikasi Text Mining untuk Mengubah File Teks yang Menggunakan Bahasa Alay ke dalam Bahasa Indonesia yang sesuai EYD” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.


Singaraja, 4 Februari 2013 
Yang membuat pernyataan,



Kadek Anggaradana






Motto






PRAKATA


Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Aplikasi Text Mining untuk Mengubah File Teks yang Menggunakan Bahasa Alay ke dalam Bahasa Indonesia yang sesuai EYD tepat pada waktunya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan segala fasilitas pendukung lainnya sehingga dapat memperlancar penyelesaian skripsi ini. Maka melalui kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1.     Ibu Dra. I Dewa Ayu Made Budyani, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Kejuruan, telah memberikan pengarahan baik selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
2.     Bapak Made Windu Antara Kesiman, S.T., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Informatika sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.     Bapak I Gede Mahendra Darmawiguna, S.Kom., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.     Staf dan dosen pengajar di lingkungan FTK khususnya Jurusan Pendidikan Teknik Informatika.
5.     Bapak, Ibu, kakak beserta seluruh keluarga besar penulis yang teramat banyak membantu penulis baik dalam pembuatan skripsi ataupun mendukung penulis baik secara moral atau materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
6.    Luh Eni Indrayani kekasih tercinta yang selalu setia mendampingi dan sekaligus memberikan dukungan serta inspirasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
7.    Adi, Ayux, Melon_Crew, keluarga besar ICT SMAN 3 Singaraja dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan semangat dan inspirasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
8.     Notebook penulis yang setia membantu dalam pengerjaan siang ataupun malam, serta motor penulis yang setia membantu penulis.
9.    Semua pihak yang telah bersedia untuk membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga pada kesempatan ini pula penulis mengharapkan adanya kritik serta saran-saran dari pembaca demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat, baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

    Singaraja, 4 Februari 2013            

  Penulis



PENGEMBANGAN APLIKASI TEXT MINING UNTUK MENGUBAH FILE TEKS YANG MENGGUNAKAN BAHASA ALAY KE DALAM BAHASA INDONESIA YANG SESUAI EYD



Oleh
Kadek Anggaradana, NIM 1015057121
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika
Email: angara_dana@ymail.com


ABSTRAK


            Bahasa alay merupakan bahasa pergaulan anak remaja yang berasal dari kelompok-kelompok tertentu yang sering disebut dengan anak layangan (anak kampung). Bahasa ini tidak mempunyai aturan penulisan yang pasti karena cenderung menggunakan gaya bahasa santai dan tidak memperhatikan norma kesopanan. Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenarnya diciptakan untuk kalangan terbatas justru berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan bahasa sehari-hari. Keberadaan bahasa alay sudah mengubah gaya hidup generasi muda khusunya anak remaja pelajar.
            Dampak dari kebiasaan menggunakan bahasa alay di kalangan anak remaja pelajar juga akan mempengaruhi pemilihan kata pada saat penulisan file laporan atau file dokumen lainnya yang notabene harus bersifat formal. Secara tidak sadar terkadang mereka menggunakan kata-kata alay atau cenderung menyingkat kata yang tidak biasa dalam laporan yang dibuatnya, yang tentunya tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud untuk mengembangkan aplikasi yang mampu mengubah bahasa alay ke dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan menggunakan algoritma text mining dalam sebuah file teks. Sistem akan mengembalikan hasil pencarian kepada user yang berupa list dari kata-kata bahasa alay yang ditemukan dari dokumen serta mengganti kata-kata tersebut secara otomatis.
            Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan script PHP, AJAX sebagai bahasa pemrograman, dan MySQL sebagai pengolah database. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada manusia khususnya kalangan intelektual untuk mengecek dan mengubah keberadaan bahasa alay dalam dokumen yang dibuatnya.

Kata kunci: Penelitian pengembangan, bahasa alay, EYD, text mining, file teks,
                   dokumen.


DAFTAR ISI




LAMPIRAN....................................................................................................... 125


DAFTAR TABEL






DAFTAR GAMBAR








BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG

            Pada kehidupan sehari-hari bahasa memberikan peranan yang penting sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi akan menumbuhkan adanya konsep diri, pengaktualisasian diri, serta dapat memupuk hubungan dengan orang lain. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan pikiran atau  perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
            Dalam proses komunikasi, bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Atau bisa diartikan sebagai penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.
            Bahasa dan masyarakat akan selalu menjadi pasangan yang mengisi satu sama lain, karena adanya interaksi sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, sebenarnya masih ada alat lain untuk berkomunikasi akan tetapi bahasa mungkin yang terbaik dalam berkomunikasi. Didalamnya ada penutur dan


juga tindak tutur, bahasa yang bersifat universal sangat memungkinkan untuk melahirkan kata-kata atau padanan baru dalam bahasa tersebut.
            Bahasa hanya bisa muncul akibat adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Dalam proses interaksi, orang yang lebih aktif melakukan komunikasi akan mendominasi interaksi tersebut. Maka tidak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan berkembang.
            Saat ini kita sudah sangat sering dan sangat familiar sekali dengan yang namanya komunitas anak layangan atau yang lebih dikenal dengan nama alay. Alay itu sendiri adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling santer adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yang sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay dapat diartikan sebagai “anak  kampung”, karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan. Gejala anak layang ini biasanya ditunjukan dengan cara mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan.
            Bahasa alay dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang bersifat sementara yang biasanya berupa singkatan menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek dan mencampurkan huruf besar dan kecil membentuk sebuah kata maupun kalimat. Bahasa alay lebih sering digunakan oleh anak-anak remaja seumuran SMP, SMU maupun mahasiswa, yang secara tidak langsung bahasa tersebut menjadi suatu budaya. Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenarnya diciptakan untuk kalangan terbatas justru berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan bahasa sehari-hari. Hal itu, karena terjadi kebocoran ragam bahasa. Bocor dari kelompok sosial tertentu ke kelompok sosial lainnya.
            Dampak dari kebiasaan menggunakan bahasa alay juga akan mempengaruhi pemilihan kata pada saat penulisan file laporan atau file dokumen lainnya yang notabene harus bersifat formal (sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar). Secara tidak sadar terkadang mereka menggunakan kata-kata alay atau cenderung menyingkat kata yang tidak biasa dalam laporan yang dibuatnya, yang tentunya tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Atau dengan kata lain bahasa alay dapat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari sehingga mempengaruhi bahasa tulis anak-anak muda.
            Langkah awal yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu file dokumen mangandung bahasa alay atau tidak adalah dengan cara mengecek isi file dokumen dari awal sampai akhir dan kemudian mengganti kata alay tersebut dengan kata baku yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika hal tersebut dilakukan secara manual bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang rumit, asalkan kita sudah mengetahui karakteristik atau bentuk-bentuk dari bahasa alay. Namun yang menjadi permasalahan adalah apabila isi dan jumlah dari file dokumen dalam satuan besar, maka kita akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengecek apakah di dalam dokumen masih terdapat bahasa alay atau tidak.
            Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud untuk mengembangkan aplikasi yang mampu mengubah bahasa alay ke dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan menggunakan algoritma text mining dalam sebuah file teks. Sistem ini nantinya diharapkan mampu membantu seorang penulis untuk mengecek apakah dalam file dokumen yang dibuatnya masih mengandung bahasa alay atau tidak. Sistem akan mengembalikan hasil pencarian kepada user yang berupa list dari kata-kata bahasa alay yang ditemukan dari dokumen tersebut dan kemudian sistem mengganti kata-kata tersebut secara otomatis.

1.2   RUMUSAN MASALAH

            Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan untuk dicari solusinya adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana rancang bangun pengembangan aplikasi text mining untuk mengubah file teks yang menggunakan bahasa alay ke dalam bahasa Indonesia yang sesuai EYD?
2.      Bagaimana implementasi rancangan pengembangan aplikasi text mining untuk mengubah file teks yang menggunakan bahasa alay ke dalam bahasa Indonesia yang sesuai EYD?

1.3   BATASAN MASALAH

            Adapun batasan masalah dari pembuatan tugas akhir ini adalah:
1.      Preprocessing hanya dilakukan pada file dokumen teks yang menggunakan bahasa Indonesia.
2.      File dokumen yang bisa di input-kan ke dalam sistem adalah file dengan ekstensi *.txt.
3.      Format EYD yang dimaksud dalam sistem ini yaitu kebanyakan hanya mengubah teks yang diprediksi alay oleh sistem ke dalam bahasa Indonesia yang lebih familiar (mudah dipahami).

1.4    TUJUAN PENELITIAN

            Adapun tujuan dari pengembangan aplikasi text mining untuk mengubah file teks yang menggunakan bahasa alay ke dalam bahasa indonesia yang sesuai EYD adalah sebagai berikut.
1.      Membuat rancang bangun pengembangan aplikasi text mining untuk mengubah file teks yang menggunakan bahasa alay ke dalam bahasa Indonesia yang sesuai EYD.
2.      Mengimplementasikan aplikasi text mining untuk mengubah file teks yang menggunakan bahasa alay ke dalam bahasa Indonesia yang sesuai EYD.

1.5   MANFAAT PENELITIAN

            Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah tersedianya aplikasi yang mampu mencari atau menemukan keberadaan kata-kata yang tergolong bahasa alay dalam sebuah file dokumen, yang dapat membantu korektor untuk mengecek apakah dalam sebuah file dokumen masih mengandung bahasa alay atau tidak. Adapun beberapa manfaat aplikasi ini adalah sebagai berikut.
1.      Manfaat Teoritis
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan akan mampu menambah wawasan serta lebih mengerti, memahami dan menerapkan teori-teori yang didapat selama proses perkuliahan.
2.      Manfaat Praktis
a.       Pembuat Dokumen
Aplikasi ini dapat membantu si pembuat dokumen untuk mengecek apakah dokumen yang dibuatnya sudah sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b.      Pemerhati Bahasa Indonesia
Mengetahui seberapa jauh perkembangan bahasa alay di tengah-tengah masyarakat dalam pembuatan dokumennya yang tentunya dapat merusak ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1    DATA MINING

            Data mining, merupakan topik yang akhir-akhir ini sering dibicarakan oleh kebanyakan orang, terutama di kaum intelektual dan akademisi. Data mining merupakan proses analisa dari sekumpulan (terkadang sangat besar) data pengamatan untuk menemukan adanya hubungan-hubungan yang tidak terduga sebelumnya dan untuk merangkum data yang menjadi bentuk yang mudah dimengerti dan berguna bagi pemilik data. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep data mining berhubungan dengan data dalam jumlah yang sangat besar. Tujuan  dari data mining adalah berusaha mencari manfaat dari sekumpulan data tersebut.
            Dilihat dari disiplin ilmu yang digunakan, data mining merupakan ilmu multi disiplin. Data mining menyangkut berbagai disiplin ilmu seperti database, kecerdasan buatan (artificial intelligence), information science (ilmu informasi), high performance computing, visualisasi, machine learning, statistik, neural networks (jaringan syaraf tiruan), pemodelan matematika, information retrieval dan information extraction serta pengenalan pola. Saat ini data mining juga berkembang menjadi berbagai konsep ilmu lain, seperti misalnya text mining.


2.1.1   Model Data Mining

            Dalam perkembangan teknologi data mining, terdapat model atau mode yang digunakan untuk melakukan proses penggalian informasi terhadap data-data yang ada. Model data mining dapat dibagi  menjadi dua bagian yaitu verification model dan discovery model.
a.      Verification Model
            Model ini menggunakan perkiraan (hypothesis) dari pengguna, dan melakukan test terhadap perkiraan yang diambil sebelumnya dengan menggunakan data-data yang ada. Penekanan terhadap model ini adalah terletak pada user yang bertanggung jawab terhadap penyusunan perkiraan (hypothesis) dan permasalahan pada data untuk meniadakan atau menegaskan hasil perkiraan (hypothesis) yang diambil.
            Sebagai contoh misalnya dalam bidang pemasaran, sebelum sebuah perusahaan mengeluarkan suatu produk baru kepasaran, perusahaan tersebut harus memiliki informasi tentang kecenderungan pelanggan untuk membeli produk yang akan dikeluarkan. Perkiraan (hypothesis) dapat disusun untuk mengidentifikasikan pelanggan yang potensial dan karakteristik dari pelanggan yang ada. Data-data tentang pembelian pelanggah sebelumnya dan data tentang keadaan pelanggan, dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antara pembelian dan karakteristik pelanggan untuk menetapkan dan menguji target yang telah diperkirakan  sebelumnya. Dari keseluruhan operasi yang ada selanjutnya dapat dilakukan penyaringan dengan cermat sehingga jumlah perkiraan (hypothesis) yang sebelumnya  banyak akan menjadi semakin berkurang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Permasalahan utama dengan model ini adalah tidak ada informasi baru yang dapat dibuat, melainkan hanya pembuktian atau melemahkan perkiraan (hypothesis) dengan data-data yang ada sebelumnya. Datadata yang ada pada model ini hanya digunakan untuk membuktikan mendukung perkiraan (hypothesis) yang telah diambil sebelumnya. Jadi model ini sepenuhnya tergantung pada kemampuan user untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang ingin digali dan diperoleh informasinya.
b.      Discovery Model
            Model ini berbeda dengan verification model, dimana pada model ini sistem secara langsung menemukan informasi-informasi penting yang tersembunyi dalam suatu data yang besar. Data-data yang ada kemudian dipilah-pilah untuk menemukan suatu pola, trend yang  ada, dan keadaaan umum pada  saat  itu  tanpa adanya campur tangan dan tuntunan dari pengguna. Hasil temuan ini menyatakan fakta-fakta yang ada dalam data-data yang ditemukan dalam waktu yang sesingkat rnungkin. Sebagai contoh, misalkan sebuah bank ingin menemuan kelompok-kelompok pelanggan yang dapat dijadikan target suatu produk yang akan dikeluaran.
            Pada data-data yang ada selanjutnya diadakan proses pencarian tanpa adanya proses perkiraan (hypothesis) sebelumnya. Sampai akhirnya semua pelanggan dikelompokan berdasarkan karakteristik yang sama.

2.1.2   Tahapan Data Mining

            Data-data yang ada, tidak dapat langsung diolah dengan menggunakan sistem data mining. Data-data tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal, dan waktu komputasinya lebih minimal. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses data mining antara lain:
a.       Basis Data Relasional
            Dewasa ini, hamper semua data bisnis disimpan dalam basis data relasional. Sebuah model basis data relasional dibangun dari serangkaian tabel, setiap tabel disimpan sebagai sebuah file. Sebuah tabel relasional terdiri dari baris dan kolom. Kebanyakan model basis data relasional saat ini dibangun diatas lingkungan OLTP. OLTP (Online Transaction Processing) adalah tipe akses yang digunakan oleh bisnis yang membutuhkan transaksi konkuren dalam jumlah besar. Bentuk data yang tersimpan dalam basis data relasional inilah yang dapat diolah oleh sistem data mining.
b.      Ekstraksi Data
            Data-data yang dikumpulkan dalam proses transaksi seringkali ditempatkan pada lokasi yang berbeda-beda. Maka dari itu dibutuhkan kemampuan dari sistem untuk dapat mengumpulkan data dengan cepat. Jika data tersebut disimpan dalam kantor regional, seringkali data tersebut di-upload ke sebuah server yang lebih terpusat. Ini bisa dilakukan secara harian, mingguan, atau bulanan tergantung jumlah data, keamanan dan biaya. Data dapat diringkas dulu sebelum dikirimkan ke tempat penyimpanan pusat.
c.       Transformasi Data
            Transformasi data melakukan peringkasan data dengan mengasumsikan bahwa data telah tersimpan dalam tempat penyimpanan tunggal. Pada langkah terakhir, data telah diekstrak dari banyak basis data ke dalam basis data tunggal. Tipe peringkasan yang dikerjakan dalam langkah ini mirip dengan ringkasan yang dikerjakan selama tahap ekstraksi. Beberapa perusahaan memilih untuk menngkas data dalam sebuah tempat penyimpanan tunggal. Fungsi-fungsi aggregate yang sering digunakan antara lain: summarizations, averages, minimum, maximum, dan count.
d.      Pembersihan Data
            Data-data yang telah terkumpul selanjutnya akan mengalami proses pembersihan. Proses pembersihan data dilakukan untuk membuang record yang keliru, menstandarkan atribut-atribut, merasionalisasi struktur data, dan mengendalikan data yang hilang. Data yang tidak konsisten dan banyak kekeliruan membuat hasil data mining tidak akurat. Adalah sangat penting untuk membuat data konsisten dan seragam. Pembersihan data juga dapat membantu perusahaan untuk mengkonsolidasikan record. Ini sangat berguna ketika sebuah perusahaan mempunyai banyak record untuk seorang pelanggan. Setiap record atau file pelanggan mempunyai nomor pelanggan yang  sama, tetapi informasi dalam tiap file-nya berbeda.
e.       Bentuk Standar
            Selanjutnya setelah data mengalami proses pembersihan maka data ditranfer kedalam bentuk standar. Bentuk standar adalah adalah bentuk data yang akan diakses oleh algoritma data mining. Bentuk standar ini biasanya dalam bentuk spreadsheet like. Bentuk spreadsheet bekerja dengan baik karena baris merepresentasikan kasus dan kolom merepresentasikan feature.
f.       Reduksi Data dan Feature
            Setelah data berada dalam bentuk standar spreadsheet perlu dipertimbangkan untuk mereduksi jumlah feature. Ada beberapa alasan untuk mengurangi jumlah feature dalam spreadsheet kita. Sebuah bank mungkin mempunyai ratusan feature ketika hendak memprediksi resiko kredit. Hal ini berarti perusahaan mempunyai data dalam jumlah yang sangat besar. Bekerja dengan data sebanyak ini membuat algoritma prediksi menurun kinerjanya.
g.      Menjalankan Algoritma
            Setelah semua proses diatas dikerjakan, maka algoritma data mining sudah siap untuk dijalankan.

2.2   TEXT MINING

            Salah satu penerapan dari data mining (Knowledge Discovery) adalah Text Mining. Text Mining sering juga disebut dengan Text Data Mining (TDM) atau Knowledge Discovery in Textual Database (KDT).  Metode ini digunakan untuk menggali informasi dari data-data dalam bentuk teks seperti buku, makalah, paper, dan lain sebagainya. Secara umum text mining memiliki definisi menambang data yang berupa teks dimana sumber data biasanya didapatkan dari dokumen, dan tujuannya adalah mencari kata-kata yang dapat mewakili isi dari dokumen sehingga dapat dilakukan analisa keterhubungan antar dokumen.
            Andre Kurniawan dan Hapnes Toba (2009) dalam jurnalnya menyatakan bahwa, yang membedakan data mining dengan text mining adalah proses analisis terhadap suatu datanya. Data Mining atau KDD adalah proses untuk menemukan pengetahuan dari sejumlah besar data yang disimpan baik di dalam databases, data warehouses atau tempat penyimpanan informasi lainnya. Text mining sering disebut dengan Keyword-Based Association Analysis. Keyword-Based Association Analysis merupakan sebuah analisa yang mengumpulkan keywords atau terms (istilah) yang sering muncul secara bersamaan dan kemudian menemukan hubungan asosiasi dan korelasi diantara keywords atau terms itu.

2.2.1   Tahapan Text Mining

            Secara garis besar dalam melakukan implementasi text mining terdiri dari dua tahap besar yaitu pre-processing dan processing.
a.       Pre-processing
            Tahap preprocessing adalah tahap dimana aplikasi melakukan seleksi data yang akan diproses pada setiap dokumen. Setiap kata akan dipecah-pecah menjadi struktur bagian kecil yang nantinya akan mempunyai makna sempit. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap pre-processing ini, yaitu:
1)      Tokenizing
2)      Filtering
3)      Stemming
4)      Tagging
Tujuan dilakukan preprocessing adalah memilih setiap kata dari dokumen dan merubahnya menjadi kata dasar yang memiliki arti sempit.
1)      Tokenizing
            Tokenizing atau parsing adalah sebuah proses yang dilakukan sesorang untuk menjadikan sebuah kalimat menjadi lebih bermakna atau berarti dengan cara memecah kalimat tersebut menjadi kata-kata atau frase-frase.
            Tokenizing dalam pembuatan aplikasi text mining ini merupakan proses penguraian file teks yang semula berupa kalimat-kalimat berisi kata-kata dan tanda pemisah antar kata seperti titik (.), koma (,), spasi dan tanda pemisah lain menjadi kata-kata saja baik itu berupa kata penting maupun kata tidak penting. Proses tokenizing pada suatu kalimat dapat dilihat pada Gambar 2.1



Gambar 2.1 Ilustrasi Proses Tokenizing


2)      Filtering
            Tahap filtering adalah tahap mengambil kata-kata penting dari hasil token. Dimana dalam tahap ini bisa digunakakan algoritma stoplist (membuang kata yang kurang penting) atau wordlist (menyimpan kata penting). Dalam tahap ini penulis menggunakan algoritma stoplist. Stoplist / stopword adalah kata-kata yang tidak deskriptif yang dapat dibuang. Contoh stopwords adalah “yang”, “dan”, “di”, “dari” dan seterusnya. Proses ini akan menghasilkan daftar istilah beserta informasi tambahan seperti frekuensi dan posisi yang akan digunakan dalam proses selanjutnya. Proses filtering dapat dilihat pada Gambar 2.2.


Gambar 2.2 Ilustrasi Proses Filtering


3)      Stemming
            Tahap stemming adalah tahap mencari root kata dari tiap kata hasil filtering. Pada tahap ini dilakukan proses pengembalian berbagai bentukan kata ke dalam suatu representasi yang sama. Atau dengan kata lain pada tahap ini dilakukan proses penghilangan prefiks dan sufiks dari kueri dan istilah-istilah yang dihasilkan dari proses filtering. Stemming dilakukan atas dasar asumsi bahwa kata-kata yang memiliki stem yang sama dianggap memiliki makna yang serupa sehingga pengguna tidak keberatan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang di dalamnya terdapat kata-kata dengan stem yang sama dengan kuerinya.
            Pada intinya proses ini mempunyai dua tujuan, yaitu (1) dalam hal efisiensi, stemming mengurangi jumlah kata-kata unik dalam indeks sehingga mengurangi kebutuhan ruang penyimpanan dan mempercepat proses pencarian. (2) dalam hal keefektifan, stemming mengurangi recall dengan mengurangi bentuk-bentuk kata ke bentuk dasarnya atau stem-nya. Sehingga dokumen-dokumen yang menyertakan suatu kata dalam berbagai bentuknya memiliki kecenderungan yang sama untuk ditemukembalikan. Hal tersebut tidak akan diperoleh jika tiap bentuk suatu kata disimpan secara terpisah dalam indeks.
            Pada tahap ini penulis akan menggunakan metode porter stemmer untuk bahasa Indonesia. Proses stemming dapat dilihat pada Gambar 2.3.



Gambar 2.4 Ilustrasi Proses Stemming

4)      Tagging
            Tahap tagging adalah tahap mencari bentuk awal/root dari tiap kata lampau atau kata hasil stemming. Tahap ini biasanya dilakukan untuk proses text mining berbahasa Inggris. Jadi dalam penelitian ini, tahap tagging akan di abaikan, karena text mining penelitian ini hanya untuk teks yang menggunakan bahasa Indonesia. Proses tagging dapat dilihat pada Gambar 2.4.




Gambar 2.4 Ilustrasi Proses Tagging






a.       Processing
            Tahap ini merupakan tahap penentuan seberapa jauh keterhubungan antar kata-kata antar dokumen yang ada. Peneliti biasanya menggunakan metode-metode tertentu untuk menentukan keterhubungan antar dokumen. Secara umum terdapat dua jenis metode pada tahap ini yaitu metode yang tidak melakukan perhitungan bobot kalimat dan yang melakukan perhitungan bobot kalimat. Metode yang tidak menghitung bobot kalimat hanya mengambil beberapa kata penting untuk kemudian diproses sesuai permasalahan yang diteliti. Metode-metode yang menghitung bobot kalimat menggunakan bobot term (kata maupun pasangan kata) dari setiap term yang terdapat dalam kalimat tersebut. Ada banyak algoritma yang bisa digunakan untuk menghitung bobot kalimat.

2.2.2   Metode Porter Stemmer

            Porter Stemmer for Bahasa Indonesia dikembangkan oleh Fadillah Z. Tala pada tahun 2003. Implementasi Porter Stemmer for Bahasa Indonesia berdasarkan English Porter Stemmer yang dikembangkan oleh W.B. Frakes pada tahun 1992. Karena bahasa Inggris datang dari kelas yang berbeda, beberapa modifikasi telah dilakukan untuk membuat Algoritma Porter dapat digunakan sesuai dengan bahasa Indonesia. Metode ini akan digunakan pada tahap stemming, yaitu mengubah kata hasil filtering yang semula masih berimbuhan (word) menjadi kata dasar (stem). Desain dari Porter Stemmer untuk Bahasa Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.5.


Gambar 2.5 Ilustrasi Proses Stemming Menggunakan Metode Porter


Berikut ini contoh ilustrasi dari metode tersebut.
a.       Remove Partikel
            Pada tahap ini sistem akan menghapus partikel yang terdapat pada sebuah kata. Contoh ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Daftar Partikel

Suffix
Replacement
Additional Condition
Examples
kah
NULL
NULL
bukukan → buku
lah
NULL
NULL
adalah → ada
pun
NULL
NULL
bukupun → buku

b.      Remove Possesive Pronoun
            Pada tahap ini sistem akan menghapus kata ganti milik yang terdapat pada sebuah kata. Contoh ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel 2.2.


Tabel 2.2 Daftar Possesive Pronoun

Suffix
Replacement
Additional Condition
Examples
ku
NULL
NULL
bukuku → buku
mu
NULL
NULL
bukumu → buku
nya
NULL
NULL
bukunya → buku

c.       Remove first order of derivational prefixes
            Pada tahap ini sistem akan menghapus imbuhan pertama yang terdapat pada sebuah kata. Contoh ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Daftar first order of derivational prefixes

Preffix
Replacement
Additional Condition
Examples
meng
NULL
NULL
mengukur → ukur
meny
s
V…*
menyapu → sapu
men
NULL
NULL
menduga → duga
mem
p
V…*
memilah → pilah
mem
NULL
NULL
membaca → baca
me
NULL
NULL
merusak → rusak
peng
NULL
NULL
pengukur → ukur
peny
s
V…*
penyapu → sapu
pen
NULL
NULL
penduga → duga
pem
p
V…*
pemilah → pilah
pem
NULL
NULL
pembaca → baca
di
NULL
NULL
diukur → ukur
ter
NULL
NULL
terdalam → dalam
ke
NULL
NULL
kekasih → kasih

d.      Remove second order of derivational prefixes
            Pada tahap ini sistem akan menghapus imbuhan kedua yang terdapat pada sebuah kata. Contoh ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Daftar second order of derivational prefixes

Preffix
Replacement
Additional Condition
Examples
ber
NULL
NULL
berlari → lari
bel
NULL
NULL
belajar → ajar
be
NULL
NULL
bekerja → kerja
per
NULL
NULL
perjelas → jelas
pel
NULL
NULL
pelajar → ajar
pe
NULL
NULL
pekerja → kerja

e.       Remove derivational suffixes
            Pada tahap ini sistem akan menghapus akhiran yang terdapat pada sebuah kata. Contoh ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Daftar derivational suffixes

Suffix
Replacement
Additional Condition
Examples
kan
NULL
NULL
ambilkan → ambil
an
NULL
NULL
makanan → makan
i
NULL
NULL
tandai → tanda

            Jadi jika diberikan contoh kata “memperbaikinya”, maka yang pertama kali dikerjakan oleh sistem adalah menghapus kata ganti milik “nya”, sehingga katanya menjadi “memperbaiki”, kemudian menghapus imbuhan “mem”, kemudian menghapus suffix (akhiran) “i” dan yang terakhir adalah menghapus imbuhan kedua “per” sehingga akhir katanya menjadi “baik” yang merupakan rule dari kata “memperbaikinya”.

  2.3   SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA ALAY

            Akhir-akhir ini bahasa alay atau bahasa gaul merebak di kalangan remaja. Bahasa gaul adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan. Bahasa gaul identik dengan bahasa percakapan (lisan). Bahasa alay sendiri adalah bahasa lisan yang dituliskan sehingga mengandung unsur bahasa tulisan. Istilah ini hadir setelah di facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. Dalam bahasa alay bukan bunyi yang dipentingkan tapi variasi tulisan. Bahasa alay juga mudah di temui dalam pesan pendek (SMS) yang dikirim dari kalangan muda. Tanpa disadari bahasa yang muncul karena kreativitas bahasa yang dimiliki oleh ana-anak muda ini dapat mempengaruhi kebiasaan berbahasa resmi. Jenis bahasa alay ini hanya ada di Indonesia, karena di negara lain seperti Amerika tidak ada yang tahu bahasa seperti ini.
            Bahasa alay adalah bahasa remaja yang mencampuradukkan huruf, angka, dan simbol-simbol. Kata-kata dalam bahasa alay tidak mempunyai standar yang pasti, bergantung selera atau teknik si pembuat kata. Walaupun berbeda atau tidak ada standar penulisan yang pasti, remaja yang sering menggunakan bahasa tersebut dapat cepat mengerti apa yang ditulis lawan komunikasinya.      
            Fenomena bahasa alay ini menjadi menarik, karena tidak semua orang mau menerima bahasa alay ini. Bahasa alay sering digunakan oleh komunitas tersebut dalam SMS (Short Message Service) atau status di Facebook dan Twitter. Entah karena banyaknya orang yang memakai tulisan alay sehingga berdampak banyak orang yang terganggu sampai-sampai muncul grup anti alay di Facebook. Bahasa anak remaja yang merupakan bahasa gaul paling mutakhir ini memang bahasa paling kacau sepanjang sejarah bahasa gaul di Indonesia. Kalau dulu bahasa gaul mempunyai aturan-aturan baku tertentu yang mesti dipatuhi, seperti bahasa prokem misalnya dengan menyisipkan kata ”ok” untuk setiap perubahan kata, atau bahasa dibolak-balik yang mempunyai aturan sendiri, maka bahasa alay tidak mempunyai aturan sendiri, maka bahasa alay tidak mempunyai aturan sama sekali. Semakin sulit dipahami, maka bahasa alay dinilai semakin canggih.
            Perkembangan bahasa alay dapat dilihat dari dua sisi. Satu sisi bahasa alay menunjukkan kreativitas anak-anak muda. Namun, di sisi lain dapat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari sehingga mempengaruhi bahasa tulis anak-anak muda. Salah satu indikatornya, dalam ujian tertulis di sekolah atau kampus, siswa dan mahasiswa cenderung menyingkat kata yang tidak biasa. Disinyalir gaya bahasa yang sangat santai dan tidak memperhatikan kesopanan tersebut lambat laun dapat mengubah gaya hidup generasi muda. Kebiasaan ini akan membuat kita semakin sulit untuk mendefinisikan berbahasa satu, bahasa Indonesia seperti yang diikrarkan pada sumpah pemuda. Selain itu bahasa Indonesia yang selama ini menjadi bahasa “ibu” akan tergeser dengan gaya bahasa tersebut. Akan semakin sulit bagi orang Indonesia untuk menggunakan bahasa nasional yang dimiliki oleh seluruh bangsa Indonesia.
            Beberapa contoh yang penulis dapatkan dan sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya antara lain sebagai berikut:
a.       Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: “t3m4n, b350k k1t4 p3r91 yuuukk”.
b.      Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: “tEmAn, bEsOk kItA pErGi YuUuK”.
c.       Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c” sehingga seperti balita berbicara. Contoh: “nanti Aq xmx kamyu deeeccchh”, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.

Selain itu contoh kosakata bahasa alay adalah berikut ini:
a.       Saya/gue: W, Wa, Q, Qu, Gw, Akyu, Akku;
b.      kamu:U, lo;
c.       rumah: Humz, Hozz;
d.      saja: Aja, Ajj;
e.       yang: Iank/Iang, Eank/Eang, iiank/iiang;
f.       boleh: Leh; ya: Iya, Yupz, Ia, Iupz;
g.      kok: KoQ, Kog, Kug, Kq;
h.      belum: Lom, Lum;
i.        manis: Maniezt, Manies;
j.        kurang: Krang, Krank, Crank;
k.      tahu: Taw, Tawh, Tw;
l.        tempat: T4;
m.    sempat: S4;
n.      ini: Iniyh, Nc, Nie, Ney;
o.      ketawa: wkwkwk, xixixi, haghaghag, w.k.k.k.k.k., wkowkowkwo;
p.      tidak/nggak: Gga, Gax, Gag, Gz;
q.      lagi: Ghiy, Ghiey, Gi;
r.        apa: Pa, Ppa, ap;
s.       karena/soalnya: Coz, Cz;
t.        masuk: Suk, Mzuk, Mzug, Mzugg.
            Contoh-contoh yang disebutkan di atas baru sedikit, ini artinya masih banyak lagi kata-kata yang termaksud di dalamnya. Penggunaan bahasa alay memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dengan digunakannya bahasa alay adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahanatau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
            Dampak negatifnya adalah penggunaan bahasa alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa alay. Karena, bahasa alay tidak masuk dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkenankan menggunakan bahasa alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa alay sebagai komunikasi.
            Dampak negatif lainnya, bahasa alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu lebih banyak untuk memahaminya.

1.3              PEMAKAIAN HURUF DAN PENULISAN KATA MENURUT EYD

2.3.1   Huruf Abjad

            Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang dapat pada Tabel 2.6. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.


Tabel 2.6 Daftar Huruf Abjad

Huruf
Nama
Kapital
Kecil
A
a
a
B
b
be
C
c
ce
D
d
de
E
e
e
F
f
ef
G
g
ge
H
h
ha
I
i
i
J
j
je
K
k
ka
L
l
el
M
m
em
N
n
en
O
o
o
P
p
pe
Q
q
ki
R
r
er
S
s
es
T
t
te
U
u
u
V
v
ve
W
w
we
X
x
eks
Y
y
ye
Z
z
zet

2.3.2   Huruf Vokal

            Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Daftar huruf vokal yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.7.


Tabel 2.7 Daftar Huruf Vokal

Huruf Vokal
Contoh Pemakaian Dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
a
api
padi
lusa
e*
enak
petak
sore
emas
kena
tipe
i
itu
simpan
murni
o
oleh
kota
radio
u
ulang
bumi
ibu

Keterangan:
*
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
Di mana kécap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.

2.3.3   Huruf Konsonan

            Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Daftar huruf konsonan yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Daftar Huruf Konsonan

Huruf Konsosnan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
b
bahasa
sebut
adab
c
cakap
kaca
-
d
dua
ada
abad
f
fakir
kafan
maaf
g
guna
tiga
gudeg
h
hari
saham
tuah
j
jalan
manja
mikraj
k
kami
paksa
politik
-
rakyat*
bapak*
l
lekas
alas
akal
m
maka
kami
diam
n
nama
tanah
daun
p
pasang
apa
siap
q**
Quran
status quo
Taufiq
r
raih
bara
putar
s
sampai
asli
tangkas
t
tali
mata
rapat
v
varia
lava
-
w
wanita
hawa
-
x**
xerox
-
sinar-X
y
yakin
payung
-
z
zeni
lazim
juz

Keterangan:
*
Huruf k melambangkan bunyi hamzah.
**
Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).

2.2.4   Huruf Diftong

            Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Daftar huruf diftong yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Daftar Huruf Diftong

Huruf Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
ai
ain
malaikat
pandai
au
aula
saudara
harimau
oi
-
boikot
amboi


2.3.5   Huruf Kapital

a.       Dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
b.      Dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
c.       Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci.
d.      Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan.
e.       Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat.
f.       Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
g.      Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa.
h.      Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
i.        Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan.
j.        Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna pada unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan.
k.      Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan.
l.        Dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

2.3.6   Singkatan Dan Akronim

a.       Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya: A.H. Nasution, Suman Hs., S.Kom., Sdr., dan lain-lain.
2)      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR, MPR, SD, SMA, dan lain-lain.
3)      Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya: jml., kpd., tgl., dan lain-lain.
4)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. Misalnya: dst., dsb., dll., dan lain-lain.
5)      Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: a.n., d.a., u.p., dan lain-lain.
6)      Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya: Cu, TNT, kg, Rp, dan lain-lain.
b.      Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
1)      Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: LIPI, LAN, SIM, dan lain-lain.
2)      Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bulog, Bappenas, Iwapi, dan lain-lain.
3)      Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, iptek, rudal, dan lain-lain.

2.3.7   Penulisan Angka dan Bilangan

            Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab                : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi           : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
a.       Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
Misalnya:
a)      Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b)      Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
c)      Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
b.      Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
a)      Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
b)      Panitia mengundang 250 orang peserta.
c.       Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
a)      Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
b)      Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
c)      Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
d.      Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Misalnya: 0,5 cm; Rp5.000,00; 17 Agustus 1945; 27 orang; dan lain-lain.
e.       Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
a)      Jalan Tanah Abang I No. 15
b)      Jalan Wijaya No. 14
c)      Apartemen No. 5

f.       Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
a)      Bab X, Pasal 5, halaman 252
b)      Surah Yasin: 9

2.3.8   Pengertian dan Penulisan Kata

            Kata adalah kesatuan-kesatuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagianya, dan mengandung suatu ide. Suatu bentuk yang memiliki arti atau yang sering disebut morfem sudah merupakan suatu kata, tetapi sebaiknya konsep tentang kata tidak hanya meliputi morfem bebas melainkan juga semua bentuk gabungan antara morfem bebas dan morfem terikat, atau morfem dasar dengan morfem dasar.
a.       Kata Turunan
1)      Imbuhan (awalan, sisipan dan akhiran) ditulis serangkaian dengan kata dasarnya. Misalnya: memukul, berbudi, mempermainkan, dikelola, dan lain-lain.
2)      Awalan (prefiks) adalah suatu unsur srtuktural yang dikaitkan didepan sebuah kata dasar atau bentuk kata. Bahasa Indonesia mempunyai banyak awalan, diantaranya adalah ber, me-, pe-, di-, ke-, ter-, dan se-. Dalam menambahkan awalan pada suatu bentuk dasar ada suatu proses yang terkadang ikut andil yaitu proses nasalisasi. Proses nasalisasi adalah proses merubah atau memberi karakter pada kata. Hal inilah yang menyebabkan bervariasinya bentuk awalan. Kemudian bentuk variasi itu disebut dengan alomorf. Bentuk-bentuk alomorf dari imbuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.10.

      Tabel 2.10 Bentuk-Bentuk Alomorf Imbuhan

 No
Imbuhan
Alomorf
1
be-
be-
bel-
ber-
2
men-
me-
mem-
men-
meng-
menge-
meny-
3
pen-
pe-
pem-
pen-
peng-
penge-
peny-
per-
4
ter-
Te-
tel-
ter-


3)      Sisipan (infiks) adalah semacam morfem terikat yang disipkan pada sebuah kata antara konsonan pertama dengan vocal pertama. Jenis morfem ini pemakaianya terbatas pada beberapa kata saja. Sisipan yang terdapat dalam bahasa Indoonesia meliputi –el, -er, -em. Akhiran (sufiks) adalah semacam morfem terikat yang dilekatkan dibelakang suatu morfem dasar. Macam-macam akhiran yang terdapat dalam bahasa Indonesia meliputi –kan, -kan, -nya, -an, -i, dan lain-lain. 
4)      Bentuk dasar gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran (konfiks) ditulis serangkai. Misalnya: mempertanggungjawabkan, ketidakadilan, melipatgandakan, dan lain-lain.
5)      Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertanggung jawab, garis bawahi, sebar luaskan, dan lain-lain.
6)      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunkan dalam kombinasi, gabungan kata tersebut ditulis serangkai. Misalnya: amoral, mahakuasa, kontraevolusi, ekstrakurikuler, dan lain-lain.
b.      Kata Depan
            Kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali kata daripada dan kepada (yang dianggap satu kata). Misalnya dalam kalimat: Lebih baik tinggal di sini daripada pergi ke daerah itu.
c.       Partikel
            Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Apalah artinya hidup tanpa cinta. Akan tetapi partikel per dan pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Satu per satu mereka memasuki ruang pemeriksaan.
d.      Ungkapan Penghubung
            Dalam bahasa Indonesia, ungkapan penghubung dibedakan atas dua jenis, yaitu ungkapan penghubung intrakalimat dan antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur-unsur di dalam suatu kalimat, sedangkan kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Yang termasuk unkapan penghubung intrkalimat, antara lain baik…maupun…, bukan…melainkan…, antara…dan... Pasangan tersebut sifatnya tetap.

e.       Bentuk Ulang
            Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, mata-mata, hati-hati, makan-makan, dan lain-lain.
f.       Gabungan Kata
            Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung (-) untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri saya, mesin-hitung tangan, dan lain-lain.
            Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, adakalanya, bagaimana, barangkali, bilamana, beasiswa, daripada dukacita, kepada, kilometer, dan lain-lain.

2.3.9   Pengertian Kalimat

            Unsur-unsur yang membangun sebuah kalimat dapat dibedakan menjdi dua, yaitu unsur wajib dan unsur tak wajib atau unsur manasuka. Unsur wajib adalah unsur yang harus ada dalam sebuah kalimat (yaitu unsur S/subjek dan P/predikat), sedangkan unsur takwajib atau unsur manasuka adalahusur yang boleh ada dan boleh tidak ada (yaitu kata kerja bantu: harus, boleh; keterangan aspek: sudah, akan; keterangan tempat, waktu, cara, dan sebagainya). Kalimat yang tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, maka itu buakan merupakan sebuah kalimat. Deretan kata yang seperti itu biasa disebut dengan frasa. Frasa adalah suatu kontruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan, dimana kesatuan itu dapat menimbulakan makna baru yang sebelumnya tidak ada. Hal inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
            Secara umum kalimat dapat diartikan sebagai satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diutarakan dengan media mulut dengan intonasi yang berbeda-beda. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
            Menurut fungsinya kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan.
a.       Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan digunakan jika penutur ingin menyatakan suatu informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasinya menurun;diakhiri dengan tanda baca titik).
Contoh:
            Positif:
1.      Presiden Indonesia mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2.      Indonesia menggunkan sistem anggaran berimbang.
Negatif:
1.      Tidak semua nasabah bank memperoleh kredit lemah.
2.      Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis kondominium di kota-kota besar.
b.      Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memproleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; diakhiri dengan tanda baca tanda tanya). Sedangkan kata tanya yang biasa digunakan adalah apa, bagaimana, dimana, mana, berapa, dan lain-lain.
Contoh:
1.      Diamana rumahmu?
2.      Apa maksudmu?
3.      Kapan ujian semester?
4.      Berapa harga mangga ini satu kilogram?
c.       Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatife)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” seseorang untuk berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik dan tanda seru).
Contoh:
1.      Tolong buatkan saya kopi.
2.      Tutup pintunya!
3.      Coba sebutkan nama-nama bulan!
d.      Kalimat Seruan
Kalimat seruan diapaki jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau mendadak.
Contoh:
1.      Waduh…cantiknya.
2.      Aduh…aku belum mandi tahu.
3.      Wah..kok bisa seperti ini jadinya.

2.3.10   Rangka atau Struktur Sebuah Paragraf

            Rangka atau struktursebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, maka paragraf tersebut tidak termasuk kalimat yang baik. Kalimat-kalimat tersebut harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkaitdengan yang lainnya.
            Kalimat topik adalh kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik. Karena topik paragram adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, maka kalimat topik juga merupakan kalimat utama dalam paragraf tersebut.
            Penempatan kalimat utama dalampengembangan sebuah paragraf bermacam-macam. Ada paragraf yang dimulai dari peristiwa-peristiwa atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kesimpulan yang berfungsi untuk menjelaskan pikiran utama. Ada empat cara meletakkan kalimat utama dalam sebuah paragraf, yaitu:
a.       Pada awal paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan pikiran pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi untuk menjelaskan pikiran utama. Paragraf yang seperti ini biasanya disebut dengan paragraf deduktif dari penjelasan dari umum ke khusus.
b.      Pada akhir paragraph
Bebeda dengan paragraf deduktif, paragraf ini dimulai dengan mengemukanakan penjelasan-penjelasan kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf jeins ini sering disebut dengan paragrag induktif yaitu penjelasan dari khusus ke umum.
c.       Pada awal dan akhir paragraph
Penempatan kalimat utama dapat juga diletakkan pada awal dan akhir paragraf. Dimana fungsi kalimat utama yang diletakkan pada akhir paragraf yaitu untuk menekankan kembali pikiran utama yang telah diutarakan diawal paragraf.
d.      Tanpa kalimat utama
Sesuai dengan namanya, kalimat ini tidak mempunyai kalimat utama. Pikiran utama dari paragraf ini tersebar di seluruh kalimat yang ada pada paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya digunakan dalam pembuatan karangan narasi atau deskripsi.
 



Komentar

Popular Posts

Proposal Usaha Bengkel Las Dan Bubut “Sabadha Logam”

Jenis-Jenis Port beserta Penjelasan, Gambar, dan Fungsinya Pada Console Unit

Drama : Liburan Ke Kebun Binatang