ANALISI KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MODEL ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) SISWA KELAS V DI SD NEGERI 4 TEMUKUS KECAMATAN BANJAR TAHUN AJARAN 2017/2018



ANALISI KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MODEL ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) SISWA KELAS V DI SD NEGERI 4 TEMUKUS KECAMATAN BANJAR  TAHUN AJARAN 2017/2018



PROPOSAL

Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk Memenuhi Salah Satu Persaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar



Oleh
Kadek Dwi Padmawati
NIM 1411031158






JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
Daftar Isi

Sampul....................................................................................................................         i
Halaman Judul........................................................................................................        ii
Lembar Persetujuan Pembimbing...........................................................................       iii
Daftar Isi.................................................................................................................        ii
Daftar Tabel............................................................................................................       iii
Daftar Gambar........................................................................................................       iv
A.    Latar Belakang............................................................................................        1
B.     Identitas Masalah Penelitian.......................................................................        6
C.     Pembatasan Masalah...................................................................................        7
D.    Rumusan Masalah Penelitian......................................................................        7
E.     Tujuan Penelitian........................................................................................        8
F.      Manfaat Hasil Penelitian.............................................................................        8
G.    Kajian Teori................................................................................................        9
1.      Keterampilan Berbicara........................................................................      10
2.      Model Role Playing (bermain peran)....................................................     12
2.1  Kelebihan dan kelemahan metode Role Playing............................      13
2.2  Strategi pelaksanaan pembelajaran role playing ............................      14
3.      Hakikat Bahasa Indonesia....................................................................     17
3.1  Tujuan Pembelajaran.......................................................................      18
4.      Kajian Hasi Penelitian yang Relevan ...................................................      19
5.      Kerangka Berfikir ................................................................................      21
H.    Metode Penelitian
1.      Rancangan Penelitian............................................................................      23
2.      Populasi dan Sempel Penelitian............................................................      26
3.      Variabel dan DefinisiOprasional Variabel Penelitian...........................      27
4.      Metode dan Instrumen Pengumpulan Data..........................................      28
5.      Metode dan Teknik Analisi  Data.........................................................      35
I.       Jadwal Waktu Penelitian............................................................................      38
J.       Daftar Rujukan...........................................................................................      39







Daftar Tabel


Tabel 1 Data Penelitian, Instrument, dan Subjek Penelitian yang digunakan
Tabel 2 Indikator Keterampilan Berbicara
Tabel 3 Format penilaian keterampilan berbicara siswa
Tabel 4 Kisi-kisi Pedoman PertanyaanWawancara



Daftar Gambar

Gambar 1 Diagram Alur Rencana Penelitian
Gambar 2 Komponen dalam analisi data (interactive model)


A.    Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah memahami dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Perubahan teknologi dan informasi yang sangat pesat membuat banyak perubahan yang terjadi dalam segala aspek kehidupan. Anak-anak diharapkan dapat membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan dengan baik. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya, lingkunganya, budayanya, dan budaya orng lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, serta berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa, terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara lisan ataupun tertulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila guru dalam penyampaian materi pembelajaran disampaikan dengan cara yang asyik dan menyenangkan. Dalam kegiatan proses pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dalam penyampaian materi mampu mengundang rasa ingin tahu siswa dalam kegiatan pembelajaran, menciptakan pembelajaran yang menantang bagi siswa untuk belajar, dan mampu mengaktifkan mental, fisik, dan psikis siswa. Dengan demikian proses pembelajaran yang seperti itu akan mampu meningkatkan kreativitas siswa yang berdampak pada hasil belajarnya yang mengalami peningkatan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi secara efektif, baik secara lisan maupun tulis. Selain itu pembelajaran di SD juga bertujuan untuk mengembangkan kemapuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan fikiran, persaan serta membina persatuan dan kesatuan bangsa. Ruang lingkup muatan materi Bahasa Indonesia mencangkup empat aspek keterampilan berbahasa, yakni keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainya yang berurutan dan teratur, dimulai dengan belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Keempat hal tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, keempat keterampilan tersebut diperoleh secara alamiah oleh manusia sejak dari kecilnya sampai dia mendapat pendidikan. Dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia keempat keterampilan berbahasa tersebut wajib dikuasai oleh siswa, agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi. Salah satu keterampilan yang penting dipelajari oleh siswa adalah keterampilan berbicara.
Menurut tarigan (1936:13) dalam Haryadi (1996/1997:54) menyatakan bahwa berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan erat dengan aspek keterampilan berbahasa lainnya, yaitu antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca. Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting disamping tiga keterampilan bahasa lainnya, yaitu membaca, menulis, menyimak. Hal ini dikarenakan dengan sesama manusia di lingkungan seseorang banyak melakukan aktivitas menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan, mengungkapkan perasaan dan segala kondisi emosional, dan lain sebagainya.
Keterampilan berbicara sesuai dengan kompetensi umum yaitu mengungkapkan gagasan dan perasaan, berdialog,  menyampaikan pesan, menjelaskan dan bermain peran. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang dimiliki oleh semua orang yang bermaksud untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Norton (1994:13) dalam Arini & dkk (2006:53) menyatakan "keterampilan anak dalam berbicara merupakan hal yang mendasar untuk keberhasilannya dalam setiap bagian kehidupan, baik di sekolah maupun dirumah". Tujuan utama keterampilan berbicara di Sekolah Dasar untuk melatih siswa dapat berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan meminta siswa untuk bermain tebak-tebakan, menceritakan isi bacaan, bertanya jawab, mendiskusikan bagian cerita yang menarik, membicarakan keindahan sebuah puisi, melanjutkan cerita guru dan sebagainya. Banyak siswa yang memiliki keterampilan berbicara yang kurang baik, keterampilan berbicara yang kurang baik tersebut disebabkan dari beberapa faktor, dari hasil observasi dan wawancara dengan guru yang dilakukan pada tanggal 21 Desembar 2017 diperoleh  beberapa informasi. Pertama, guru masih belum maksimal meggunakan model/metode pembelajaran yang sesuai dan menyenangkan. Kedua, kurangnya kesadasaran guru dalam mengaktifkan siswa untuk mau berbicara dalam proses pembelajaran Ketiga, beberapa siswa dalam berbicara kurang lancar dan kurang dapat dipahami, Keempat suara siswa saat berbicara kurang jelas. Kelima, pembelajaran yang masih berpusat pada guru, siswa hanya diam dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia masih banyak siswa  yang kurang mampu menyampaikan ide dan gagasannya melalui komunikasi secara lisan dalam situasi formal serta belum mencapai ketuntasan dalam keterampilan berbicara.  Hal ini dikarenakan adanya siswa yang kurang percaya diri dalam berbicara, sehingga dalam preses pembelajaran siswa menjadi pasif. Melalui menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi saat sedang berbicara.
Tiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya. Keterampilan berbicara memegang peranan yang penting dalam pendidikan, baik dilingkungan keluarga, disekolah, maupun masyarakat luas. Keterampilan berbicara secara efektif sangatlah penting dalam segala bentuk interaksi antar manusia didalam suatu masyarakat. Dengan demikian sangat diperlukan pola pembelajaran yang dapat mengatasi masalah yang dialami siswa, seiring dengan perkembangan jaman, berbagai pembelajatan yang inovatif terus dikembangkan sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajara inovatif yang sudah di terapkan adalah model pembelajaran role playing .
Melalui model role playing siswa dapat mengimplementasikan hubungan antara manusia dengan cara peragaan, mendiskusikannya, dan mengkomunikasikannya senhingga secara bersama-sam siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Model role playing banyak memberikan manfaat kepada siswa karena dengan pembelajaran role playing siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan dapat menambah aktivitas dan kreatifitas dalam proses pembelajaran. Kelebihan metode role playing adalah melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama serta meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Untuk mendapatkan pemahaman yang cukup memadai mengenai dirinya dan orang lain, setiap orang haruslah sadar dan menyadari peran serta bagaimana cara memainkannya.
Selama ini beberapa siswa beranggapan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu pebelajaran yang mudah dipelajari, namun kenyataanya diperlukan keerampilan-keterampilan khusus dalam penguasaan materi pada pembelajara Bahasa Indonesia. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas dan cerah jalan pikirannya, keterampilan itu hanya dapat dikuasai dan diperoleh dengan praktek dan latihan. Salah Satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara. Hampir disetiap kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan berbicara atau berkomunikasi antara seseorang atau satu kelompok dengan kelompok yang lain. Kegiatan komunikasi atau kontak tersebut, baik disadari mau tidak, tentu didasarkan oleh adanya perasaan saling membutuhkan antara satu dan lain.  Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Adapun beberapa faktor yang memyebabkan keterampilan berbicara siswa yang masih rendah diantaranya. Faktor internal meliputi : (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran berbicara karena metode yang digunakan oleh guru kurang inovatif; (2) evaluasi untuk pembelajaran berbicara jarang dilakukan sehingga siswa tidak terbiasa untuk berlatih berbicara dan menganggap kegiatan berbicara mudah; (3) dalam berbicara di depan kelas siswa kurang mampu mengorganisasikan perkataannya sehingga pembicaraan tidak terstruktur; (4) dalam kegiatan berbicara siswa merasa tegang, gugup, malu, dan kurang rileks, kondisi ini akan mengurangi kualitas tuturan mereka; dan (5) siswa kurang bisa merangkaikan ide dan gagasannya secara lengkap, mereka sering lupa dan tidak fokus dengan hal yang mereka sampaikan saat berada di depan kelas. Selain faktor internal, faktor eksternal yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa adalah pengaruh penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan Bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat masih terkontaminasi dengan bahasa ibu yang digunakan sebagai sarana komunikasi.
Berdasarkan masalah yang ditemukan, maka munculah permasalahan bahwa ada perbedaan harapan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara dengan pelaksana pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas. Untuk mencapai kemampuan berbicara yang baik, guru perlu memberikan proses pembelajaran yang lebih baik. Salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif sebagai alternatif untuk memecahkan masalah dengan model role playing. Model pembelajaran menjadi jembatan dalam penyampaian materi pembelajaran. Guru yang menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran akan mempermudah siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian keterampilan berbicara memang sangat penting untuk dilatihkan sebagai bekal bagi anak-anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungannya sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan peneliti beranggapan sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut tentang “Analisis Keterampilan Berbicara dengan Model Role Playing  (bermain Peran) SiswaKelas V dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 4 Temukus Kecamatan Banjar Tahun Pelajaran 2017/2018”. Penelitian ini akan memberikan deskripsi tentang keterampilan berbicara siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

B.     Identifikasi Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ditemui pada pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V
1.      Perkembangan bahasa anak dalam hal keterampilan berbicara siswa kelas V di SDN 4 Temukus masih perlu ditingkatkan lagi.
2.      Kurangnya perhatian guru terhadap manfaat pentingnya penggunaan dan penerapan model mengajar yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.
3.      Hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi meskipun sudah memenuhi KKM, namun dalam keterampilan berbicara siswa masih kurang.
4.      Kurangnya keterampilan berbicara siswa dikelas sehingga siswa menjadi pasif dan ragu-ragu pada saat proses pembelajaran.
5.      Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah yang tidak dikelola dengan baik dalam proses pembelajaran.
6.      Anggapan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mudah dipelajari.
7.      Kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia.

C.     Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:
1.      Analisis keterampilan berbicara siswa kelas V dengan model pembelajaran role playing  (bermain peran) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 4 Temukus.
2.      Hubungan antara model pembelajaran role playing (bermain peran) dengan penerapan keterampilan berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 4 Temukus.



D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana keterampilan berbicara siswa kelas V dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negari 4 Temukus Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017?
2.      Apasaja  hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 4 Temukus tahun ajaran 2016/2017?
3.      Apakah terdapat hubungan antara keterampilan berbicara dengan penerapan model pembelajaran role playing dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 4 Temukus tahun ajaran 2016/2017?

E.     Tujuan Penelitan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan keterampilan berbicara siswa kelas V dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negari 4 Temukus Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017.
2.      Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 4 Temukus tahun ajaran 2016/2017.
3.      Untuk mengetahui hubungan antara keterampilan berbicara dengan penerapan model pembelajaran role playing dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 4 Temukus tahun ajaran 2016/2017.

F.      Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan peneliatian diatas, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.       Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan gambaran tentang keterampilan berbicara siswa khususnya dengan menerapkan model role playing sehingga diharapkan dapat berkontribusi pada perbaikan pembelajaran dan kualitas peserta didik di sekolah dasar.
b.      Manfaat Praktis
Manfaat praktis daripenelitian ini dapat dirasakan oleh Sekolah, Guru, Siswa, dan peletiti lain. Secara lengkap akandipaparkan sebagai berikut.
1.      Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan  dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan kualitas dari kegiatan pembelajaran khususnya pada keterampilan berbicara siswa.
2.      Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan  dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterambilan berbicara siswa serta sebagi pertimbangan guru dalam melatih kemampuan siswa kelas V di SD Negeri 4 Temukus dalam keterampilan berbicara.
3.      Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan  dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesiaserta serta meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya denganmenerapkan model role plying.
4.      Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan  dapat memberikan gambaran, bandingan, ataupun pedoman untuk melakukan penelitian sejenis.

G.    Kajian Teori
Pada sub ini akan diuraikan mengenai teori atau konsep yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang melandasi penelitian yang dilakukan. Deskripsi kajian teori ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Keterampilan Berbicara
Ketrampilan berbicara merupakan keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu untuk berpartisipasi dengan lingkungannya, melalui keterampilan tersebut seseorang dapat mengekspresikan dirinya sendiri, menyampaikan pengetahuan, fikiran atau perasaannya kepada orang lain. Jadi, secara umum berbicara merupakan suatu cara untuk menyampaiakan maksud tertentu kepada orang lain menggunakan bahasa lisan. Dimiyati (1998: 4) dalam Garminah (2009:3) menyebutkan berbicara adalah penyampaian maksud atau simbol-simbol bunyi kepada orang lain secara lisan. Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah penyampaian bahasa yang berupa pesan dan gagasan yang disampaikan secara lisan, dari seseorang kepada orang lain.
Secara khusus, tarigan (1983:13) dalam dibia,dkk (2007:170) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi  artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaiakan fikiran, gagasan, dan perasaan. Sejalan dengan pendapat tersebut Suandi (2013:138) menyatakan bahwa “Berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan bunyi atau kata. Berbicara adala suatu acara dan juga alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan”. Hampir bahwa kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan berbicara atau berkomunikasi antara seseorang atau satu kelompok dengan kelompok yang lain. Peristiwa komunikasi atau kontak tersebut, baik disadari mau tidak, tentu didasarkan oleh adanya perasaan saling membutuhkan antara satu dan lain.
Menurut Alek & Achmad menyebutkan bahwa,
Pada hakikatnya, berbicara adalah keterampilan berbahasa yang bersifat Produktif. Kefanaan atau keberlangsungan terbatas. Hal ini menjadi karakteristik bicara sehingga bicara itu sendiri sulit dilakukan penilaian. Berbicara ialah kemampuan yang kompleks yang sekaligus melibatkan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut beragam dan perkembangannya seiringan perubahan dan pergantian masa sehingga mengakibatkan bentuk perkembangan yang berbeda, dengan kecepatan perkembangan yang berbeda pula.
Menurut Arsjad dan Mukti (1993:23) Kemampuan berbicara dapat diartikan pula sebagai kemampuan mengucapkan arti kulasi atau mengucapkan kata-kata untuk nyampaikan pikiran gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian (juncture). Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraan.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan yang dimiliki oleh setiap manusia untuk menyampaikan pesan atau informasi secara lisan yang ingin disampaikan kepada seseorang melalui bunyi-bunyi dan mengekspresikannya sesuai dengan maksud yang diinginkan atau diterima oleh pendengarnya. Oleh karena itu, pada masa anak-anak inilah kemampuan berbicara di depan kelas bisa dimulai degan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbicara memperkenalkan diri, tanya jawab dengan teman, bercerita tentang pengalaman yang pernah dirasakan siswa dan menceritakan gambar atau lainnya.
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang peroduktif. Arini, dkk (2006:49) mengatakan "keterampilan berbicara atau berbahasa lisan merupakan keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu untuk berpartisipasi dengan lingkungannya, melalui keterampilan tersebut berarti seseorang dapat mengekspresikan dirinya sendiri, menyampaikan pengetahuan, pikiran, atau perasaannya kepada orang lain". Keterampilan berbicara merupakan Keterampilan berbicara penyampaian pesan secara lisan untuk menyampaikan pengetahuan, pikiran kepada orang lain. Begitu besar peran keterampilan berbicara bagi siswa, selain itu siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam situasi seperti ini setiap siswa dituntut terampil menyampaikan dan menerima informasi. Adapun materi pembelajaran berbicara di sekolah dasar diantaranya: (1) bercakap-cakap (2) berdialog (3) berdiskusi (4) wawancara (s) berpidato (6) bermain peran (7) berbalas pantun dan sebagainya.
1.1  Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan atau usaha tidak akan lepas dari tujuan, artinya setiap kegiatan atau usaha tersebut pasti ingin mencapai suatu tujuan tertentu. Diago Tarigan (dalam Slamet, 2014:59) menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulus, (4) menyakinkan. (5) menggerakkan. Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan berbicara yaitu untuk mengkomunikasikan atau menginformasikan sebuah ide, gagasan, perasaan secara efektif kepada lawan bicara. Sejalan dengan pendapat di atas. Menurut Slamet (2014:58) mengemukakan bahwa tujuan utama berbicara yaitu untuk berkomunikasi, agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kemamuan secara efektif, seyogyanya pembicara memaknai segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Selain itu kegiatan siswa untuk berkomunikasi secara langsung dihapan teman sekelasnya akan memperbaiki kalimat dan mampu melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan kelas. Tujuan utama pembelajaran berbicara di sekolah dasar adalah melatih siswa dapat berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut guru dapat menggunakan bahan pembelajaran misalnya. menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pemah dibaca atau di dengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, tanya jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato, dan bercakap-cakap.
Menurut suandi, dkk Pada dasarnya, berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu: (i) mem- beritahukan, melaporkan (to inform) (2) menjamu, menghibur (to entertain), (3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Dari tiga tujuan umum berbicara tersebut, jika diuraikan dapat dibedakan menjadi lima tujuan berbicara. Kelima tujuan itu akan diuraikan sebagai berikut.
1.      Menghibur
Tujuan berbicara untuk menghibur biasanya dilakukan oleh pelawak, pemain dagelan seperti Srimulat dan sebagainya. Suasana pembicaraan biasanya santai, relaks, penuh canda dan menyenangkan. Sesuai dengan namanya, dalam berbicara untuk menghibur pendengar, pembicara berusaha menarik perhatian pendengar dan menimbulkan perasaan terhibur pada diri pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, dan kisah-kisah jenaka.
2.      Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan banyak sekali dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara untuk tujuan menginformasikan dilakukan apabila pembicara ingin melaporkan, menjelaskan suatu proses, menguraikan, menafsirkan atau menginterpretasikan suatu hal, memberi atau menanamkan suatu pengetahuan, menjelaskan kaitan atau hubungan antara benda-benda, hal atau peristiwa.
3.      Menstimulasikan
Dalam berbicara dengan tujuan menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan inspirasi, kemauan, atau minat pendengar untuk melakukan sesuatu. Berbicara untuk tujuan menstimulasi jauh lebih kompleks daripada berbicara untuk menginfor masikan dan menghibur. Pembicara harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai. Pembicara harus benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan dan cita-cita pendengarnya. Berdasarkan keadaan itulah pembicara masuk menstimulasi, membangkitkan semangat dan emosi pendengar sehingga pendengar tergerak untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu yang dikehendaki pembicara
4.      Meyakinkan
Dalam berbicara untuk tujuan meyakinkan, pembicara berupaya meyakinkan pendengar akan sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah, misalnya dari sikap menolak menjadi menerima. Melalui pembicara yang terampil dan meyakinkan yang disertai dengan bukti, fakta, contoh, dan ilustrasi yang mengena, akhirnya sikapnya dapat diubah dari tidak setuju menjadi setuju.
5.      Menggerakkan
Dalam berbicara dengan tujuan menggerakkan, pembicara berupaya agar mampu menggerakkan pendengar untuk mau berbuat, bertindak, atau beraksi seperti yang dikehendaki oleh pembicara. Berbicara dengan tujuan menggerakkan merupakan kelanjutan atau perkembangan dari berbicara dengan tujuan meyakinkan, karena untuk menggerakn pendengar agar berbuat atau bertidak, pembicara harus mampumeyakinkan pendengar terlebih dahulu.

2.      Model Role Playing (bermain peran)
Istilah role playing dalam metode merupakan dua istilah ganda bagi metode pembelajaran role playing maupun metode bermain peran, karena tergolong dalam model pembelajaran simulasi, sehingga di dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti. Pada metode role playing ini, proses pembelajaran ditekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa. Kedua istilah ini (role playing dan bermain peran), kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi. Hanya bedanya, kedua metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu naskahnya.
Metode role playing memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, dan dapat digunakan apabila:
(1)   Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang.
(2)   Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan.
(3)   Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan.
(4)   Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak.
(5)   Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
(6)   Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
2.1  Kelebihan dan kelemahan metode Role Playing
Sebagaimana dengan metode-metode pembelajaran yang lain, metode role playing memiliki kelebihan dan kelemahan, karena secara prinsip tidak ada satupun metode pembelajaran yang sempurna. Semua metode pembelajaran saling melengkapi satu sama lain. Penggunaannya di dalam proses pembelajaran dapat dikolaborasikan, bergantung dari karakteristik materi pokok pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Kelebihan maupun kelemahan metode role playing adalah:
a.       Kelebihan
Ø  Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan.
Ø  Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
Ø  Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
Ø  Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dand apat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
Ø  Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
b.      Kelemahan
Kelemahan metode role playing antara lain:
Ø  Jika siswa tidak dipersiapkan secara baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sunguguh-sungguh.
Ø  Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
Ø  Bermain peran tidak selamanya menuju arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkan.
Ø  Siswa sering mengalami kesulitas untuk memerankan peran secara baik, khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya.
Ø  Bermain membutuhkan waktu yang banyak/lama.
Ø  Untuk lancarnya bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal hingga bekerjasama dengan baik.
2.2  Strategi pelaksanaan pembelajaran role playing
     Strategi role playing dalam proses  pembelajaran di kelas bagi guru dan siswa, yaitu:
1)      Merumuskan  tujuan yang akan dicapai dengan melalui metode ini. Dan tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulit/berbelit-belit, akan tetapi jelas dan mudah dilaksanakan.
2)      Melatar belakang cerita role playing dan bermain peranan tersebut. Misalnya bagaimana guru dapat menjelaskan latar belakang kehidupan sahabat Aku Bakar sebelum menceritakan kisah sahabat Abu Bakar masuk Islam. Hal ini agar materi pelajaran dapat dipahami secara gamblang dan mendalam oleh siswa/anak didik.
3)      Guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan role playing dan bermain peranan melalui peranan yang harus siswa lakukan/mainkan.
4)      Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang pantas memainkan/melakonkan jalannya suatu cerita. Dalam hal ini termasuk peranan penonton.
5)      Guru dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai titik klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara seksama.
6)      Sebaiknya diadakan latihan-latihan secara matang, kemudian diadakan uji coba terlebih dahulu, sebelum role playing dipentaskan dalam bentuk yang sebenarnya.
Lebih lanjut dalam bermain peran, ada tiga tahap yang harus dilaksanakan guru, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Ketiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Tahap persiapan
a)      Persiapan untuk bermain peran:
·         Memilih permasalahan yang mengandung pendangan-pandangan yang berbeda dan kemungkinan pemecahannya.
·         Mengarahkan siswa pada situasi dan masalah yang akan dihadapi.
b)      Memilih pemain
·         Pilih secara sukarela, jangan dipaksa.
·         Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya.
·         Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa.
·         Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran  sekaligus.
·         Setiap kelompok pemain paling banyak 5 orang.
·         Hindari siswa membawakan peran yang dengan kehidupan sebenarnya.
c)      Mempersiapkan penonton
·         Harus yakin bahwa pemirsa megetahui keadaan dari tujuan bermain peran.
·         Arahkan mereka bagaimana seharusnya berperilaku.
d)     Persiapan para pemain
·         Biarkan siswa agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru.
·         Sebelum bermain setiap pemain harus memahami betul apa yang dilakukannya.
·         Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembukaan, tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain.
·         Siapkan tempat dengan baik.
2)      Pelaksanaan
a)      Upayakan agar singkat, bagi pemula lima menit sudah cukup dan     bermain sampai habis, jangan diinterupsi.
b)      Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya.
c)      Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain.
d)     Biarkan siswa bermain bebas dari angka dan tingkatan.
e)      Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya:
·         Dibimbing dengan pertanyaan.
·         Mencari orang lain untuk perann tersebut.
·         Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut.
f)       Jika pemain tersesat lakukan:
·         Rumuskan kembali keadaan dan masalah.
·         Simpulkan apa yang sudah dilakukan.
·         Hentikan dan arahkan kembali.
·         Mulai kembali dengan penjelasan singkat.
3)      Tindak lanjut
a)      Diskusi
·         Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan siswa.
·         Diskusi juga dapat menganalisi, menafsirkan, memberi jalan keluar atau merekreasi.
·         Di dalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telaj dilaksanakan.
b)      Melakukan bermain peran kembali
·         Kadang-kadang memainkan kembali dapat memberi pemahaman yang lebih baik.
3.      Hakikat Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik itu silabusnya, pendekatannya, metodenya, strateginya, maupun evaluasinya harus menggunakan konsep komunikatif. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar mempunyai peran yang sangat strategis sebab memberikan pengetahuan lain yang sangat bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Adapun keterampilan dalam berbagasa meiputi keterampilan berbicara, Keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterapilan menulis, keempat keterampilan tersebut dapat dijadikan modal dasar untuk mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya sesuai dengan kkemampuan masing-masing. Pentingnya pembelajaran  Bahasa Indonesia  sebagi bahasa pengantar pada seluruh aktivitas pembelajaran untuksemua mata pelajaran. Penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar akan sangat membantu siswa dalam belajar di sekolah dasar.
Menurut Samsuri (dalam Ngalimun dan Noor, 2013) mengatakan "bahasa merupakan alat komunikasi yang membentuk pikiran dan perasaannya, keinginan dan perbuatannya, memengaruhi dan dipengaruhi bahkan dasar dari sesuatu masyarakat manusia adalah bahasa itu sendiri". Kemudian menurut Ngalimun Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pembelajaran keterampilan berbahasa, bukan pembelajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan, bukan sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosakata teori sastra sebagai pendukung atau alat penjelas. Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan pengajaran berBahasa Indonesia adalah adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap selanjutnya. Seterusnya, peningkatan keduanya itu menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.
Menurut Faisal, dkk (2009:12) mengatakan "pendidikan Bahasa Indonesia ini bertujuan membina keterampilan peserta didik berBahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam upaya meningkatkan mutu manusia Indonesia sebagai bekal menghadapi kehidupan masa kini dan mendatang.
3.1  Tujuan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari. Keterampilan berbahasa manusia yang dilakukan manusia yang berupa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang dimodali kekayaan kosakata, yaitu aktivitas intelektual, karya otak manusia yang berpendidikan. Melalui pengalaman belajar, siswa menemukan, menerapkan, menganalisis, membandingkan, menyusun, memperbaiki, menilai, dan menyimpulkan sendiri. Belajar merupakan perilaku manusia atau perubahan kapasitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui proses yang relatif terus menerus dijalani dari berbagai pengalaman.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari didik, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra Indonesia dan karya intelektual bangsa sendiri. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD memiliki nilai penting, karena pada jenjang pendidikan inilah pertama kalinya pengajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sD bertujuan agar peserta didik memiliki beberapa kemampuan.
4.      Kajian Hasil Penelitian yang relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian analisis keterampilan berbicara dengan model pembelajaran  role playing (bermain peran) sebagai berikut.
1.      Hasil penelitian yang dilakukan oleh  Donnie Weda Dharmawan, dkk (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai keterampilan berbicara antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran role playing dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran konvensional (thitung = 8,19 dan t tabel = 2). Siswa yang mengikuti pembelajaran pembelajaran dengan model role playing memperoleh rata-rata nilai keterampilan berbicara yaitu = 83,80 berada pada kategori sangat baik. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memperoleh rata-rata nilai 60,08 berada pada kategori cukup. Jadi model pembelajaran role playing berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa.
2.      Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Dewa Made Sutarjana (2015) dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2015/2016 Di SD Negeri 1 Kerobokan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata skor keterampilan berbicara yang diperoleh sebesar 13,91 dan rata-rata persentase yang diperoleh sebesar 55,65%, berada pada kategori rendah. Pada siklus II, rata-rata skor keterampilan berbicara yang diperoleh sebesar 20,01 dan rata-rata persentase yang diperoleh sebesar 80,07%, berada pada kategori tinggi. Peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 24,51%. Hal tersebut menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan persentase keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Kerobokan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 1 Kerobokan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016.
3.      Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Selvy Wulan Khoirunnisa (2016) dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pardasuka Katibung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2015/2016. Masalah penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan berbicara siswa yang masih rendah dan guru belum menerapkan model role playing dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1 Pardasuka. Hasil analisis data diperoleh simpulan bahwa ada pengaruh penggunaan model role playing terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Pardasuka. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa yang mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia focus berbicara menggunakan model role playing pada kelas eksperimen (VA) yaitu 78,69 lebih tinggi dari nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa yang mengikuti metode pembelajaran ceramah pada kelas kontrol (VB) yang hanya mendapat nilai 63,92.
5.      Kerangka Berfikir
Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD menuntut siswa untuk memiliki keterampilan berbahasa yang baik karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Namun pada kenyataannya pembelajaran Bahasa Indonesia tidak berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat dari cara mengajar sebagian besar guru yang hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan tanpa menerapkan pembelajaran yang inovatif sehingga siswa kurang dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran dan tidak dilatih untuk menggali dan mengolah informasi, mengambil keputusan secara tepat, dan memecahkan masalah. Siswa juga kurang dilatih untuk mengonstruksi dan menemukan sendiri konsep yang ada. Siswa hanya sebagai penerima informasi sehingga membuat kecakapan berpikir siswa rendah atau dengan kata lain pembelajaran dirasakan kurang bermakna. Selain itu, siswa menjadi cepat bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, karena dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa terlibat aktif dalam pembelajaran.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SDN 4 Temukus Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng didapati beberapa anak masih malu-malu saat berbicara, hal ini dapat dilihat dari kurang mampunya anak dalam mengutarakan pendapatnya kepada orang lain dan masih ada siswa yang ragu-ragu dalam berbicara, sehingga kosakata yang dimiliki anak masih terbatas. Anak lebih suka mendengarkan dibandingkan berbicara atau bertanya kepada guru. Metode bermain peran merupakan salah satu media pembelajaran  yang dapat mengembangkan keterampilan berbicara  anak. Metode bermain peran akan merangsang kreativitas dan keaktifan siswa serta dapat diigunakan sebagai media yang tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran bahasa. Melalui Analisis Keterampilan Berbicara dengan Model Role Playing (bermain peran) ini, peneliti akan mengetaui sejauh mana keterampilan berbicara siswa dengan penerapan  Model Role Playing (bermain peran).
Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena melalui berbicara segala informasi dapat tersalurkan. Berbicara tidak hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara merupakan sebuah proses komunikasi aktif dengan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi serta mengucapkan kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain.





















H.    Metode Penelitian
1.      Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pada penelitian digunakan untuk membuat peneliti mampu menjawab masalah yang terdapat pada penelitian agar hasil yang didapat dapat dikatakan valid, objektif, tepat dan efisien. Menurut Kerlinger & Lee (dalam Setyonosari, 2012) Rancangan Penelitian atau desain penelitian adalah rencana atau struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian.
Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. (Sugiyono, 2007: 150. Dantes (2012:51) mengemukakan bahwa dalam penelitian deskriptif, biasanya peneliti berusaha mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa secara sistematis sesuai dengan adanya. Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa. Penelitian ini diharapkan mampu mendeskripsikan keterampilan berbicara siswa kelasV di SDN 4 Temukus.
Dalam penelitian ini terdapat prosedur penelitin yang akan dilakukan oleh peneliti. Prodedur dari penelitian ini meliputi tahapan persiapan, tahap pelaksanaan di lapangan, tahap pasca lapangan.

 






Gambar 1 Diagram Alur Rencana Penelitian
1.      Tahap Persiapan
Tahap ini dilakukan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Tahap persiapan sangat penting dilakukan. Tahap persiapan meliputi:
a.       Memilih Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dipilih merupakan tempat tenjadinya permasalahan atau peristiwa yang ingin diteliti. Lokasi penelitian yang akan digunakan yaitu SDN 4 Temukus. SDN 4 Temukus dipilih dengan pertimbangan terdapat permasalahan yang layak untuk diteliti.
b.      Menyusun Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan berawal dari permasalahan pembelajaran yang sedang terjadi yang dianggap layak untuk diteliti. Pemasalahan pembelajaran yang sedang terjadi dan dianggap layak untuk diteliti yaitu menganalisis keterampilan berbicara siswa dengan model role playing (bermain peran) di SDN 4 Temukus.
c.       Mengurus Perizinan
Mengurus perizinan dilakukan agar proses penelitian yang dilakukan di tempat tersebut mendapat izin dari pihak yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya surat pengantar yang ditujukan kepada kepala sekolah di SDN 4 Temukus, sehingga terjalin komunikasi antara peneliti dengan objek yang diteliti dengan harapan data-data yang diperlukan dalam penelitian dapat diperoleh untuk legalisasi kegiatan penelitian.
d.      Melaksanakan Observasi Awal
Pengamatan atau observasi awal dilaksanakan ke sekolah untuk melihat situasi dan kondisi serta melihat lebih lanjut mengenai pemasalahan yang dihadapi di sekolah. Observasi awal juga diperlukan sebagai langkah awal perkenalan peneliti untuk dapat mengamati, mengenal, dan berinteraksi dengan obyek penelitian. observasi awal juga berfungsi untuk mempertajam informasi awal yang diperoleh mengenai pemahaman konsep dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
e.       Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan dalam suatu penelitian diperlukan agar diperoleh hasil atau inti dari sebuah penelitian. Informan dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu dalam rangka memperoleh ketepatandankecukupan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian
f.       Penyiapan instrument penelitan
Instrument yang diperlukan untuk menggali data penelitian ini yaiyu menggunakan analisis dokumen penilaian keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 4 Temukus, pedoman wawancara, dan lembar observasi.
2.      Tahap Lapangan
Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Data yang diharapkan peneliti yaitu dapat mengetahui keterampilan berbicara siswa dengan model role playing (bermain peran) di SDN 4 Temukus.
3.      Tahap Pasca Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu analisis data yang telah diperoleh. Analisis data dilakukan secara deskriptif sesuai dengan data yang terkumpul sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Pada tahap akhir, laporan dikerjakan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan tetap melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
Top of Form
2.      Populasi dan Sampel Penelitian
2.1. Populasi Penelitian
Setiap penelitian didasarkan atas adanya masalah dan objek yang diteliti. Antara satu penelitian dangan penelitian lainnya memiliki subjek yang berbeda-beda bergantung pada konteks penelitian. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:130).   Populasi merupakan salah satu dari subjek penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objeks dan  ubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:18).
Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan individu-individu yang dijadikan subjek yang mempunyai kualitas dankarakteristi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipeljari dan kemudian ditarik kesimpulannya untuk dijadikan kajian dalam penelitian. Jadi berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 4 Temukus tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 23 orang.

2.2. Sampel Penelitian
Setelah mengetahui populasi pada penelitian ini langkah selanjutnya adalah menentukan sampel penelitian. Sugiyono (2014: 118) menyatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut". Sedangkan menurut Agung (2014:69) "Sampel ialah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu". Arikunto (2010:131) menyatakan bahwa “Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Jadi dapat dirangkum sampel merupakan bagian kelompok kecil dari populasi yang mewakili anggota populasi. Dari pengertian tersebut memberi gambaran bahwa sampel mewakili populasi untuk dijadikan sebagai sumber data penelitian.
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan. Menurut Supranto "Teknik sampling adalah cara pengumpulan data dimana yang diselidiki adalah elemen sampel dari suatu populasi”. Sedangkan Sugiyono (2014:118-119) mengatakan bahwa “teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel". Berdasarkan dari pengertian teknik sampling dapat disimpulkan bahwa teknik sampling ialah penelitian yang digunakan untuk menentukan sampel yang data dan objeknya menjadi representasi populasi.
Pada penelitan ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN 4 Temukus tahun ajaran 2017/2018 yang sudah dipilih dengan teknik sampling jenuh. Sugiono(2009:124) menyatakan “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sempel”.
3.      Variabel dan DevinisiOprasional Variabel penelitian
3.1.Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu konsep sangat penting didalam penelitian. Keberadaan variabel dalam suatu penelitian menjadi suatu keharusan. Menurut Sumadi Suryabrata (dalam Agung, 2014:40) variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dikatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Dalam penenlitian, yang menjadi variabel bebas adalah Keterampilan berbicara. Sedangkan variabel tergantung (terikat) yaitu variabel yang keberadaannya atau munculnya bergantung pada variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian yang dilakukan yaitu Model Role Playing (bermain peran)
3.2.Definisi Operasional Variabel
Ada dua definisi oprasional variabel dalam penelitian ini.  Kedua definisi oprasional variabel tersebut adalah keterampilan berbicara dan model role playing (bermain peran). Variabel-variabel tersebut dipaparkan secara berturut-turut sebagai berikut:
1.      Model Role Playing (Bermain Peran)
Bermain peran merupakan suatu cara mengajar dalam bentuk kegiatan bermain aktif dengan cara meniru sikap, tingkah lakuatau penghayatan sseorang yang sering dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari denga tujuan anak dapat menghargai perasaan orang lain dan belajar untuk bekerjasama dengan orang lain.
2.      Keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara merupakan Keterampilan berbicara penyampaian pesan secara lisan untuk menyampaikan pengetahuan, pikiran kepada orang lain. Begitu besar peran keterampilan berbicara bagi siswa, selain itu siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
4.      Metode dan Intrumen Pengumpulan Data
Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan dikemukakan perihal tentang data tersebut. Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah segala alat yang digunakan untuk pengumpulan data.
4.1  Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan datayang dilakukan pada penelitian ini untuk menganalisi keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model role playing (bermain peran). Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Berikut penjabaran dari metode pengumpulandata yang akan digunakanoleh peneliti, ketiga metode pengumpulandata tersebut dilakukan secara alami tanpa memberikan perlakuan khusus terlebih dahulu, berikut penjabaran dari metode observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen.
1.      Observasi
Observasi disebut juga sebagai pengamatan yang dapat diperoleh melalui panca indera. Menurut Satori dan Komariah (2014:105) bahwa "observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian", yang akan diamati nantinya adalah Keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 4 Temukus Selain itu, pengamatan akan direkam juga menjadi sebuah video untuk keakuratan data.
Observasi yang dilakukan meliputi observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tentang bagaimana keterampilan berbicara siswa kelas V. Observasi yang dilakukan berdasarkan indikator keterampilan berbicara.
2.      Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respodennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2012). Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) atau telepon. Wawancara terstruktur dipakai peneliti yang mengetahui pasti tentang informasinya itu. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Jadi metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur menggunakan handphone sebagai alat perekamnya baik dalam bentuk suara maupun video. Wawancara dilakukan secara bertahap kepada sejumlah informan untuk mendapatkan data yang benar pada setiap aspek dari disiplin belajar siswa sampai data itu mampu menjawab berbagai persoalan mengenai disiplin. 
3.      Metode Pencatatan  Dokumen
Pencatatan dokumen atau dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan melihat dan mencatat secara sistematis dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keterampilan berbicara siswa yang diperoleh dengan cara melihat nilai rapor dari siswa tersebut tanpa menggunakan kuesioner.
4.2  Instrument Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data keterampilan berbicara siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester II SD Negeri 4 Temukus. Data keterampilan berbicara siswa dikumpulkan dengan metode non tes yaitu dengan menggunakan lembar observasi, catatan dokumen, dan pedoman wawancara. 


Tabel 1 Data Penelitian, Instrument, dan Subjek Penelitian yang digunakan
Data Penelitian
Metode
Instrumen
Subjek
keterampilan berbicara siswa kelas V dalam pelajaran Bahasa Indonesia
Observasi

Lembar Observasi


Siswa dan guru
hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara
Wawancara
Pedoman wawancara
Guru Kelas V dan Kepala Sekolah
Penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru kelas V
Studi Dokumen
Catatan dokumen
Guru kelas V

1.      Lembar Observasi
Lembar observasi keterampilan berbicara siswa digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara selama proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi. Aspek keterampilan berbicara yang di dalam hal ini adalah penilaian pada observasi saat proses pembelajaran berlangsung. Jenis instrumen pengumpulan data dapat disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2 Indikator Keterampilan Berbicara
No
Aspek Penilaian
Indikator Keterampilan Berbicara
1
Lafal
Siswa menyampaikan informasi dengan Lafal yang jelas
2
Intonasi
Siswa menyampaikan informasi dengan Intonasi yang tepat
3
Kelancara
Siswa Lancar dalam penyampaikan informasi
4
Ekspresi Berbicara
Siswa Melakukn kontak mata dengan pendengar dalam penyampaikan informasi

Tabel 3 Format penilaian keterampilan berbicara siswa
No
Nama
Aspek yangDinilai
Jumlah
Skor
Lafal
Intonasi
Kelancaran
Ekspresi Berbicara
1







2







3







4







5







6







7







8







9







Dst.







Jumlah

Rata-rata

Presentse


Tabel Rubrik Keterampilan berbicara
No
Aspek yang dinilai
Deskripsi
Skor
1
Lafal
a.       Pelafalan sangat jelas
b.      Pelafalan Jelas
c.       Pelafalan Cukup jelas
d.      Pelafalan Kurang jelas
e.       Pelafalan Tidak jelas
5
4
3
2
1
2
Intonasi
a.       Intonasi kata/suku kata sangat tepat
b.      Intonasi kata/suku kata Tepat
c.       Intonasi kata/suku kata Cukup tepat
d.      Intonasi kata/suku kata Kurang tepat
e.       Intonasi kata/suku kata Tidak tepat
5
4
3
2
1
3
Kelancaran
a.       Berbicara sangat lancer
b.      Berbicara dengan lancar
c.       Berbicara cukup lancar
d.      Berbicara kurang lancar
e.       Berbicara tidak lancer
5
4
3
2
1
4
Ekspresi Berbicara
a.       Ekspresi berbicara sangat sesuai
b.      Ekspresi berbicara sesuai
c.       Ekspresi berbicara cukup sesuai
d.      Ekspresi berbicara kurang sesuai
e.       Ekspresi berbicara tidak sesuai
5
4
3
2
1
2.      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertanyaan-pertanyaan tertulis yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan wawancara. Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berialan dengan baik (Sudaryono, 2013). Pedoman wawancara yang dipersiapkan adalah pedoman wawancara terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan yang terangkum dalam pedoman wawancara diharapkan dapat menggali informasi mengenai program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa kelas V dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan keteramilan berbicara siswa kelas V secara lebih mendalam dan terarah agar informasi yang diinginkan bisa didapatkan melalui informan. Pertanyaan bisa dikembangkan berdasarkan jawaban yang diberikan informan




Tabel 4 Kisi-kisi Pedoman PertanyaanWawancara
Topik
Pertanyaan
Subjek yang diamati
Keterampilan berbicara siswa
1.      Dalam pembelajaran pernahkah anda mengutarakan pendapat?
a.       Pernah
b.      Tidak
2.      Pada proses pembelajaran siapa yang mendominasi berbicara di kelas
a.       Siswa
b.      Guru
3.      Apakah dalam penerapan model role playing siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara?
4.      Apakah dalam bermain peran siswa ikut berpartisipasi secara aktif?
Siswa



Guru



Guru


Siswa dan Guru
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1.      Apakah siswa kurang percaya diri pada saat ditunjuk oleh guru untuk menyampaikan suatu gagasan?
a.       Ya
b.      Tidak
2.      Apada yang menyebabkan siswa tidak percaya diridalam berbicara
Siswa




Siswa

3.      Catatan dokumen
Catatan dokumen atau jurnal adalah catatan dokumen-dokumen yang dimiliki sekolah. Dekumen yang dimaksud yaitu arsip penilaian keterampilan berbicara siswa dengan penerapan model role playing. Berdasarkan data penelitian yang akanditelitiyaitu keterampilan berbicara siswa dengan penerapan model role playing.
5.      Metode dan Teknik Analisis Data
5.1  Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Data yang dianalisis adalah data yang dihasilkan melalui dokumentasi, wawancara, observasi dan pencatatan dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif . Teknik analisis deskriptif kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan kata-kata. Teknik deskriptif kualitatif juga sering diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan "perhitungan" atau hanya menggunakan kata-kata. Teknik analisis kualitatif ini dilakukan untuk menggambarkan fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa secara mendetail dan sejelas-jelasnya.
5.2  Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Miles dan Humberman (dalam Sugiyono, 2014) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Teknik analisis data yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap. Analisis data yang dilakukan selama proses yaitu analisis sebelum memasuki lapangan, analisis selama peneliti masih berada di lapangan, dan analisis setelah pengumpulan data berakhir. Berikut ini penjabaran dari analisis tersebut.

1)      Analisis sebelum dilapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan kunjungan ke sekolah yang menjadi tempat penelitian untuk melakukan kerjasama dengan sekolah dan guru untuk melakukan
2)      Analisis selama dilapangan
Analisis selama dilapangan terdapat beberapa tahapan. Aktivitas dalam analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014) menyatakan bahwa aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
 

Gambar 2 Komponen dalam analisi data (interactive model)
(Sumber: Miles and Huberman dalam Sugiono, 2014)
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa setelah peneliti melaksanakan pengumpulan data, maka sebelum ke tahap analisis terlebih dahulu dilakukanlah hal sebagai berikut.
1.      Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan menghilangkan hal yang tidak diperlukan (dalam Sugiyono, 2014). Data penelitian yang terkumpul melalui wawancara dan dokumentasi direduksi untuk memperkuat hasil data yang diperoleh dari pencatatan dokumen dan observasi. Sehingga semua data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data adalah salah satu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi 1) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang telahdiberikan 2) Melakukan wawancara dengan subjek penelitian, dan hasil wawancara tersebut disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan rapi 3) Mengumpulkan hasil observasi.
2.      Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data yang dilakukan akan mempermudah memahami apa yang teriadi dan merencanakan keria selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau nformasi yang terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan penarikan suatu kesimpulan atau tindakan, Tahap penyajian data dalam penelitian ini meliputi 1) Menyajikan hasil wawancara yang telah dicatat dan direkam pada hand phone. 2) Menyajikan hasil observasi 3) Menyadikan dokumen-dokumen tantang keterampilan berbicara siswa. Dari hasil penyajian data yang berupa hasil wawancara dan hasil angket dilakukan analisis, kemudian disimpulkan yang berupa data temuan sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
3.      Verifikasi atau menarik simpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles d Humberman adalah kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang penarikan dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
3)      Analisis setelah pengumpulan data terakhir
Data-data yang telah diperoleh selama masa pengumpulan data kemudian dianalisi data dari awal hingga akhir untuk menyusu laporan sehingga diperoleh kesimpulan akhir. Menurut Moleong (2001) pekejaan analisi data dalamhal ini hanya menggatur,mengurutkan, mengelompokan, memberi kode, dan mengkategorikannya.
I.       Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V, SDN 4 Temukus Kecamatan Banjar tahun ajaran 2017/2018 pada bulan Februari-Maret tahun 2018

J.       Daftar Rujukan

Agung. A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing

Alex & Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian  Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Reneka Cipta

Arini, N. W., dkk. 2006. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga

Dantes, Nyoman. 2012. Metode  Penelitian. Yogyakarta: Andi

Darmawan,Weda, dkk. 20014. Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas V. diakses pada e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Dibia, dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Singaraja: Undiksha Singaraja

Faisah.M, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Direktorat Pendidikan tinggi

Garminah. 2009. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Singaraja: Undiksha

Haryadi & Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ismawati, Esti. 2012. Metode Penelitian (Pendidikan Bahasa dan Sastra). Yogyakarta: Penerbit Ombak

Khoirunnisa, Selvy Wulan. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pardasuka Katibung Lampung Selatan Tahun Ajaran 2015/2016. Tersesia pada http://digilib.unila.ac.id/23963/12/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf  (Diakses tanggal 1 Januari 2018)

Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ngalimur & N. Alfulaila. 2013 Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

Setyonosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangannya. Jakarta: Kencana

Slamet, St. Y. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Suandi, dkk. 2013. Keterampilan Berbahasa Indonesia Berorientasi Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial. Singaraja: Undiksha Press

Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: CV ALFABETA

………… 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Supranto. J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Sutarjana, Dewa Made. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2015/2016 Di SD Negeri 1 Kerobokan Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha



Komentar

Popular Posts

Proposal Usaha Bengkel Las Dan Bubut “Sabadha Logam”

Jenis-Jenis Port beserta Penjelasan, Gambar, dan Fungsinya Pada Console Unit

Drama : Liburan Ke Kebun Binatang