Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Praktikum Kimia Sma Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan Penyangga
Putu Eka Aryanthi, I Wayan Karyasa, I
Wayan Subagia
Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
wayan.karyasa@undiksha.ac.id,
wayan.subagia@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian pengembangan ini bertujuan
mendeskripsikan dan menjelaskan (1) karakteristik Lembar
Kerja Siswa (LKS) praktikum kimia SMA berbasis
inkuiri terbimbing pada materi
larutan penyangga dan (2) kelayakan LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri
terbimbing pada materi larutan penyangga ditinjau dari segi kevalidan,
kepraktisan, dan keefektifan. Desain penelitian pengembangan yang digunakan
diadaptasi dari model Borg & Gall. Tahapan yang dilakukan adalah (1)
penelitian dan pengumpulan informasi; (2) perencanaan; (3) pengembangan
rancangan produk; dan (4) uji coba terbatas yang meliputi uji kepraktisan dan
uji keefektifan. LKS praktikum terdiri atas dua subtopik bahasan, yaitu sifat
larutan penyangga dan membuat larutan penyangga, yang setiap kegiatannya
didesain dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing yang terdiri atas
mengamati fenomena, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data,
merumuskan kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil. Bahasa yang digunakan dalam
LKS praktikum, yaitu bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan
penyangga yang dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan dengan skor rata-rata
validitas sebesar 3,83, dan memenuhi kriteria kepraktisan dengan skor rata-rata
sebesar 3,95. Selain itu, LKS praktikum yang dikembangkan juga memenuhi
kriteria keefektifan berdasarkan persentase nilai siswa yang memenuhi kriteria
kelulusan minimal (KKM), yaitu sebesar 86,67% serta hasil penilaian aspek sikap
dan aspek keterampilan diperoleh kategori baik.
Kata
kunci: inkuiri terbimbing, larutan penyangga, lembar kerja siswa
Abstract
The development research aimed to describe and explain (1) the
characteristic of student worksheet (LKS) of high school chemistry practices
based guided inquiry on subject matter of buffer solution and (2) the
feasibility of student worksheet (LKS) of high school chemistry practices based
guided inquiry on subject matter of buffer solution based on validity,
practicality and effectiveness. The development research design was adapted
from the model of Borg & Gall, with stages of (1) research and information
collecting; (2) planning; (3) develop product design; and (4) limited testing,
contained practicality test and effectiveness test. This student worksheet was
contained of two subtopics namely the properties of buffer solution and make of
buffer solution, with each activity containing guided inquiry syntax, namely
observing phenomenon, formulating problems, formulating hypotheses, designing
experiments, conducting experiment, collecting data, analyzing data,
formulating conclusion, and communicating results. The language used in
practice student worksheet was easily understood by the students. The result of
the research that the practice student worksheet based guided inquiry on
subject matter of buffer solution of developed have met category of validity
with average score of 3.82, and have met category of practicality with average
score of 3.95. Furthermore, the developed practice worksheet have met category
of effectiveness. It can be seen from the percentage of students have met the
minimum passing criteria (KKM) of 86.67%, and the result of the evaluation of
attitude and skill aspect was categoried good.
Keywords:
guided inquiry, buffer solution, student worksheet
PENDAHULUAN
Ilmu
kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari sifat
dan komposisi serta perubahannya (Chang, 2005). Pembelajaran kimia tidak hanya
sekadar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BNSP,
2006). Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui suatu kegiatan praktikum. Praktikum kimia
senantiasa berhubungan dengan pemahaman konsep dasar, peningkatan aktivitas,
dan keterampilan praktikum. Hal tersebut tertera dalam Permendiknas No. 21
Tahun 2016 bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA/MA adalah
memperoleh pengalaman dengan menerapkan metode ilmiah melalui kegiatan
eksperimen.
Kegiatan
pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar,
meningkatkan keterampilan dasar dalam bereksperimen, menjadi sarana belajar ilmiah
serta dapat menunjang pemahaman materi pembelajaran (Wiratma, 2003). Walker
(2016) mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum mampu melatih siswa untuk
memecahkan masalah, menjelaskan fenomena, berfikir ilmiah dan memiliki
pemahaman yang mendalam terhadap konsep ilmiah.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa guru di SMA Negeri di kota Singaraja pada bulan
Februari 2018, siswa kurang dilibatkan secara langsung pada proses penemuan
suatu konsep melalui metode ilmiah. Hal ini disebabkan oleh pada proses belajar
mengajar guru sering kali menggunakan metode ceramah pada materi-materi yang
sebenarnya dalam kompetensi dasar dituntut untuk melaksanakan praktikum. Salah
satu guru mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum hanya menghabiskan banyak
waktu dan tenaga sehingga guru jarang membawa siswa ke laboratorium untuk
mengadakan praktikum. Pada saat kegiatan praktikum, guru hanya menggunakan
petunjuk atau prosedur yang tersedia pada buku paket ataupun LKS yang dijual.
Buku paket dan LKS yang digunakan hanya memuat materi, prosedur kerja, dan
soal-soal latihan. Bahan ajar yang seperti ini kurang dapat menuntun untuk
mencari dan menemukan sendiri suatu konsep pada materi yang dipelajari
melainkan hanya menerima penjelasan materi dari guru. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Berdasarkan
hasil studi dokumen yang dilakukan pada bulan Februari 2018 terkait nilai
ulangan siswa SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 2016/2017, menunjukkan bahwa
hasil belajar kimia siswa pada materi larutan penyangga tergolong rendah,
dengan perolehan rata-rata nilai ulangan harian materi larutan penyangga siswa
kelas XI semester 2 pada tahun ajaran 2016/2017 di bawah standar ketuntasan
minimal (KKM) yaitu 69,29 dengan nilai standar ketuntasan minimal (KKM) adalah
70. Selain itu, pembelajaran yang berlangsung hanya di dalam kelas dengan
pembahasan materi yang memicu kejenuhan pada siswa. Materi larutan penyangga
adalah salah satu materi kimia yang di dalamnya terdapat konsep yang harus
dipahami oleh siswa antara lain: sifat larutan penyangga, prinsip kerja larutan
penyangga, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk
hidup serta membuat larutan penyangga dengan pH tertentu. Konsep tersebut dapat
dipahami siswa dengan melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
yang dapat meningkatkan motivasi siswa misalnya melakukan kegiatan praktikum.
Pelaksanaan praktikum yang baik tentunya tidak terlepas dari ketersediaan bahan
ajar sebagai penuntun siswa dalam melakukan kegiatan praktikum. Oleh karena itu,
sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar yang dapat membantu guru dan
siswa dalam mencapai tujuan praktikum yaitu LKS praktikum.
LKS
praktikum merupakan salah satu bahan ajar yang dapat menunjang kegiatan
praktikum dan berfungsi sebagai alat evaluasi dalam proses belajar mengajar,
selain itu dapat digunakan pula sebagai acuan dalam menuntun siswa untuk
memahami masalah dan membantu kegiatan bernalar. Dalam melakukan penalaran,
siswa mempunyai kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. LKS praktikum
merupakan salah satu bahan pembelajaran yang berisi tentang pelaksanaan
kegiatan-kegiatan praktikum dan prosedur praktikum yang membantu guru dan
peserta didik dalam melaksanakan kegiatan praktikum. LKS praktikum berperan
dalam pengembangan sikap dan kinerja ilmiah siswa.
Tersedianya
LKS praktikum yang dapat menuntun siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi
konsep pada materi yang dipelajari serta menuntun siswa untuk memahami masalah
dan membantu kegiatan bernalar masih terbatas. Salah satu upaya untuk mengatasi
hal tersebut yaitu dengan menggunakan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing.
Menurut Hands dan Keys (dalam Supasorn, 2012) mengemukakan kegiatan praktikum
dengan pendekatan inkuiri tebimbing dapat menekankan pada keseluruhan proses
metode ilmiah, bahwa siswa mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi masalah
dari pengamatannya, merumuskan hipotesis, merencanakan prosedur dan mengadakan
penyelidikan, menjelaskan fakta yang diperoleh dalam eksperimen, dan
menyampaikan kesimpulannya. Kegiatan praktikum dengan pembelajaran inkuiri
terbimbing akan mendorong peserta didik terlibat aktif menemukan konsep atau
pengetahuan sendiri melalui praktikum dengan menggunakan metode ilmiah yang
dibantu dengan LKS praktikum.
Penggunaan
LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pembelajaran kimia memiliki
manfaat yaitu: sebagai sarana pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, meningkatkan motivasi belajar, serta
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ferliyanti (2017) meyatakan bahwa LKS berbasis inkuir terbimbing terbukti
efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada topik hidrolisis garam
dengan persentase siswa yang tuntas adalah 86%. Selain itu, Aulia (2015) juga
menyatakan bahwa modul kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 87,50%.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk
mengembangkan LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing. Produk yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah LKS praktikum kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi larutan penyangga. LKS praktikum kimia tersebut
diharapkan dapat memberi alternatif dalam pembelajaran serta dapat membantu
meningkatkan hasil belajar siswa. LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing
ini, semestinya dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan (R&D)
untuk mendapatkan kelayakan LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing
pada materi larutan penyangga yang ditinjau dari segi kevalidan, kepraktisan,
dan keefektifan.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu penelitian dan pengembangan (R & D). Penelitian ini dirancang
mengikuti alur penelitian dari model Gall & Borg (dalam Sukmadinata, 2011).
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan hanya terbatas pada tahap penelitian
dan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan rancangan produk, dan uji
coba terbatas yang meliputi uji kepraktisan dan uji keefektifan. Produk yang
dihasilkan berupa LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada
materi larutan penyangga. Pada
tahap penelitian dan pengumpulan informasi dilakukan analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan bertujuan untuk (1) menganalisis kompetensi dasar yang
berkaitan dengan praktikum pada materi larutan penyangga berdasarkan kurikulum
2013, (2) memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pelaksanaan praktikum pada materi larutan penyangga, khususnya pada LKS
praktikum yang digunakan di sekolah sehingga diperlukan suatu pengembangan LKS
praktikum.
Analisis kebutuhan ini dilakukan
melalui studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur dilakukan
penelusuran, pengkajian, dan pencatatan sumber-sumber yang diperlukan dalam
pembuatan LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi
larutan penyangga. Studi literatur yang dilakukan berupa penelusuran pada
silabus, RPP, LKS, buku paket siswa, artikel dan jurnal terkait LKS praktikum
berbasis inkuiri terbimbing, serta analisis kurikulum yang dilakukan sesuai
dengan standar kompetensi yang tercantum dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2016
tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013. Studi
lapangan dilakukan dengan wawancara menggunakan pedoman wawancara kepada
guru-guru kimia di SMA kelas XI yang ada di kota Singaraja, khususnya SMA yang
sudah menerapkan kurikulum 2013. Adapun instrumen yang digunakan pada tahap ini
yaitu berupa pedoman wawancara. Pada tahap perencanaan produk terdapat beberapa
tahapan yaitu tahapan pembuatan rancangan produk dan tahap uji coba praktikum
terkait prosedur kerja yang telah dirancang.
Tahap perancangan produk merupakan
tahap perancangan desain atau isi LKS praktikum. Adapun rencana desain atau isi
LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan
penyangga, sesuai dengan acuan adalah sebagai berikut. 1) halaman depan LKS
praktikum, 2) prakata, 3) daftar isi, 4) isi dan komponen LKS praktikum, 5)
kegiatan praktikum yang meliputi judul praktikum, kolom identitas, tujuan
praktikum, fenomena dalam bentuk teks wacana, mengamati fenomena, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, daftar alat dan bahan, merancang percobaan,
melakukan percobaan, mengumpulkan data hasil pengamatan, menganalisis data,
merumuskan kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil praktikum. Prosedur kerja
pada LKS praktikum yang dikembangkan di uji coba oleh pengembang sendiri
melalui praktikum di laboratorium.
Tahap pengembangan rancangan produk
dalam penelitian ini terdiri dari uji validasi produk dan perevisian produk.
LKS praktikum yang dikembangkan diuji validitasnya oleh lima orang validator
yang terdiri atas tiga orang ahli dari kalangan dosen dan dua orang ahli dari
guru kimia sebagai praktisi. Pada tahap validitas ini dibagi menjadi tiga
proses, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas bahasa. Metode
pengumpulan data pada tahap ini yaitu melalui lembar validasi dengan instrumen
berupa lembar validasi isi dan konstruk serta lembar validasi bahasa LKS
praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga. Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung hasil validasi adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria Validasi Isi,
Konstruk dan Bahasa
Interval Skor
|
Kategori
|
3.5 ≤ < 4.0
|
Sangat Valid
|
2.5 ≤ < 3.5
|
Valid
|
1.5 ≤ < 2.5
|
Tidak Valid
|
1.0 ≤ < 1.5
|
Sangat Tidak
Valid
|
(Widoyoko,
2009)
Perevisian
produk bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari produk LKS
praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang
dikembangkan sesuai saran dan masukan yang diberikan oleh para ahli dan
praktisi. Pada tahap uji coba terbatas dilakukan pengujian terhadap rancangan
LKS praktikum oleh siswa SMA. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kepraktisan dan keefektifan LKS praktikum yang telah dikembangkan. Kepraktisan
LKS praktikum diukur berdasarkan proses pelaksanaan uji coba LKS praktikum dan
respon siswa terhadap keterlaksanaan LKS praktikum yang dikembangkan.
Keefektifan LKS praktikum diukur berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran
menggunakan LKS praktikum yang telah dikembangkan. Keefektifan produk dapat
dilihat melalui pemberian tes pemahaman konsep yang berupa tes pilihan ganda.
Ketuntasan pada penelitian ini didasarkan atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 untuk mata pelajaran kimia kelas
XI. Tahap uji coba terbatas ini dilakukan di SMA Negeri 3 Singaraja. Pada tahap
uji coba ini dilakukan penelitian Pre-experimental dengan desain penelitian one-shoot case study. Subyek penelitian pada tahap ini
adalah 15 orang siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 3 Singaraja yang berasal dari
perwakilan siswa dengan kategori kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Setelah
uji coba produk, temuan-temuan penting yang didapat dijadikan acuan untuk
merevisi lebih lanjut demi penyempurnaan produk LKS praktikum kimia berbasis
inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga sebagai produk akhir.
HASIL PENELITIAN
Hasil
penelitian ini berupa data pada tahap analisis kebutuhan yang meliputi studi
literatur dan studi lapangan, data hasil perencanaan produk, data hasil
pengembangan produk awal, data hasil validasi produk, dan data hasil uji kepraktisan
produk serta data uji keefektifan produk. Berdasarkan hasil studi literatur dan
analisis artikel dan jurnal terkait LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing,
ditentukanlah subtopik praktikum yang terdapat pada LKS praktikum yang
dikembangkan yaitu subtopik sifat larutan penyangga dan membuat larutan
penyangga. LKS praktikum yang dikembangkan disesuaikan dengan perkembangan
kognitif siswa SMA N 3 Singaraja. Subtopik praktikum yang ditentukan sesuai
dengan kompetensi dasar yang tercantum pada Permendikbud No. 24 Tahun 2016
serta sesuai dengan indikator pembelajaran pada RPP dan silabus. Rumusan tujuan
praktikum pada kedua subtopik sifat larutan penyangga dan membuat larutan
penyangga disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut, disusunlah
rumusan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan praktikum yang disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Rumusan Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Praktikum
Kompetensi
Dasar 3
|
Kompetensi
dasar 4
|
Indikator
|
Tujuan
Praktikum
|
Menjelaskan prinsip kerja,
perhitungan pH, dan peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup
|
Membuat
larutan penyangga dengan pH tertentu
|
Menyelidiki
sifat-sifat larutan penyangga
|
Siswa
mampu menyelidiki sifat-sifat larutan penyangga melalui percobaan
|
Membuat
larutan penyangga dengan pH tertentu
|
Siswa
mampu membuat larutan penyangga dengan pH tertentu melalui percobaan
|
Pada tahap
studi lapangan dilakukan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat
disimpulkan bahwa: 1) kegiatan praktikum yang berlangsung di sekolah kurang
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkonstruksi konsep pada materi kimia
serta keterbatasan bahan ajar berupa LKS praktikum yang mampu menuntun siswa
merancang kegiatan praktikumnya dan menemukan konsepnya sendiri sesuai dengan
tuntutan Kurikulum 2013; dan 2) Beberapa guru menggunakan petunjuk atau
prosedur praktikum yang digunakan berasal dari buku kimia pegangan siswa,
sedangkan LKS praktikum yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 belum
tersedia.
Berdasarkan
studi dokumen terkait hasil nilai ulangan siswa SMAN 3 Singaraja pada tahun
ajaran 2016/2017 terhadap materi larutan penyangga masih tergolong rendah. Rendahnya
hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai akhir yang diperoleh beberapa
siswa belum mencapai KKM mata pelajaran kimia yaitu 70. Persentase siswa yang
mencapai KKM kelas XI pada materi larutan penyangga tahun pelajaran 2016/2017
sebesar 61,68% dan siswa yang tidak mencapai KKM sebesar 38,32%.
Berdasarkan
data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum kimia SMA berbasis
inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga penting dikembangkan agar
pelaksanaan kegiatan praktikum berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan
tuntutan kurikulum 2013 yang menuntun siswa untuk merancang kegiatan
praktikumnya mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara terbimbing.
Pada tahap
perencanaan dirancang komponen-komponen LKS praktikum yang dikembangkan antara
lain: a) halaman depan LKS praktikum, b) prakata, c) daftar isi, d) isi dan
komponen LKS praktikum, dan e) kegiatan pada LKS praktikum. Setiap kegiatan
pada LKS praktikum memiliki karakterisitik yang meliputi judul praktikum dan
kolom identitas, tujuan praktikum, fenomena dalam bentuk teks wacana, kegiatan
mengamati fenomena, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, daftar alat dan
bahan, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data hasil
pengamatan, menganalisis data, merumuskan kesimpulan, dan mengomunikasikan
hasil praktikum. Bahasa yang digunakan dalam LKS praktikum adalah bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa.
LKS
praktikum yang dikembangkan terdiri atas dua subtopik bahasan, yaitu sifat
larutan penyangga dan membuat larutan penyangga, yang setiap kegiatannya
didesain dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing. Setiap subtopik
praktikum dialokasikan waktu untuk mengerjakan kegiatan pada LKS praktikum
adalah 70 menit. Pada tahap pengembangan produk dalam penelitian ini terdiri
dari uji validasi produk dan perevisian produk. Berdasarkan
aspek validasi yang dinilai, hasil validasi rata-rata memenuhi kriteria sangat
valid. Hal ini menunjukkan bahwa LKS praktikum yang dikembangkan memenuhi
kriteria kevalidan dari segi ahli isi, konstruk, dan bahasa serta praktisi
dengan rata-rata skor sebesar 3,83, walaupun ada beberapa hal yang harus
direvisi berdasarkan saran dan komentar dari masing-masing validator.
Pada tahap uji
coba terbatas dilakukan uji coba lapangan kelompok kecil, produk LKS praktikum
kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diujicobakan kepada siswa
kelas XI IPA SMA Negeri 3 Singaraja sebanyak 15 orang yang berasal dari
perwakilan siswa dengan kategori kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Uji coba
lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 7-8 Mei 2018 dengan dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama yaitu praktikum sifat larutan penyangga sedangkan pertemuan yang kedua
adalah praktikum membuat larutan penyangga.
Hambatan
yang dialami pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut. 1) beberapa siswa
belum mengetahui cara menggunakan alat ukur volume dengan benar, 2) beberapa
siswa belum memanfaatkan LKS praktikum yang diberikan secara maksimal, dan 3)
pada tahapan menyajikan hasil kegiatan praktikum, beberapa siswa tampak kurang
memperhatikan penjelasan anggota kelompok yang sedang presentasi di depan
kelas. Dari hambatan yang dihadapi, peneliti bersama guru pengampu mengatasi
hambatan-hambatan tersebut dengan mengajari siswa cara menggunakan alat ukur
volume dengan benar, membimbing setiap kegiatan pada LKS praktikum, dan menegur
siswa yang kurang memperhatikan penjelasan kelompok yang presentasi. Pada
pertemuan kedua terjadi perubahan menuju ke arah positif dibandingkan pada
pertemuan sebelumnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan: 1) siswa sudah
menggunakan LKS praktikum dengan baik dan mengikuti dengan cermat setiap
langkah kerja yang tercantum; 2) siswa mampu menggunakan alat ukur volume
dengan benar; dan 3) siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pada saat
kegiatan praktikum sudah selesai, 15 orang siswa tersebut diberikan tes
pemahaman konsep. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan LKS praktikum
yang dikembangkan yang ditinjau dari pemahaman konsep siswa setelah diberikan
LKS praktikum sebagai penuntun kegiatan praktikumnya. Berdasarkan hasil
keterlaksanaan LKS praktikum yang dikembangkan pada pertemuan satu maupun kedua
menunjukkan bahwa siswa dapat menyelesaikan kegiatan pada LKS praktikum yang
dikembangkan dengan waktu kurang dari yang alokasikan setiap pertemuan. Hal ini
disebabkan oleh sebelum kegiatan praktikum berlangsung, alat dan bahan
praktikum telah disiapkan di masing-masing meja siswa sehingga ketika siswa
melaksanakan kegiatan praktikum tidak terlalu membutuhkan waktu yang terlalu
lama dalam menyiapkan alat dan bahan serta jumlah siswa yang diikutsertakan
hanya 15 orang atau dalam skala kelompok kecil.
LKS
praktikum kimia yang dikembangkan memenuhi pada kategori sangat praktis.
Kebanyakan siswa memberikan memberikan tanggapan positif terhadap LKS praktikum
kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Siswa merasa senang
belajar dengan LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing karena bahasanya
mudah dimengerti. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 3,95. Keefektifan
LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dilakukan dengan memberikan tes yang
berkaitan dengan topik kegiatan pada LKS praktikum. Sebelum diberikan tes, tes
tersebut diuji cobakan di kelas XI IPA 1,
SMA Negeri 2 Singaraja sebanyak 36 orang kemudian dianalisis validitas
butir tes, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran tes. Setelah tes
pemahaman konsep dinyatakan valid, tes tersebut diberikan kepada 15 orang siswa
yang berasal dari SMA Negeri 3 Singaraja pada akhir pembelajaran untuk
mengetahui keefektifan dari produk yang dikembangkan. Data nilai pemahaman konsep
dapat dilihat pada Tabel 3 dan diagram nilai tes pemahaman konsep tersedia pada
Gambar 1.
Tabel 3. Data Nilai Pemahaman Konsep
Interval
|
Kategori
|
Jumlah
Siswa
|
(%)
|
p > 80
|
Sangat
Baik
|
3
|
20%
|
60 < p ≤ 80
|
Baik
|
10
|
66,67%
|
40 < p ≤ 60
|
Cukup
|
2
|
13,33%
|
20 < p ≤ 40
|
Kurang
|
0
|
0%
|
p ≤ 20
|
Sangat
Kurang
|
0
|
0%
|
Gambar 1. Diagram
Nilai Tes Pemahaman Konsep
|
Berdasarkan
hasil analisis jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk
kelas XI adalah 70, maka persentase siswa yang lulus kriteria ketuntasan
minimal (KKM) adalah 86,67%, sedangkan persentase siswa yang tidak lulus KKM
adalah 13,33%. Jika dilihat dari perolehan persentase pencapaian hasil belajar
siswa pada tahun sebelumnya adalah 61,68% siswa yang mencapai KKM, maka
menunjukkan bahwa LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan
memenuhi kriteria keefektifan dalam pencapaian hasil belajar siswa kelas XI di
SMA Negeri 3 Singaraja.
Rangkuman
hasil analisis data penilaian aspek sikap 15 orang siswa yang berasal dari SMA
Negeri 3 Singaraja dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Analisis
Penilaian Aspek Sikap
No
|
Aspek
Sikap
|
Skor
Rata-Rata Pertemuan ke-
|
Rata-Rata
|
Kriteria
|
|
1
|
2
|
||||
1
|
Kerja Sama
|
3,44
|
3,40
|
3,42
|
SB
|
2
|
Tanggung Jawab
|
3,47
|
3,44
|
3,46
|
SB
|
3
|
Disiplin
|
3,43
|
3,50
|
3,47
|
SB
|
4
|
Percaya Diri
|
3,31
|
3,38
|
3,35
|
SB
|
5
|
Jujur
|
3,27
|
3,40
|
3,34
|
SB
|
Berdasarkan
hasil analisis data, secara umum penilaian aspek sikap siswa sebagian besar
memperoleh kategori sangat baik. Rangkuman hasil analisis data penilaian aspek
keterampilan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis
Penilaian Aspek Keterampilan
No
|
Aspek Keterampilan
|
Skor Rata-Rata Pertemuan ke-
|
Rata-Rata
|
Kriteria
|
|
1
|
2
|
||||
Persiapan
Praktikum
|
|||||
1
|
Keselamatan
Kerja
|
2,00
|
2,00
|
2,00
|
C
|
2
|
Persiapan
Alat Praktikum
|
3,33
|
3,60
|
3,47
|
SB
|
3
|
Persiapan
Bahan Praktikum
|
3,40
|
3,60
|
3,50
|
SB
|
Pelaksanaan
Praktikum
|
|||||
4
|
Penggunaan Alat Ukur
Volume
|
2,87
|
3,33
|
3,10
|
B
|
5
|
Pengambilan Cairan
dengan Pipet
|
2,87
|
3,20
|
3,04
|
B
|
6
|
Penambahan atau
Penuangan Cairan
|
3,13
|
3,40
|
3,27
|
B
|
Setelah
Praktikum
|
|||||
7
|
Kebersihan
|
3,47
|
3,73
|
3,60
|
SB
|
Berdasarkan
hasil analisis data, secara umum terjadi peningkatan pada aspek sikap dan
keterampilan siswa dari pertemuan satu sampai dengan pertemuan dua. Pada
penilaian aspek keterampilan siswa sebagian besar memperoleh kategori baik,
hanya satu aspek yaitu aspek keamanan kerja yang memperoleh kategori cukup.
Aspek keamanan kerja yang dimaksudkan adalah penggunaan jas lab. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi
larutan penyangga sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa dalam
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Setelah tahap uji coba terbatas, terdapat sedikit perbaikan
kalimat pada bagian pertanyaan dan prosedur percobaan agar lebih mudah dipahami
oleh siswa. Secara keseluruhan produk LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing
pada materi larutan penyangga telah memenuhi kategori valid, praktis, dan
efektif sesuai dengan data yang diperoleh.
PEMBAHASAN
LKS
praktikum yang dikembangkan, terdiri atas dua kegiatan praktikum yaitu: 1)
menyelidiki sifat larutan penyangga dan 2) membuat larutan penyangga.
Komponen-komponen yang terdapat pada LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing
yaitu: 1) sampul, 2) prakata, 3) daftar isi, 4) isi dan komponen LKS praktikum,
dan 5) kegiatan pada LKS praktikum. Setiap kegiatan pada LKS praktikum memiliki
karakterisitik sebagai berikut. 1) terdapat judul praktikum dan kolom
identitas, 2) tujuan praktikum, 3) petunjuk penggunaan LKS, 4) fenomena dalam
bentuk teks wacana, 5) kegiatan mengamati fenomena, 6) merumuskan masalah, 7)
merumuskan hipotesis, 8) daftar alat dan bahan, 9) merancang percobaan, 10)
melakukan percobaan, 11) mengumpulkan data hasil pengamatan, 12) menganalisis data,
13) merumuskan kesimpulan, dan 14) mengomunikasikan hasil praktikum. Terdapat
komponen tambahan berupa kunci jawaban LKS praktikum yang hanya digunakan oleh
guru saja. Semua komponen tersebut telah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
kurikulum 2013.
LKS
praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang
dikembangkan mengikuti sintaks inkuiri terbimbing. Proses penyusunan LKS
praktikum berbasis inkuri terbimbing pada materi larutan penyangga memiliki
beberapa kendala seperti kesulitan dalam menyajikan fenomena yang sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa SMA pada materi larutan penyangga dan kesulitan
dalam menyesuaikan tujuan praktikum dengan kegiatan pada LKS praktikum. Oleh
karena itu peneliti melakukan bimbingan lebih lanjut untuk mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi. Bahasa yang digunakan pada LKS praktikum
berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan
komunikatif, jelas, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga membuat siswa lebih
mudah dalam mengerjakan LKS praktikum. Hal ini sesuai dengan syarat
konstruksi yang harus ada dalam LKS
praktikum menurut Hendro (1993) bahwa bahan ajar yang berupa LKS praktikum harus menggunakan
struktur kalimat yang jelas dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi siswa.
Validasi LKS
praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu tahapan validasi ahli isi, validasi ahli konstruk, validasi praktisi, dan
validasi bahasa. Validasi produk LKS praktikum dapat dilakukan oleh beberapa pakar
atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai suatu produk baru yang
dirancang. Ahli yang dipilih yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun
kemampuan yang luas dalam bidang studi tertentu didasarkan pada pendidikan,
profesi, pengalaman, dan prestasi yang pernah diraih. Secara keseluruhan
rata-rata skor validitas LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang
dikembangkan dari segi ahli isi, konstruk, bahasa, dan praktisi sebesar 3,83
yang dikategorikan sangat valid. LKS praktikum yang dikembangkan telah sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013, hal ini dapat dilihat dari pemilihan topik,
kedalaman materi yang disusun telah mengacu pada Kompetensi Dasar dan
Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013.
Keberhasilan
LKS praktikum yang dikembangkan mencapai kategori sangat valid. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut. Pertama, LKS praktikum yang
dikembangkan memiliki komponen-komponen yang harus ada dalam setiap LKS
praktikum. Kedua, aspek-aspek pengukuran validasi LKS praktikum telah terpenuhi
yang meliputi validasi isi, konstruk, dan bahasa. Hal tersebut menyebabkan LKS
praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan layak untuk
digunakan dalam pembelajaran praktikum.
LKS
praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan juga dikatakan praktis
dilihat dari dua aspek yaitu: 1) keterlaksanaan LKS praktikum dengan melibatkan
15 orang siswa, dan 2) respon 15 orang siswa terhadap keterlaksanaan LKS
praktikum. Alokasi waktu pembelajaran di kelas adalah 2 x 45 menit. Setiap
kegiatan-kegiatan pada LKS praktikum dilaksanakan dengan waktu masing-masing
subtopik praktikum adalah 70 menit sedangkan waktu 20 menit yang tersisa adalah
waktu untuk guru pada proses pembelajaran berlangsung seperti memberikan
apersepsi, motivasi, dan penjelasan lebih lanjut untuk siswa. Hal ini dilakukan
untuk melihat kepraktisan LKS praktikum yang dikembangkan dari segi waktu.
Keterlaksanaan
LKS praktikum pada uji coba lapangan, siswa hanya membutuhkan waktu kurang dari
yang dialokasikan dalam mengerjakan tiap subtopik LKS praktikum yang
dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh sebelum kegiatan praktikum berlangsung,
alat dan bahan praktikum telah disiapkan di masing-masing meja siswa. Sehingga
ketika siswa melaksanakan praktikum tidak terlalu membutuhkan waktu yang
terlalu lama dalam menyiapkan alat dan bahan. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dinyatakan keterlaksanaan LKS praktikum dengan melibatkan 15 orang siswa
dinyatakan praktis dari segi waktu. Jika implementasi dilakukan melebihi 15
orang siswa atau skala kelompok besar maka hal yang perlu diperhatikan adalah
pengerjaan LKS praktikum bisa saja sesuai dengan alokasi waktu yang dicanangkan
atau melebihi waktu yang dialokasikan.
Dalam
pelaksanaan siswa sangat antusias ketika pembelajaran dilakukan dengan kegiatan
praktikum di laboratorium. Pada pertemuan pertama membutuhkan waktu mengerjakan
LKS selama 65 menit. Pada pertemuan kedua terjadi perubahan menuju ke arah
positif dibandingkan pada pertemuan sebelumnya sehingga waktu yang dibutuhkan
dalam mengerjakan LKS praktikum lebih kurang dari pertemuan yang pertama yaitu
60 menit.
Hasil respon
15 orang siswa terhadap keterlaksanaan LKS praktikum dikategorikan sangat
praktis dengan skor rata-rata adalah 3,95. LKS praktikum berbasis inkuiri
terbimbing yang dikembangkan mudah untuk diterapkan oleh siswa. Siswa
memberikan tanggapan yang positif terhadap LKS praktikum yang telah
dikembangkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ferliyanti (2017) yang
menyatakan bahwa LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam
yang dikembangkan dinyatakan praktis karena mendapatkan respon positif dari
siswa dilihat dari skor angket respon siswa. Kegiatan-kegiatan pada LKS
praktikum mampu diikuti oleh sebagian besar siswa karena bahasa yang digunakan
mudah dimengerti sehingga siswa merasa senang belajar menggunakan LKS praktikum
yang telah dikembangkan namun, ada beberapa siswa yang memberikan respon kurang
paham pada bagian prosedur percobaan dan cara menganalisis data hasil
pengamatan.
Keefektifan
LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga
dapat diketahui dengan diberikan tes pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep
tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan,
dan aspek sikap. Pada aspek pengetahuan digunakan tes pemahaman konsep yang
terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda yang diberikan kepada siswa satu kali,
yaitu pada akhir pembelajaran dengan menggunakan LKS praktikum. Sementara itu,
penilaian aspek keterampilan dan sikap, menggunakan rubrik penilaian
keterampilan dan sikap yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan
penelitian, persentase siswa yang mencapai KKM adalah 86,67% dengan nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan untuk kelas XI IPA di SMA
Negeri 3 Singaraja adalah 70. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya yaitu
hanya 61,68% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) maka terjadi
peningkatan persentase siswa yang memenuhi KKM sebanyak 24,99%. Dengan adanya
peningkatan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Hal ini menunjukkan bahwa LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing yang
dikembangkan termasuk kategori efektif. LKS praktikum berbasis inkuiri
terbimbing yang dikembangkan terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa pada
mata pelajaran kimia khususnya materi larutan penyangga. Hal ini sejalan dengan
penelitian Ferliyanti (2017) yang menyatakan bahwa LKS berbasis inkuiri
terbimbing pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan dinyatakan efektif
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Aulia (2015) menyatakan bahwa modul
kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang
dikembangkan telah teruji valid dan efektif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi larutan penyangga serta mendapat respon positif dari
penggunanya.
Pada
penilaian aspek keterampilan dan sikap siswa terjadi peningkatan. Hal tersebut
ditunjukan pada skor rata-rata penilaian aspek keterampilan dan aspek sikap
memperoleh kategori baik. Dengan demikian, LKS praktikum kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi larutan peyangga yang dikembangkan terbukti efektif
dalam meningkatkan keterampilan dan sikap siswa. Hal ini sejalan dengan
Hofstein (2007) menyebutkan bahwa kegiatan praktikum di laboratorium meningkatkan
keterampilan praktek ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah. Salah
satu aspek keterampilan yang mendapat skor rata-rata dengan kategori kurang
yaitu pada kegiatan persiapan praktikum khususnya pada penggunaan jas lab dalam
aspek keselamatan kerja. Hal tersebut disebabkan oleh tidak tersedianya jas lab
di SMA Negeri 3 Singaraja. Tidak tersedianya fasilitas jas lab merupakan salah
satu kendala yang dialami peneliti.
LKS
praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang
efektif ini diperoleh karena memudahkan siswa dalam belajar. Siswa yang telah
mencapai KKM merasa sangat terbantu dalam memahami materi dengan menggunakan
LKS praktikum pada proses pembelajaran. Kegiatan praktikum dalam proses
pembelajaran menyebabkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran kimia.
Ketertarikan inilah yang dapat mendorong minat siswa untuk lebih aktif terhadap
kegiatan pembelajaran. Siswa terlibat secara langsung saat kegiatan praktikum
sehingga siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan
penelitian dari Zahara (2015) yaitu dengan adanya keterlibatan siswa secara
langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan praktikum, siswa mampu
menemukan konsep-konsep esensial sehingga pemahaman konsep kimia mengenai
larutan penyangga meningkat.
SIMPULAN
1.
Setiap kegiatan pada LKS praktikum memiliki karakterisitik sebagai
berikut. 1) terdapat judul praktikum dan kolom identitas, 2) tujuan praktikum,
3) petunjuk penggunaan LKS, 4) fenomena dalam bentuk teks wacana, 5) kegiatan
mengamati fenomena, 6) merumuskan masalah, 7) merumuskan hipotesis, 8) daftar
alat dan bahan, 9) merancang percobaan, 10) melakukan percobaan, 11)
mengumpulkan data hasil pengamatan, 12) menganalisis data, 13) merumuskan
kesimpulan, dan 14) mengomunikasikan hasil praktikum. LKS praktikum yang
dikembangkan, terdiri atas dua kegiatan praktikum yaitu: 1) menyelidiki sifat
larutan penyangga dan 2) membuat larutan penyangga. Setiap kegiatan pada LKS
praktikum didesain dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing, dan bahasa
yang digunakan dalam LKS praktikum yang dikembangkan jelas, dan mudah dipahami
oleh siswa sehingga dapat membuat siswa lebih mudah dalam mengerjakan LKS
praktikum.
2.
LKS praktikum kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan ini telah memenuhi
syarat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Dari segi kevalidan, rata-rata
skor LKS praktikum yang dikembangkan sebesar 3,83 yang dikategorikan sangat
valid. Dari segi kepraktisan, LKS praktikum yang dikembangkan telah memenuhi
kriteria kepraktisan. Hal ini terlihat dari tanggapan siswa dengan jumlah skor
rata-rata sebesar 3,95 yang dikategorikan sangat praktis. Dari segi
keefektifan, LKS praktikum yang dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan.
Hal ini terlihat dari hasil persentase nilai siswa yang telah memenuhi kriteria
kelulusan minimal (KKM) yaitu 86,67%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS
praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga
memenuhi kriteria sangat valid, praktis, dan efektif, sehingga layak digunakan
dalam pembelajaran
SARAN
1.
Bagi
peneliti, perlu dilakukan uji coba terbatas dengan skala kelompok besar, karena
LKS praktikum ini hanya dikembangkan sampai pada tahap uji coba terbatas dengan
skala kelompok kecil.
2.
Bagi
guru, LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing ini hanya digunakan pada
materi larutan penyangga. Sebelum menggunakan LKS praktikum kimia berbasis
inkuiri dalam kegiatan praktikum hendaknya guru mengajarkan cara menggunakan
alat-alat kimia yang baik dan benar terutama pada alat yang belum terbiasa
digunakan oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S. 2015. Pengembangan Modul
Kimia SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Larutan Penyangga. Skripsi (tidak
diterbitkan). Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang.
BNSP. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Madia Makmur Maju Mandiri.
Chang, R. 2005. Basic Chemistry (7thed). New York: Mc Graw Hill.
Ferliyanti, V. 2017. Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi (tidak
diterbitkan). Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung.
Hofstein, A., dan R. M. Naaman. 2007. “The Laboratory in Science Education:
the state of the art”. Journal of Chemistry Education Research and
Practice, Volume 2, Nomor 8 (hlm. 105-107).
Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosada Karya.
Supasorn, S. 2012. “Enhancing Undergraduates’ Conceptual
Understanding of Organic Acid-Base-Neutral Extraction Using Inquiry-Based
Experiments”. Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, Volume 46, Nomor 1 (hlm. 4643–4650).
Walker, J. P., Sampson, V.,
Southerland, S. & Enderle, P. J. 2016. “Using the laboratory to engage all
students in science practices”. Journal of Chemistry Education Research and
Practice, Volume 17, Nomor 1 (hlm. 1098-1113).
Widoyoko, E. P. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wiratma, I. G. L. 2003. “Meningkatkan Ketrampilan Mahasiswa
Dalam Praktikum Kimia Analitik dengan Model Belajar Resistasi Pra-laboratorium
pada Mahasiswa Program Studi Kimia STKIP Singaraja”. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No 1 TH. XXXV 1 Januari
2003. Singaraja: UNDIKSHA.
Zahara, T. 2015. Pengembangan Modul
Praktikum Berbasis Problem Based Learning
Untuk Kimia Kelas X Semester Genap. Skripsi
tidak dipublikasikan. Jakarta: Universitas Negeri Islam.
Komentar
Posting Komentar