Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Praktikum Kimia Sma Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan Penyangga




Putu Eka Aryanthi, I Wayan Karyasa, I Wayan Subagia

Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia


wayan.karyasa@undiksha.ac.id, wayan.subagia@undiksha.ac.id


Abstrak
           Penelitian pengembangan ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan (1) karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS) praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga dan (2) kelayakan LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga ditinjau dari segi kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Desain penelitian pengembangan yang digunakan diadaptasi dari model Borg & Gall. Tahapan yang dilakukan adalah (1) penelitian dan pengumpulan informasi; (2) perencanaan; (3) pengembangan rancangan produk; dan (4) uji coba terbatas yang meliputi uji kepraktisan dan uji keefektifan. LKS praktikum terdiri atas dua subtopik bahasan, yaitu sifat larutan penyangga dan membuat larutan penyangga, yang setiap kegiatannya didesain dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing yang terdiri atas mengamati fenomena, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, merumuskan kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil. Bahasa yang digunakan dalam LKS praktikum, yaitu bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan dengan skor rata-rata validitas sebesar 3,83, dan memenuhi kriteria kepraktisan dengan skor rata-rata sebesar 3,95. Selain itu, LKS praktikum yang dikembangkan juga memenuhi kriteria keefektifan berdasarkan persentase nilai siswa yang memenuhi kriteria kelulusan minimal (KKM), yaitu sebesar 86,67% serta hasil penilaian aspek sikap dan aspek keterampilan diperoleh kategori baik.

             Kata kunci: inkuiri terbimbing, larutan penyangga, lembar kerja siswa

Abstract
                 The development research aimed to describe and explain (1) the characteristic of student worksheet (LKS) of high school chemistry practices based guided inquiry on subject matter of buffer solution and (2) the feasibility of student worksheet (LKS) of high school chemistry practices based guided inquiry on subject matter of buffer solution based on validity, practicality and effectiveness. The development research design was adapted from the model of Borg & Gall, with stages of (1) research and information collecting; (2) planning; (3) develop product design; and (4) limited testing, contained practicality test and effectiveness test. This student worksheet was contained of two subtopics namely the properties of buffer solution and make of buffer solution, with each activity containing guided inquiry syntax, namely observing phenomenon, formulating problems, formulating hypotheses, designing experiments, conducting experiment, collecting data, analyzing data, formulating conclusion, and communicating results. The language used in practice student worksheet was easily understood by the students. The result of the research that the practice student worksheet based guided inquiry on subject matter of buffer solution of developed have met category of validity with average score of 3.82, and have met category of practicality with average score of 3.95. Furthermore, the developed practice worksheet have met category of effectiveness. It can be seen from the percentage of students have met the minimum passing criteria (KKM) of 86.67%, and the result of the evaluation of attitude and skill aspect was categoried good.

         Keywords: guided inquiry, buffer solution, student worksheet



PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari sifat dan komposisi serta perubahannya (Chang, 2005). Pembelajaran kimia tidak hanya sekadar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BNSP, 2006). Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui suatu kegiatan praktikum. Praktikum kimia senantiasa berhubungan dengan pemahaman konsep dasar, peningkatan aktivitas, dan keterampilan praktikum. Hal tersebut tertera dalam Permendiknas No. 21 Tahun 2016 bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA/MA adalah memperoleh pengalaman dengan menerapkan metode ilmiah melalui kegiatan eksperimen.
Kegiatan pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, meningkatkan keterampilan dasar dalam bereksperimen, menjadi sarana belajar ilmiah serta dapat menunjang pemahaman materi pembelajaran (Wiratma, 2003). Walker (2016) mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum mampu melatih siswa untuk memecahkan masalah, menjelaskan fenomena, berfikir ilmiah dan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap konsep ilmiah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru di SMA Negeri di kota Singaraja pada bulan Februari 2018, siswa kurang dilibatkan secara langsung pada proses penemuan suatu konsep melalui metode ilmiah. Hal ini disebabkan oleh pada proses belajar mengajar guru sering kali menggunakan metode ceramah pada materi-materi yang sebenarnya dalam kompetensi dasar dituntut untuk melaksanakan praktikum. Salah satu guru mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum hanya menghabiskan banyak waktu dan tenaga sehingga guru jarang membawa siswa ke laboratorium untuk mengadakan praktikum. Pada saat kegiatan praktikum, guru hanya menggunakan petunjuk atau prosedur yang tersedia pada buku paket ataupun LKS yang dijual. Buku paket dan LKS yang digunakan hanya memuat materi, prosedur kerja, dan soal-soal latihan. Bahan ajar yang seperti ini kurang dapat menuntun untuk mencari dan menemukan sendiri suatu konsep pada materi yang dipelajari melainkan hanya menerima penjelasan materi dari guru. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil studi dokumen yang dilakukan pada bulan Februari 2018 terkait nilai ulangan siswa SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 2016/2017, menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa pada materi larutan penyangga tergolong rendah, dengan perolehan rata-rata nilai ulangan harian materi larutan penyangga siswa kelas XI semester 2 pada tahun ajaran 2016/2017 di bawah standar ketuntasan minimal (KKM) yaitu 69,29 dengan nilai standar ketuntasan minimal (KKM) adalah 70. Selain itu, pembelajaran yang berlangsung hanya di dalam kelas dengan pembahasan materi yang memicu kejenuhan pada siswa. Materi larutan penyangga adalah salah satu materi kimia yang di dalamnya terdapat konsep yang harus dipahami oleh siswa antara lain: sifat larutan penyangga, prinsip kerja larutan penyangga, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup serta membuat larutan penyangga dengan pH tertentu. Konsep tersebut dapat dipahami siswa dengan melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa misalnya melakukan kegiatan praktikum. Pelaksanaan praktikum yang baik tentunya tidak terlepas dari ketersediaan bahan ajar sebagai penuntun siswa dalam melakukan kegiatan praktikum. Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan ajar yang dapat membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan praktikum yaitu LKS praktikum.
LKS praktikum merupakan salah satu bahan ajar yang dapat menunjang kegiatan praktikum dan berfungsi sebagai alat evaluasi dalam proses belajar mengajar, selain itu dapat digunakan pula sebagai acuan dalam menuntun siswa untuk memahami masalah dan membantu kegiatan bernalar. Dalam melakukan penalaran, siswa mempunyai kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. LKS praktikum merupakan salah satu bahan pembelajaran yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan-kegiatan praktikum dan prosedur praktikum yang membantu guru dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan praktikum. LKS praktikum berperan dalam pengembangan sikap dan kinerja ilmiah siswa.
Tersedianya LKS praktikum yang dapat menuntun siswa untuk menemukan dan mengkonstruksi konsep pada materi yang dipelajari serta menuntun siswa untuk memahami masalah dan membantu kegiatan bernalar masih terbatas. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menggunakan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Menurut Hands dan Keys (dalam Supasorn, 2012) mengemukakan kegiatan praktikum dengan pendekatan inkuiri tebimbing dapat menekankan pada keseluruhan proses metode ilmiah, bahwa siswa mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi masalah dari pengamatannya, merumuskan hipotesis, merencanakan prosedur dan mengadakan penyelidikan, menjelaskan fakta yang diperoleh dalam eksperimen, dan menyampaikan kesimpulannya. Kegiatan praktikum dengan pembelajaran inkuiri terbimbing akan mendorong peserta didik terlibat aktif menemukan konsep atau pengetahuan sendiri melalui praktikum dengan menggunakan metode ilmiah yang dibantu dengan LKS praktikum.
Penggunaan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pembelajaran kimia memiliki manfaat yaitu: sebagai sarana pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, meningkatkan motivasi belajar, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Ferliyanti (2017) meyatakan bahwa LKS berbasis inkuir terbimbing terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada topik hidrolisis garam dengan persentase siswa yang tuntas adalah 86%. Selain itu, Aulia (2015) juga menyatakan bahwa modul kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 87,50%.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengembangkan LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga. LKS praktikum kimia tersebut diharapkan dapat memberi alternatif dalam pembelajaran serta dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing ini, semestinya dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan (R&D) untuk mendapatkan kelayakan LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang ditinjau dari segi kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

METODE
         Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian dan pengembangan (R & D). Penelitian ini dirancang mengikuti alur penelitian dari model Gall & Borg (dalam Sukmadinata, 2011). Penelitian dan pengembangan yang dilakukan hanya terbatas pada tahap penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan rancangan produk, dan uji coba terbatas yang meliputi uji kepraktisan dan uji keefektifan. Produk yang dihasilkan berupa LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga. Pada tahap penelitian dan pengumpulan informasi dilakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan bertujuan untuk (1) menganalisis kompetensi dasar yang berkaitan dengan praktikum pada materi larutan penyangga berdasarkan kurikulum 2013, (2) memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pelaksanaan praktikum pada materi larutan penyangga, khususnya pada LKS praktikum yang digunakan di sekolah sehingga diperlukan suatu pengembangan LKS praktikum.
         Analisis kebutuhan ini dilakukan melalui studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur dilakukan penelusuran, pengkajian, dan pencatatan sumber-sumber yang diperlukan dalam pembuatan LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga. Studi literatur yang dilakukan berupa penelusuran pada silabus, RPP, LKS, buku paket siswa, artikel dan jurnal terkait LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing, serta analisis kurikulum yang dilakukan sesuai dengan standar kompetensi yang tercantum dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013. Studi lapangan dilakukan dengan wawancara menggunakan pedoman wawancara kepada guru-guru kimia di SMA kelas XI yang ada di kota Singaraja, khususnya SMA yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Adapun instrumen yang digunakan pada tahap ini yaitu berupa pedoman wawancara. Pada tahap perencanaan produk terdapat beberapa tahapan yaitu tahapan pembuatan rancangan produk dan tahap uji coba praktikum terkait prosedur kerja yang telah dirancang.
         Tahap perancangan produk merupakan tahap perancangan desain atau isi LKS praktikum. Adapun rencana desain atau isi LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga, sesuai dengan acuan adalah sebagai berikut. 1) halaman depan LKS praktikum, 2) prakata, 3) daftar isi, 4) isi dan komponen LKS praktikum, 5) kegiatan praktikum yang meliputi judul praktikum, kolom identitas, tujuan praktikum, fenomena dalam bentuk teks wacana, mengamati fenomena, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, daftar alat dan bahan, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data hasil pengamatan, menganalisis data, merumuskan kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil praktikum. Prosedur kerja pada LKS praktikum yang dikembangkan di uji coba oleh pengembang sendiri melalui praktikum di laboratorium.
         Tahap pengembangan rancangan produk dalam penelitian ini terdiri dari uji validasi produk dan perevisian produk. LKS praktikum yang dikembangkan diuji validitasnya oleh lima orang validator yang terdiri atas tiga orang ahli dari kalangan dosen dan dua orang ahli dari guru kimia sebagai praktisi. Pada tahap validitas ini dibagi menjadi tiga proses, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas bahasa. Metode pengumpulan data pada tahap ini yaitu melalui lembar validasi dengan instrumen berupa lembar validasi isi dan konstruk serta lembar validasi bahasa LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung hasil validasi adalah sebagai berikut.





         Tabel 1. Kriteria Validasi Isi, Konstruk dan Bahasa
Interval Skor
Kategori
3.5 ≤  < 4.0
Sangat Valid
2.5 ≤  < 3.5
Valid
1.5 ≤  < 2.5
Tidak Valid
1.0 ≤  < 1.5
Sangat Tidak Valid





(Widoyoko, 2009)



Perevisian produk bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari produk LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan sesuai saran dan masukan yang diberikan oleh para ahli dan praktisi. Pada tahap uji coba terbatas dilakukan pengujian terhadap rancangan LKS praktikum oleh siswa SMA. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan LKS praktikum yang telah dikembangkan. Kepraktisan LKS praktikum diukur berdasarkan proses pelaksanaan uji coba LKS praktikum dan respon siswa terhadap keterlaksanaan LKS praktikum yang dikembangkan. Keefektifan LKS praktikum diukur berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran menggunakan LKS praktikum yang telah dikembangkan. Keefektifan produk dapat dilihat melalui pemberian tes pemahaman konsep yang berupa tes pilihan ganda. Ketuntasan pada penelitian ini didasarkan atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 untuk mata pelajaran kimia kelas XI. Tahap uji coba terbatas ini dilakukan di SMA Negeri 3 Singaraja. Pada tahap uji coba ini dilakukan penelitian Pre-experimental dengan desain penelitian one-shoot case study. Subyek penelitian pada tahap ini adalah 15 orang siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 3 Singaraja yang berasal dari perwakilan siswa dengan kategori kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Setelah uji coba produk, temuan-temuan penting yang didapat dijadikan acuan untuk merevisi lebih lanjut demi penyempurnaan produk LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga sebagai produk akhir.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini berupa data pada tahap analisis kebutuhan yang meliputi studi literatur dan studi lapangan, data hasil perencanaan produk, data hasil pengembangan produk awal, data hasil validasi produk, dan data hasil uji kepraktisan produk serta data uji keefektifan produk. Berdasarkan hasil studi literatur dan analisis artikel dan jurnal terkait LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing, ditentukanlah subtopik praktikum yang terdapat pada LKS praktikum yang dikembangkan yaitu subtopik sifat larutan penyangga dan membuat larutan penyangga. LKS praktikum yang dikembangkan disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa SMA N 3 Singaraja. Subtopik praktikum yang ditentukan sesuai dengan kompetensi dasar yang tercantum pada Permendikbud No. 24 Tahun 2016 serta sesuai dengan indikator pembelajaran pada RPP dan silabus. Rumusan tujuan praktikum pada kedua subtopik sifat larutan penyangga dan membuat larutan penyangga disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut, disusunlah rumusan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan praktikum yang disajikan pada Tabel 2.




                 Tabel 2. Rumusan Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Praktikum
Kompetensi Dasar 3
Kompetensi dasar 4
Indikator
Tujuan Praktikum
Menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup
Membuat larutan penyangga dengan pH tertentu
Menyelidiki sifat-sifat larutan penyangga
Siswa mampu menyelidiki sifat-sifat larutan penyangga melalui percobaan
Membuat larutan penyangga dengan pH tertentu
Siswa mampu membuat larutan penyangga dengan pH tertentu melalui percobaan



Pada tahap studi lapangan dilakukan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa: 1) kegiatan praktikum yang berlangsung di sekolah kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkonstruksi konsep pada materi kimia serta keterbatasan bahan ajar berupa LKS praktikum yang mampu menuntun siswa merancang kegiatan praktikumnya dan menemukan konsepnya sendiri sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013; dan 2) Beberapa guru menggunakan petunjuk atau prosedur praktikum yang digunakan berasal dari buku kimia pegangan siswa, sedangkan LKS praktikum yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 belum tersedia.
Berdasarkan studi dokumen terkait hasil nilai ulangan siswa SMAN 3 Singaraja pada tahun ajaran 2016/2017 terhadap materi larutan penyangga masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai akhir yang diperoleh beberapa siswa belum mencapai KKM mata pelajaran kimia yaitu 70. Persentase siswa yang mencapai KKM kelas XI pada materi larutan penyangga tahun pelajaran 2016/2017 sebesar 61,68% dan siswa yang tidak mencapai KKM sebesar 38,32%.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga penting dikembangkan agar pelaksanaan kegiatan praktikum berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menuntun siswa untuk merancang kegiatan praktikumnya mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara terbimbing.
Pada tahap perencanaan dirancang komponen-komponen LKS praktikum yang dikembangkan antara lain: a) halaman depan LKS praktikum, b) prakata, c) daftar isi, d) isi dan komponen LKS praktikum, dan e) kegiatan pada LKS praktikum. Setiap kegiatan pada LKS praktikum memiliki karakterisitik yang meliputi judul praktikum dan kolom identitas, tujuan praktikum, fenomena dalam bentuk teks wacana, kegiatan mengamati fenomena, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, daftar alat dan bahan, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data hasil pengamatan, menganalisis data, merumuskan kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil praktikum. Bahasa yang digunakan dalam LKS praktikum adalah bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
LKS praktikum yang dikembangkan terdiri atas dua subtopik bahasan, yaitu sifat larutan penyangga dan membuat larutan penyangga, yang setiap kegiatannya didesain dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing. Setiap subtopik praktikum dialokasikan waktu untuk mengerjakan kegiatan pada LKS praktikum adalah 70 menit. Pada tahap pengembangan produk dalam penelitian ini terdiri dari uji validasi produk dan perevisian produk. Berdasarkan aspek validasi yang dinilai, hasil validasi rata-rata memenuhi kriteria sangat valid. Hal ini menunjukkan bahwa LKS praktikum yang dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan dari segi ahli isi, konstruk, dan bahasa serta praktisi dengan rata-rata skor sebesar 3,83, walaupun ada beberapa hal yang harus direvisi berdasarkan saran dan komentar dari masing-masing validator.
Pada tahap uji coba terbatas dilakukan uji coba lapangan kelompok kecil, produk LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diujicobakan kepada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Singaraja sebanyak 15 orang yang berasal dari perwakilan siswa dengan kategori kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Uji coba lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 7-8 Mei 2018 dengan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu praktikum sifat larutan penyangga sedangkan pertemuan yang kedua adalah praktikum membuat larutan penyangga.
Hambatan yang dialami pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut. 1) beberapa siswa belum mengetahui cara menggunakan alat ukur volume dengan benar, 2) beberapa siswa belum memanfaatkan LKS praktikum yang diberikan secara maksimal, dan 3) pada tahapan menyajikan hasil kegiatan praktikum, beberapa siswa tampak kurang memperhatikan penjelasan anggota kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. Dari hambatan yang dihadapi, peneliti bersama guru pengampu mengatasi hambatan-hambatan tersebut dengan mengajari siswa cara menggunakan alat ukur volume dengan benar, membimbing setiap kegiatan pada LKS praktikum, dan menegur siswa yang kurang memperhatikan penjelasan kelompok yang presentasi. Pada pertemuan kedua terjadi perubahan menuju ke arah positif dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan: 1) siswa sudah menggunakan LKS praktikum dengan baik dan mengikuti dengan cermat setiap langkah kerja yang tercantum; 2) siswa mampu menggunakan alat ukur volume dengan benar; dan 3) siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pada saat kegiatan praktikum sudah selesai, 15 orang siswa tersebut diberikan tes pemahaman konsep. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan LKS praktikum yang dikembangkan yang ditinjau dari pemahaman konsep siswa setelah diberikan LKS praktikum sebagai penuntun kegiatan praktikumnya. Berdasarkan hasil keterlaksanaan LKS praktikum yang dikembangkan pada pertemuan satu maupun kedua menunjukkan bahwa siswa dapat menyelesaikan kegiatan pada LKS praktikum yang dikembangkan dengan waktu kurang dari yang alokasikan setiap pertemuan. Hal ini disebabkan oleh sebelum kegiatan praktikum berlangsung, alat dan bahan praktikum telah disiapkan di masing-masing meja siswa sehingga ketika siswa melaksanakan kegiatan praktikum tidak terlalu membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam menyiapkan alat dan bahan serta jumlah siswa yang diikutsertakan hanya 15 orang atau dalam skala kelompok kecil.
LKS praktikum kimia yang dikembangkan memenuhi pada kategori sangat praktis. Kebanyakan siswa memberikan memberikan tanggapan positif terhadap LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Siswa merasa senang belajar dengan LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing karena bahasanya mudah dimengerti. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 3,95. Keefektifan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dilakukan dengan memberikan tes yang berkaitan dengan topik kegiatan pada LKS praktikum. Sebelum diberikan tes, tes tersebut diuji cobakan di kelas XI IPA 1,  SMA Negeri 2 Singaraja sebanyak 36 orang kemudian dianalisis validitas butir tes, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran tes. Setelah tes pemahaman konsep dinyatakan valid, tes tersebut diberikan kepada 15 orang siswa yang berasal dari SMA Negeri 3 Singaraja pada akhir pembelajaran untuk mengetahui keefektifan dari produk yang dikembangkan. Data nilai pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3 dan diagram nilai tes pemahaman konsep tersedia pada Gambar 1.




Tabel 3. Data Nilai Pemahaman Konsep
Interval
Kategori
Jumlah Siswa
(%)
p > 80
Sangat Baik
3
20%
60 < p ≤ 80
Baik
10
66,67%
40 < p ≤ 60
Cukup
2
13,33%
20 < p ≤ 40
Kurang
0
0%
p ≤ 20
Sangat Kurang
0
0%


Gambar 1. Diagram Nilai Tes Pemahaman Konsep


Berdasarkan hasil analisis jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk kelas XI adalah 70, maka persentase siswa yang lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 86,67%, sedangkan persentase siswa yang tidak lulus KKM adalah 13,33%. Jika dilihat dari perolehan persentase pencapaian hasil belajar siswa pada tahun sebelumnya adalah 61,68% siswa yang mencapai KKM, maka menunjukkan bahwa LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan memenuhi kriteria keefektifan dalam pencapaian hasil belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Singaraja.
Rangkuman hasil analisis data penilaian aspek sikap 15 orang siswa yang berasal dari SMA Negeri 3 Singaraja dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini.



      Tabel 4. Rangkuman Hasil Analisis Penilaian Aspek Sikap
No
Aspek Sikap
Skor Rata-Rata Pertemuan ke-
Rata-Rata
Kriteria
1
2
1
Kerja Sama
3,44
3,40
3,42
SB
2
Tanggung Jawab
3,47
3,44
3,46
SB
3
Disiplin
3,43
3,50
3,47
SB
4
Percaya Diri
3,31
3,38
3,35
SB
5
Jujur
3,27
3,40
3,34
SB



Berdasarkan hasil analisis data, secara umum penilaian aspek sikap siswa sebagian besar memperoleh kategori sangat baik. Rangkuman hasil analisis data penilaian aspek keterampilan dapat dilihat pada Tabel 5.




Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Penilaian Aspek Keterampilan
No
Aspek Keterampilan
Skor Rata-Rata Pertemuan ke-
Rata-Rata
Kriteria
1
2
Persiapan Praktikum
1
Keselamatan Kerja
2,00
2,00
2,00
C
2
Persiapan Alat Praktikum
3,33
3,60
3,47
SB
3
Persiapan Bahan Praktikum
3,40
3,60
3,50
SB
Pelaksanaan Praktikum
4
Penggunaan Alat Ukur Volume
2,87
3,33
3,10
B
5
Pengambilan Cairan dengan Pipet
2,87
3,20
3,04
B
6
Penambahan atau Penuangan Cairan
3,13
3,40
3,27
B
Setelah Praktikum
7
Kebersihan
3,47
3,73
3,60
SB

        


Berdasarkan hasil analisis data, secara umum terjadi peningkatan pada aspek sikap dan keterampilan siswa dari pertemuan satu sampai dengan pertemuan dua. Pada penilaian aspek keterampilan siswa sebagian besar memperoleh kategori baik, hanya satu aspek yaitu aspek keamanan kerja yang memperoleh kategori cukup. Aspek keamanan kerja yang dimaksudkan adalah penggunaan jas lab. Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah tahap uji coba terbatas, terdapat sedikit perbaikan kalimat pada bagian pertanyaan dan prosedur percobaan agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Secara keseluruhan produk LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga telah memenuhi kategori valid, praktis, dan efektif sesuai dengan data yang diperoleh.

PEMBAHASAN
LKS praktikum yang dikembangkan, terdiri atas dua kegiatan praktikum yaitu: 1) menyelidiki sifat larutan penyangga dan 2) membuat larutan penyangga. Komponen-komponen yang terdapat pada LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yaitu: 1) sampul, 2) prakata, 3) daftar isi, 4) isi dan komponen LKS praktikum, dan 5) kegiatan pada LKS praktikum. Setiap kegiatan pada LKS praktikum memiliki karakterisitik sebagai berikut. 1) terdapat judul praktikum dan kolom identitas, 2) tujuan praktikum, 3) petunjuk penggunaan LKS, 4) fenomena dalam bentuk teks wacana, 5) kegiatan mengamati fenomena, 6) merumuskan masalah, 7) merumuskan hipotesis, 8) daftar alat dan bahan, 9) merancang percobaan, 10) melakukan percobaan, 11) mengumpulkan data hasil pengamatan, 12) menganalisis data, 13) merumuskan kesimpulan, dan 14) mengomunikasikan hasil praktikum. Terdapat komponen tambahan berupa kunci jawaban LKS praktikum yang hanya digunakan oleh guru saja. Semua komponen tersebut telah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kurikulum 2013.
LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan mengikuti sintaks inkuiri terbimbing. Proses penyusunan LKS praktikum berbasis inkuri terbimbing pada materi larutan penyangga memiliki beberapa kendala seperti kesulitan dalam menyajikan fenomena yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SMA pada materi larutan penyangga dan kesulitan dalam menyesuaikan tujuan praktikum dengan kegiatan pada LKS praktikum. Oleh karena itu peneliti melakukan bimbingan lebih lanjut untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Bahasa yang digunakan pada LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan komunikatif, jelas, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga membuat siswa lebih mudah dalam mengerjakan LKS praktikum. Hal ini sesuai dengan syarat konstruksi yang harus ada dalam LKS praktikum menurut Hendro (1993) bahwa bahan ajar yang berupa LKS praktikum harus menggunakan struktur kalimat yang jelas dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi siswa.
Validasi LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahapan validasi ahli isi, validasi ahli konstruk, validasi praktisi, dan validasi bahasa. Validasi produk LKS praktikum dapat dilakukan oleh beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai suatu produk baru yang dirancang. Ahli yang dipilih yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun kemampuan yang luas dalam bidang studi tertentu didasarkan pada pendidikan, profesi, pengalaman, dan prestasi yang pernah diraih. Secara keseluruhan rata-rata skor validitas LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan dari segi ahli isi, konstruk, bahasa, dan praktisi sebesar 3,83 yang dikategorikan sangat valid. LKS praktikum yang dikembangkan telah sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, hal ini dapat dilihat dari pemilihan topik, kedalaman materi yang disusun telah mengacu pada Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013.
Keberhasilan LKS praktikum yang dikembangkan mencapai kategori sangat valid. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut. Pertama, LKS praktikum yang dikembangkan memiliki komponen-komponen yang harus ada dalam setiap LKS praktikum. Kedua, aspek-aspek pengukuran validasi LKS praktikum telah terpenuhi yang meliputi validasi isi, konstruk, dan bahasa. Hal tersebut menyebabkan LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran praktikum.
LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan juga dikatakan praktis dilihat dari dua aspek yaitu: 1) keterlaksanaan LKS praktikum dengan melibatkan 15 orang siswa, dan 2) respon 15 orang siswa terhadap keterlaksanaan LKS praktikum. Alokasi waktu pembelajaran di kelas adalah 2 x 45 menit. Setiap kegiatan-kegiatan pada LKS praktikum dilaksanakan dengan waktu masing-masing subtopik praktikum adalah 70 menit sedangkan waktu 20 menit yang tersisa adalah waktu untuk guru pada proses pembelajaran berlangsung seperti memberikan apersepsi, motivasi, dan penjelasan lebih lanjut untuk siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat kepraktisan LKS praktikum yang dikembangkan dari segi waktu.
Keterlaksanaan LKS praktikum pada uji coba lapangan, siswa hanya membutuhkan waktu kurang dari yang dialokasikan dalam mengerjakan tiap subtopik LKS praktikum yang dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh sebelum kegiatan praktikum berlangsung, alat dan bahan praktikum telah disiapkan di masing-masing meja siswa. Sehingga ketika siswa melaksanakan praktikum tidak terlalu membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam menyiapkan alat dan bahan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan keterlaksanaan LKS praktikum dengan melibatkan 15 orang siswa dinyatakan praktis dari segi waktu. Jika implementasi dilakukan melebihi 15 orang siswa atau skala kelompok besar maka hal yang perlu diperhatikan adalah pengerjaan LKS praktikum bisa saja sesuai dengan alokasi waktu yang dicanangkan atau melebihi waktu yang dialokasikan.
Dalam pelaksanaan siswa sangat antusias ketika pembelajaran dilakukan dengan kegiatan praktikum di laboratorium. Pada pertemuan pertama membutuhkan waktu mengerjakan LKS selama 65 menit. Pada pertemuan kedua terjadi perubahan menuju ke arah positif dibandingkan pada pertemuan sebelumnya sehingga waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan LKS praktikum lebih kurang dari pertemuan yang pertama yaitu 60 menit.
Hasil respon 15 orang siswa terhadap keterlaksanaan LKS praktikum dikategorikan sangat praktis dengan skor rata-rata adalah 3,95. LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan mudah untuk diterapkan oleh siswa. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap LKS praktikum yang telah dikembangkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ferliyanti (2017) yang menyatakan bahwa LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan dinyatakan praktis karena mendapatkan respon positif dari siswa dilihat dari skor angket respon siswa. Kegiatan-kegiatan pada LKS praktikum mampu diikuti oleh sebagian besar siswa karena bahasa yang digunakan mudah dimengerti sehingga siswa merasa senang belajar menggunakan LKS praktikum yang telah dikembangkan namun, ada beberapa siswa yang memberikan respon kurang paham pada bagian prosedur percobaan dan cara menganalisis data hasil pengamatan.
Keefektifan LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga dapat diketahui dengan diberikan tes pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap. Pada aspek pengetahuan digunakan tes pemahaman konsep yang terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda yang diberikan kepada siswa satu kali, yaitu pada akhir pembelajaran dengan menggunakan LKS praktikum. Sementara itu, penilaian aspek keterampilan dan sikap, menggunakan rubrik penilaian keterampilan dan sikap yang dilakukan pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian, persentase siswa yang mencapai KKM adalah 86,67% dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan untuk kelas XI IPA di SMA Negeri 3 Singaraja adalah 70. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya yaitu hanya 61,68% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) maka terjadi peningkatan persentase siswa yang memenuhi KKM sebanyak 24,99%. Dengan adanya peningkatan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan termasuk kategori efektif. LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi larutan penyangga. Hal ini sejalan dengan penelitian Ferliyanti (2017) yang menyatakan bahwa LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam yang dikembangkan dinyatakan efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Aulia (2015) menyatakan bahwa modul kimia SMA berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan telah teruji valid dan efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi larutan penyangga serta mendapat respon positif dari penggunanya.
Pada penilaian aspek keterampilan dan sikap siswa terjadi peningkatan. Hal tersebut ditunjukan pada skor rata-rata penilaian aspek keterampilan dan aspek sikap memperoleh kategori baik. Dengan demikian, LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan peyangga yang dikembangkan terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan dan sikap siswa. Hal ini sejalan dengan Hofstein (2007) menyebutkan bahwa kegiatan praktikum di laboratorium meningkatkan keterampilan praktek ilmiah dan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu aspek keterampilan yang mendapat skor rata-rata dengan kategori kurang yaitu pada kegiatan persiapan praktikum khususnya pada penggunaan jas lab dalam aspek keselamatan kerja. Hal tersebut disebabkan oleh tidak tersedianya jas lab di SMA Negeri 3 Singaraja. Tidak tersedianya fasilitas jas lab merupakan salah satu kendala yang dialami peneliti.
LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang efektif ini diperoleh karena memudahkan siswa dalam belajar. Siswa yang telah mencapai KKM merasa sangat terbantu dalam memahami materi dengan menggunakan LKS praktikum pada proses pembelajaran. Kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran menyebabkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran kimia. Ketertarikan inilah yang dapat mendorong minat siswa untuk lebih aktif terhadap kegiatan pembelajaran. Siswa terlibat secara langsung saat kegiatan praktikum sehingga siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Zahara (2015) yaitu dengan adanya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan praktikum, siswa mampu menemukan konsep-konsep esensial sehingga pemahaman konsep kimia mengenai larutan penyangga meningkat.
             
SIMPULAN
1.    Setiap kegiatan pada LKS praktikum memiliki karakterisitik sebagai berikut. 1) terdapat judul praktikum dan kolom identitas, 2) tujuan praktikum, 3) petunjuk penggunaan LKS, 4) fenomena dalam bentuk teks wacana, 5) kegiatan mengamati fenomena, 6) merumuskan masalah, 7) merumuskan hipotesis, 8) daftar alat dan bahan, 9) merancang percobaan, 10) melakukan percobaan, 11) mengumpulkan data hasil pengamatan, 12) menganalisis data, 13) merumuskan kesimpulan, dan 14) mengomunikasikan hasil praktikum. LKS praktikum yang dikembangkan, terdiri atas dua kegiatan praktikum yaitu: 1) menyelidiki sifat larutan penyangga dan 2) membuat larutan penyangga. Setiap kegiatan pada LKS praktikum didesain dengan sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing, dan bahasa yang digunakan dalam LKS praktikum yang dikembangkan jelas, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat membuat siswa lebih mudah dalam mengerjakan LKS praktikum.
2.    LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang dikembangkan ini telah memenuhi syarat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Dari segi kevalidan, rata-rata skor LKS praktikum yang dikembangkan sebesar 3,83 yang dikategorikan sangat valid. Dari segi kepraktisan, LKS praktikum yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan. Hal ini terlihat dari tanggapan siswa dengan jumlah skor rata-rata sebesar 3,95 yang dikategorikan sangat praktis. Dari segi keefektifan, LKS praktikum yang dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan. Hal ini terlihat dari hasil persentase nilai siswa yang telah memenuhi kriteria kelulusan minimal (KKM) yaitu 86,67%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga memenuhi kriteria sangat valid, praktis, dan efektif, sehingga layak digunakan dalam pembelajaran

SARAN
1.    Bagi peneliti, perlu dilakukan uji coba terbatas dengan skala kelompok besar, karena LKS praktikum ini hanya dikembangkan sampai pada tahap uji coba terbatas dengan skala kelompok kecil.
2.    Bagi guru, LKS praktikum kimia berbasis inkuiri terbimbing ini hanya digunakan pada materi larutan penyangga. Sebelum menggunakan LKS praktikum kimia berbasis inkuiri dalam kegiatan praktikum hendaknya guru mengajarkan cara menggunakan alat-alat kimia yang baik dan benar terutama pada alat yang belum terbiasa digunakan oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S. 2015. Pengembangan Modul Kimia SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Larutan Penyangga. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang.
BNSP. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Madia Makmur Maju Mandiri.
Chang, R. 2005. Basic Chemistry (7thed). New York: Mc Graw Hill.
Ferliyanti, V. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Hofstein, A., dan R. M. Naaman. 2007. The Laboratory in Science Education: the state of the art. Journal of Chemistry Education Research and Practice, Volume 2, Nomor 8 (hlm. 105-107).
Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosada Karya.
Supasorn, S. 2012. Enhancing Undergraduates’ Conceptual Understanding of Organic Acid-Base-Neutral Extraction Using Inquiry-Based Experiments. Journal of Procedia Social and Behavioral Sciences, Volume 46, Nomor 1 (hlm. 4643–4650).
Walker, J. P., Sampson, V., Southerland, S. & Enderle, P. J. 2016. Using the laboratory to engage all students in science practices. Journal of Chemistry Education Research and Practice, Volume 17, Nomor 1 (hlm. 1098-1113).
Widoyoko, E. P. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wiratma, I. G. L. 2003. Meningkatkan Ketrampilan Mahasiswa Dalam Praktikum Kimia Analitik dengan Model Belajar Resistasi Pra-laboratorium pada Mahasiswa Program Studi Kimia STKIP Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No 1 TH. XXXV 1 Januari 2003. Singaraja: UNDIKSHA.
Zahara, T. 2015. Pengembangan Modul Praktikum Berbasis Problem Based Learning Untuk Kimia Kelas X Semester Genap. Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta: Universitas Negeri Islam.





Komentar

Popular Posts

Proposal Usaha Bengkel Las Dan Bubut “Sabadha Logam”

Jenis-Jenis Port beserta Penjelasan, Gambar, dan Fungsinya Pada Console Unit

Drama : Liburan Ke Kebun Binatang