Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Pada Sepeda Motor Yamaha Aerox 155 Di Singaraja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kebutuhan akan alat
transportasi dewasa ini menjadi kebutuhan yang sangat penting, dibanding dengan
alat transportasi umum, sebagian besar orang lebih memilih untuk menggunakan
alat transportasi pribadi terutama sepeda motor guna menunjang aktifitas
sehari-hari. Selain merupakan alat transportasi yang praktis dan lincah untuk
digunakan melewati kemacetan, konsumsi bahan bakar sepeda motor lebih murah
jika dibandingkan dengan kendaraan roda empat serta dengan menggunakan
kendaraan umum. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mengelompokan
jenis-jenis sepeda motor sebagai berikut, motor bebek, motor matic. Motor bebek
adalah motor yang ditunjukan untuk konsumen pada umumnya yang segmennya dapat
diterima secara umum, dengan bentuk yang simpel serta dapat digunakan oleh
siapa saja. Motor matic merupakan motor yang ditunjukan kepada konsumen yang
menginginkan kepraktisan berkendaraan di kota-kota besar yang pada mulanya
motor ini dibuat untuk kaum wanita agar dapat mudah dalam berkendara.
Berdasarkan lampiran 1
dapat diketahui penjualan Yamaha Aerox 155 masih lebih rendah dari 2 produk
motor skutik lainnya yakni Honda Vario 150 dan Yamaha Nmax 155. Kehadiran
Yamaha Aerox 155 VVA yang digadang-gadangkan oleh salah satu blogger terkenal akan
menghantam dominasi Honda Vario 150 eSP ternyata belum terjadi dalam
waktu dekat ini. Jangankan untuk mengalahkan penjualan Honda Vario 150 eSP,
sekedar untuk melampaui penjualan saudara sendiri yakni Yamaha Nmax saja baru
sanggup sekali (tepatnya pada Bulan Maret 2017, itupun bedanya tipis).
Berdasarkan lampiaran 2 dapat di
ketahui dari Rata-rata per bulannya Yamaha Aerox 155 VVA selama Bulan
Januari–November 2017, tampak dengan jelas mengalami penjualan fluktuasi yang
mana penjualan terendah terjadi pada Bulan Februari 2017 dan tertinggi pada
Bulan Juli 2017. Pada Bulan Januari belum ada unit yang didistribusikan. Baru
mulai terjual di Bulan Februari dengan hanya sebesar 7.006 unit saja dan
sekaligus jadi yang terendah penjualannya. Kemudian naik secara drastis di Bulan
Maret, lalu turun penjualannya di Bulan April dan Mei dengan angka penjualan
yang hampir sama. Kembali naik di Bulan Juni dan Juli. Sebanyak 19.880 unit
yang terjual di Bulan Juli sekaligus yang tertinggi selama 10 bulan. Kembali
turun di Bulan Agustus dan alami kenaikan lagi di Bulan September, Oktober dan November 2017. Secara rata-rata
perbulannya ada 12.803 unit Yamaha
Aerox 155 VVA yang terjual dan jumlah total yang terjual selama 11 bulan adalah
sebesar 140.831 unit. Produk
Yamaha Aerox 155 yang mendapatkan penjualan yang rendah di bandingkan Honda
Vario 150 dan Yamaha Nmax 155.
Penurunan
penjualan Yamaha Aerox 155 VVA diduga di akibatkan oleh beberapa variabel yang
seperti kualitas produk dan citra merek. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wangean (2014) yang berjudul “Pengaruh citra merek, kualitas
produk, dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen pada mobil All New Kia
Rio di Kota Manado”, dari penelitian tersebut dapat diperoleh hasil yakni citra
merek, kualitas produk dan harga secara bersama-sama berperngaruh signifikan
terhadap keputusan konsumen pada mobil All New Kia Rio di Kota Manado. Untuk
mengetahui pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan
pembelian motor Yamaha Aerox 155 di Singaraja, maka peneliti melakuan observasi
awal dengan menggunakan 10 orang responden.
Berdasarkan
hasil kuesoner awal (lampiran 3) dapat diketahui bahwa pada indikator kualitas
produk (Saya memilih Yamaha Aerox 155 agar barang hasil produksi dapat mencapai
standar yang telah di tetapkan) dan indikator citra merek (Saya memilih Yamaha Aerox
155 karena sepeda motor matic merek ini memiliki keunggulan di bandingkan
dengan merek-merek sepeda motor matic lainnya) serta indikator keputusan
pembelian (Saya membeli
Yamaha Aerox 155 karena kebutuhan dan keinginan akan suatu produknya dalam
keputusan pembelian) yang memiliki total nilai sedang dari nilai minimum yaitu
48. Bagi sebuah Yamaha Aerox 155 tentunya hal yang kurang baik jika hanya
mendapatkan kategori sedang yaitu total keseluruhan sebesar 76 sedangkan total
maksimum yaitu sebesar 148. Adapun keterangan tentang skor secara total yaitu
24 sampai 48 kategori sangat rendah, 49 sampai 73 kategori rendah, 74 sampai 98
kategori sedang, 99 sampai 123 kategori tinggi, dan 124 sampai 148 kategori
sangat tinggi. Dapat di lihat bahwa kualitas produk Yamaha Aerox 155 dari segi
ke handalan dan daya tahan produk kurang sesuai dengan harapan konsumen di
bandingkan dengan produk yang lain. Citra merek di kategorikan sedang, di
karenakan kurang sesuai yang di harapkan kosumen dari segi citra dan mereknya.
Sedangkan dari keputusan pembelian dilihat dari indicator tentang mengevaluasi
berbagai produk yang di tawarkan masih sedang, ini di karenakan persepsi
konsumen tentang Yamaha Aerox 155 di lihat dari segi kehandalan daya tahan
produk, citra merek yang terpercaya dan irit bensin serta mengevaluasi berbagai
produk yang di tawarkan masih di kategorikan sedang.
Berdasarkan
kajian permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh
Kualitas Produk dan Citra Merek terhadap Keputusan pembelian pada sepeda motor Yamaha
Aerox 155 di Singaraja”.
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Dapat
diketahui penjualan Yamaha Aerox 155 masih lebih rendah dari 2 produk motor
skutik lainnya yakni Honda Vario 150 dan Yamaha Nmax 155.
2. Dapat di ketahui dari Rata-rata per
bulannya Yamaha Aerox 155 VVA selama bulan Januari–November 2017, tampak dengan
jelas mengalami penjualan fluktuasi yang mana penjualan terendah terjadi pada
bulan Februari 2017 dan tertinggi pada bulan Juli 2017.
3. Bagi
sebuah Yamaha Aerox 155 tentunya hal yang kurang baik jika hanya mendapatkan
kategori sedang yaitu total keseluruhan sebesar 76 sedangkan total maksimum
yaitu sebesar 148.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat
begitu banyak permasalahan yang harus diatasi, agar penelitian ini dapat
membahas lebih tuntas dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, perlu adanya
pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi
masalah yang ada, penelitian ini lebih memfokuskan pada variabel
kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian.
Dipilihnya
kualitas produk dan citra merek karena konsumen yang memiliki citra merek dan
kualitas produk positif terhadap suatu merek dan kualitas produknya akan lebih
memungkinkan untuk mendorong tumbuhnya konsumen sehingga konsumen bersedia
melakukan pembelian.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana
pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha Aerox 155 di
Singaraja?
2. Bagaimana
pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha
Aerox 155 di Singaraja?
3. Bagaimana
pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha
Aerox 155 di Singaraja?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1.
Untuk menguji pengaruh kualitas produk dan citra
merek terhadap keputusan pembelian pada Sepeda
Motor Yamaha Aerox 155 di Singaraja.
2.
Untuk menguji pengaruh kualitas produk terhadap
keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha Aerox 155 di Singaraja.
3.
Untuk menguji pengaruh citra merek terhadap
keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha Aerox 155 di Singaraja.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Penelitian
ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai kualitas produk
dan citra merek terhadap keputusan pembelian
pada sepeda motor Yamaha Aerox 155. Sebagai implementasi atas teori yang
telah didapat pada perkuliahan dan menambah wawasan akan dunia bisnis.
2
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh kualitas produk dan
citra mere terhadap keputusan pembelian, sehingga dapat menjadi masukan bagi PT
Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) untuk mengetahui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Deskripsi Teoretis
2.1.1 Keputusan Pembelian
2.1.1.1
Pengertian
Keputusan Pembelian
Menurut
Kotler &Amstrong (2001:226) keputusan pembelian adalah tahap dalam proses
pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar-benar membeli. Menurut
Kotler dan Keller (2007:203) terdapat enam keputusan yang dilakukan oleh
pembeli yaitu: pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian,
saat yang tepat melakukan pembelian dan metode pembayaran. Menurut penelitian
Zsofia Kenesei & Sarah Todd (2003) menyebutkan bahwa frekuensi pembelian
termasuk indikator dalam mengukur tingkat pengambilan keputusan pembelian. Pengukuran
keputusan pembelian dalam penelitian ini yaitu jumlah pembelian dan frekuensi
pembelian.
2.1.1.2
Dimensi
Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Amstrong (2014:155), seorang
konsumen dengan tingkat keterlibatan yang tinggi biasanya mengalami 5 tahapan
sebelum melakukan proses pembelian. Proses tersebut antara lain :
1. Pengenalan
kebutuhan
2. Pencarian
informasi
3. Evaluasi
alternatif
4. Keputusan
pembelian
5. Perilaku
pascapembelian
2.1.1.3
Indikator
Keputusan Pembelian
Perilaku
konsumen akan menentukkan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka,
proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri
dari lima tahap yang dilakukan konsumen, bahwa frekuensi pembelian termasuk
indikator dalam mengukur tingkat pengambilan keputusan pembelian. kelima tahap
tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif,
membuat keputusan, dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 2004:224). Indikator
yang mencirikan keputusan pembelian yang digunakan penelitian, yaitu:
1. Kebutuhan dan keinginan akan suatu produk
2. Keinginan mencoba
3. Kemantapan akan kualitas suatu produk
4. Keputusan
pembelian ulang.
2.1.2
Kualitas
Produk
2.1.2.1
Pengertian
Kualitas Produk
Kualitas
produk menurut Kotler dan Amstrong (2014:231) adalah karakteristik dari produk
dan jasa yang menunjang kemampuannya untik memuaskan kebutuhan konsumen. Menurut
Zeithaml (1988), kualitas produk didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas
keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh. Menurut
penelitian Wendy Van Rijswijk (2006) menyatakan bahwa persepsi konsumen yang
positif terhadap kualitas produk sebuah makanan akan berdampak pada pilihan
konsumen dalam memutuskan pembelian. Indikator yang digunakan untuk mengukur
kualitas produk dalam penelitian ini adalah rasa, tekstur, aroma, rasa,
penampilan fisik makanan dan Porsi (size).
2.1.2.2
Dimensi
Kualitas Produk
Menurut
Tjiptono (2008: 25) terdapat delapan dimensi kualitas produk, yaitu sebagai
berikut :
1) Kinerja
(Performance)
2) Features
3) Kehandalan
4) Conformance
5) Durability
6) Kemampuan
pelayanan
7) Estetika
8) Kualitas
yang dipersepsikan (Perceived quality)
2.1.2.3
Indikator
Kualitas Produk
Menurut
Kotler (2000), Adapun tujuan dari kualitas produk adalah sebagai berikut:
a. Mengusahakan
agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang telah ditetapkan.
b. Mengusahakan
agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
c. Mengusahakan
agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil mungkin.
2.1.3
Citra Merek
2.1.3.1
Pengertian Citra Merek
Menurut Erna Ferrinadewi (2008) citra merek adalah
persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya
pada merek tersebut. Sutisna (2001: 83) mengatakan bahwa konsumen dengan citra
positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.
menurut penelitian Ike-Elechi Ogba, dkk (2009) menyimpulkan bahwa konsumen
dalam memilih produk didasarkan pada citra merek yang telah tertanam
dibenaknya, sehingga konsumen tersebut akan memiliki komitmen dalam memilih
produk atau merek dalam setiap pembelian. Dalam mengukur citra merek digunakan
beberapa indikator diantaranya favorability of brand associations, strength
of brand associations, dan Uniqueness of brand associations.
2.1.3.2
Dimensi
Citra Merek
Menurut Shimp
(2003:10) citra merek memiliki dimensi dalam tiga bagian yaitu , atribut,
manfaat dan evaluasi sikap konsumen terhadap merek tersebut.
a. Atribut
adalah ciri-ciri khas atau aspek dari merek yang diiklankan.
b. Manfaat
dibagi dalam tiga bagian yaitu :
1. Fungsional:
manfaat yang berusaha untuk menyediakan solusi bagi masalah masalah konsumsi
atau potensi permasalahan yang dapat dihadapi oleh konsumen, dengan
mengkomunikasikan bahwa suatu merek mempunyai manfaat spesifik yang dapat
memecahkan masalah tersebut.
2. Simbolis:
berusaha mengarahkan kepada keinginan konsumen dalam upaya memperbaiki diri,
dihargai sebagai anggota kelompok, afiliasi dan rasa memiliki.
3. Pengalaman:
konsumen merupakan representasi dari keinginan mereka akan produk yang dapat
memberikan rasa senang, keanekaragaman, dan stimulasi kognitif.
c. Evaluasi
sikap diri yaitu nilai atau kepentingan subyektif dimana pelanggan
menambahkannya pada hasil komsumsi.
2.1.3.3
Indikator Citra Merek
(Kotler,
2009:208) citra merek adalah seperangkat keyakinan ide dan kesan yang terbentuk
oleh seseorang terhadap suatu objek. Image atau citra sendiri adalah
suatu gambaran, penyerupaan kesan utama atau garis besar bahkan bayangan yang
dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu.
Dalam
hal ini pemasar harus mempunyai kemampuan dalam mengetahui strategi mana yang
dilakukan agar produk atau jasa yang dihasilkan bisa memperoleh image atau
citra yang baik pada konsumen atau dapat secara berkala melakukan survei kepada
publik untuk mengetahui apakah aktivitas-aktivitas perusahaan memperbaiki
citranya. Indikator Citra Merek (brand image)
Indikator dari brand image adalah :
1.
Citra merek lebih unggul
2. Prestige
3. Citra merek yang terpercaya
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu digunakan sebagai perbandingan
acuan dalam pembuatan penelitian ini. Peneltian terdahulu yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel
2.1
Kajian
Hasil Penelitian yang Relevan
No
|
Nama Peneliti
|
Judul
|
Variabel
|
Hasil Penelitian
|
1
|
Selvany chicilia
lotulung (2015)
|
Pengaruh kualitas
produk, harga, dan wom terhadap keputusan pembelian handphone evercross pada
CV. Tristar Jaya Globalindo Manado
|
Analisis regresi
linier berganda
|
Kualitas produk,
harga dan wom memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen pada CV. Tristar Globalindo Manado
|
2
|
Ryanto hariandy wangean (2014)
|
Pengaruh citra merek,
kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen pada mobil
All New Kia Rio di kota Manado
|
Analisis regresi
linier berganda
|
Citra merek, kualitas
produk dan harga secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen pada mobil All New Kia Rio di kota Manado.
|
3
|
Aldi adirama (2012)
|
Pengaruh citra merek
dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen (studi pada
konsumen sepeda motor satria FU di klaten)
|
Citra merek (X1) kualitas
produk (X2) keputusan pembelian (Y)
|
Citra merek dan
kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
|
Berdasarkan pada tabel
2.1 maka penelitian ini merupakan relikasi dari penelitian sebelumnya dan
perbedaan penelitian saat ini adalah pada penelitian (1) Lotulung (2015)
penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu kualitas produk, harga, WOM dan
keputusan pembelian. (2) Wangean (2014)
penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu citra merek, kualitas produk,
harga dan keputusan pembelian. (3) Adirama (2012) penelitian ini menggunakan
tiga variabel yaitu citra merek, kualitas produk dan keputusan pembelian
konsumen. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yang sama
dengan Adirama dan lutulung dengan Wangean menggunakan empat variabel dan
variabel yang di teliti yaitu kualitas produk, citra merek dan keputusan
pembelian. Penelitian ini di lakukan pada PT. Yamaha Indonesia Motor
Manufacturing (YIMM) di Dealer Yamaha Surya Motor yang di Jalan Udayana.
2.3 Hubungan Antar Variabel
2.3.1
Hubungan
antara
Kualitas Produk dan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian
Menurut Aaker (1997:127) Terkait dengan
keputusan-keputusan pembelian, maka kualitas mampu mengefektifkan semua elemen
program pemasaran. Diperkuat oleh pendapat Ries (2000:51) yang mengatakan bahwa
kualitas produk akan menjadi pertimbangan penting bagi pembelian. Menurut
Sutisna (2001: 83) bahwa konsumen dengan citra positif terhadap suatu merek,
lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Kualitas produk dan citra merek
merupakan elemen dari atribut produk. Menurut (Kotler, 2005:72) Penggunaan
beberapa atribut produk dapat dikatakan berhasil jika atribut itu saling
mendukung satu sama lain.
Penelitia Adam Akbar (2012), tentang “Pengaruh Citra
Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Notebook
Toshiba” dengan variabel penelitian yaitu citra merek (X1), harga (X2),
kualitas produk (X3) sebagai variabel bebas dan keputusan pembelian (Y) sebagai
variabel terikat, menunjukkan bahwa citra merek, harga, dan kualitas produk
secara bersama-sama berpengaruh signfikan terhadap keputusan pembelian notebook
Toshiba.
2.3.2
Hubungan
antara
Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian
Menurut Aaker (1997:127) Terkait dengan
keputusan-keputusan pembelian, maka kualitas mampu mengefektifkan semua elemen
program pemasaran. Diperkuat oleh pendapat Ries (2000:51) yang mengatakan bahwa
kualitas produk akan menjadi pertimbangan penting bagi pembelian.
Penelitian Ferrinadewi (2005) memberikan hasil bahwa
dari 3 atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam pengambilan keputusan
pembelian kosmetik yaitu faktor kualitas, faktor resiko dan faktor merek, bahwa
faktor kualitas dan faktor merek yang memberi pengaruh positif dan signifikan
lebih besar dibandingkan faktor resiko terhadap kepuasan konsumen.
2.3.3 Hubungan antara
Citra Merek dengan Keputusan Pembelian
Menurut Rangkuti 2009 (20-21) bahwa dalam
pengambilan keputusan pembelian, jika konsumen dihadapkan pada pilihan seperti
nama merek, harga, serta berbagai atribut produk lainnya, ia akan cenderung
memilih nama merek terlebih dahulu setelah itu memikirkan harga, ini karena
citra merek yang terbentuk di benak konsumen yang terbiasa menggunakan merek
tertentu cenderung memiliki konsistensi dalam pembelian produk yg diinginkan.
Penelitian Syafei (2005) menunjukkan bahwa sebagian
besar pelanggan beranggapan popularitas nama bengkel menjadikan manfaat jasa
bengkel resmi yang sangat besar dan merupakan bagian yang paling penting dalam pemilihan
suatu jasa bengkel sehingga memberikan keyakinan akan jasa bengkel yang handal
dan berkualitas. Sehingga dalam studi ini dapat di hipotesiskan bahwa citra merek
berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian.
Kerangka pikir
penelitian menggambarkan hubungan dari variabel independen, dalam hal ini
adalah Kualitas Produk (X1) dan Citra Merek (X2) terhadap
variabel defendent yaitu Keputusan Pembelian (Y). Dapat digambarkan kerangka
berpikir sebagai berikut :
OLEH PANDE GEDE SATRIA SASTRAWAN
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan Permasalahan yang diajukan sebagai berikut :
1. Terdapat
pengaruh kualitas produk dan citra merek
terhadap keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha Aerox 155 di Singaraja.
2. Terdapat
pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha
Aerox 155 di Singaraja.
3. Terdapat
pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian pada Sepeda Motor Yamaha
Aerox 155 di Singaraja.
Komentar
Posting Komentar