Analisa Pengaruh Word Of Mouth Dan Perceived Value Product Terhadap Keputusan Pembelian Tata Rias Oriflame



Persaingan bisnis antar industri perawatan pribadi dan kosmetik pada era globalisasi saat ini semakin dinamis dan kompleks. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetik produksi dalam negeri dan produksi luar negeri yang beredar di Indonesia. Membanjirnya produk kosmetika di pasaran mempengaruhi minat seseorang terhadap pembelian dan berdampak kepada keputusan pembelian. Pembelian suatu produk kosmetika bukan lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan (needs) saja, melainkan kosmetika adalah sebuah keinginan (wants) pada saat ini.
Adanya persaingan ini tidak hanya menimbulkan peluang tetapi juga menimbulkan tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang bersaing diantaranya adalah selalu berusaha mendapatkan cara terbaik untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasar (market share). Merebut dan mempertahankan pangsa pasar dalam kondisi persaingan yang kompetitif seperti saat ini, perusahaan harus dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat untuk menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam proses penyampaian produk kepada konsumen dan untuk mencapai tujuan perusahaan yang berupa penjualan produk yang optimal, maka kegiatan pemasaran dijadikan tolak ukur oleh setiap perusahaan. Sebelum meluncurkan produknya perusahaan harus mampu melihat atau mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen. 


Proposal Penelitian Skripsi

Nama               : Luh Eni Indrayani
NIM                : 130111042
Kelas               : Reguler Sore
Jurusan            : S1 Manajemen

1.      Judul Proposal Skripsi
Analisa Pengaruh Word Of Mouth Dan Perceived Value Product Terhadap Keputusan Pembelian Tata Rias Oriflame

2.      Latar Belakang
Persaingan bisnis antar industri perawatan pribadi dan kosmetik pada era globalisasi saat ini semakin dinamis dan kompleks. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetik produksi dalam negeri dan produksi luar negeri yang beredar di Indonesia. Membanjirnya produk kosmetika di pasaran mempengaruhi minat seseorang terhadap pembelian dan berdampak kepada keputusan pembelian. Pembelian suatu produk kosmetika bukan lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan (needs) saja, melainkan kosmetika adalah sebuah keinginan (wants) pada saat ini.
Adanya persaingan ini tidak hanya menimbulkan peluang tetapi juga menimbulkan tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang bersaing diantaranya adalah selalu berusaha mendapatkan cara terbaik untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasar (market share). Merebut dan mempertahankan pangsa pasar dalam kondisi persaingan yang kompetitif seperti saat ini, perusahaan harus dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat untuk menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam proses penyampaian produk kepada konsumen dan untuk mencapai tujuan perusahaan yang berupa penjualan produk yang optimal, maka kegiatan pemasaran dijadikan tolak ukur oleh setiap perusahaan. Sebelum meluncurkan produknya perusahaan harus mampu melihat atau mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen.

Dengan demikian perusahaan kosmetik harus selalu meberikan keunggulan-keunggulan pada setiap produknya dengan berbagai cara guna meningkatkan suatu citra (image) yang baik dalam diri konsumen, sehingga konsumen akan tetap memilih kosmetika tersebut dibandingkan merek kosmetika dari produk perusahaan lainnya.
Perusahaan harus mampu mengkomunikasikan produknya sehingga dapat mempengaruhi dan mendorong konsumen dalam menciptakan suatu keputusan pembelian. Selain itu tujuan dari perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya adalah agar konsumen dapat dengan mudah membedakan antara merek yang satu terhadap merek lainnya.
Pepatah mengatakan konsumen merupakan raja yang harus mendapatkan pelayanan sebaik – baiknya. Tetapi kebanyakan konsumen kurang tahu apa yang diinginkannya sehingga menjadi ragu – ragu dalam memilih produk karena kurang informasi yang dimilikinya. Baik mengenai informasi seputar manfaat produk, kualitas ataupun harga.  Maka dari itu, adanya komunikasi dan memberikan informasi dengan gencar merupakan sarana penting untuk membantu konsumen dalam mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh strategi pemasaran dari produsen kosmetika itu sendiri. Strategi yang dimakasud seperti misalnya yaitu iklan, direct mailing, personal selling yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara memberikan informasi dari mulut ke mulut (word of mouth).
Oriflame merupakan salah satu perusahaan kosmetika yang pertamakali   didirikan di Swedia oleh dua orang bersaudara Robert dan Jonas af Jochnick, pada tahun 1967. Di Indonesia, Oriflame dapat menjangkau ke seluruh lini masyarakat di berbagai wilayah, bahkan di wilayah terpencil sekalipun. Produk Oriflame ditawarkan melalui sistem Direct Selling (Penjualan Langsung) dan Multi Level Marketing (MLM). Walaupun MLM memiliki reputasi kurang baik terkait adanya berbagai kasus penipuan money game berkedok MLM di Indonesia, Oriflame Indonesia dapat mempertahankan reputasinya sebagai perusahaan Direct Selling dan MLM nomor 1 di Indonesia, bahkan nomor 2 di dunia. Keapatisan sebagian masyarakat terhadap MLM hampir tidak berpengaruh kepada performa penjualan produk Oriflame.
Secara garis besar, ada beberapa faktor penentu kesuksesan Oriflame di berbagai negara ini. Pertama adalah unsur manajemen lokal. Sejak 1990, Di setiap negara, perusahaan merekrut manajer dan staf lokal, dan menginvestasikan banyak waktu selama interview untuk menjelaskan sifat alami dari ekonomi pasar bebas, metode direct selling,dan rencana pemasaran perusahaan. Faktor kedua adalah rencana pemasaran perusahaan. Rencana pemasaran dianggap sebagai salah satu aset utama perusahaan.
Salah satu cara bagi perusahaan Oriflame di dalam memasarkan produknya, menggunakan Consultant dengan melakukan komunikasi word of mouth yang bertujuan untuk membentuk citra produk. Consultant menawarkan produk – produknya kepada konsumen dengan cara memberikan informasi mengenai produk yang mereka tawarkan. Informasi tersebut meliputi apa saja yang berhubungan dengan produknya, seperti : jenis warna, bahan produk, kualitas produk, differensiasi produk, inovasi  produk. Hal ini dilakukan agar konsumen memperoleh gambaran terhadap produk tersebut.
Bagaimanapun juga, Consultant harus benar – benar pandai dalam memikat hati konsumennya agar konsumen tertarik terhadap produk tersebut dan memutuskan untuk membeli produk tersebut. Apabila konsumen memiliki citra yang bagus terhadap produk tersebut, maka konsumen akan melakukan pembelian. Di dalam citra yang baik akan tersimpan sejumlah harapan. Ketika harapan terpenuhi, timbullah kepuasan konsumen. Hal inilah yang akan memperkuat loyalitas konsumen.
Keberhasilan dalam keputusan pembelian sangat didukung oleh aktivitas komunikasi dan nilai nilai yang diterima oleh konsumen baik dari segi kualitas atupun dari segi inovasi produk. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut menganai pengaruh word of mouth dan perceived value product terhadap keputusan pembelian tata rias merek Oriflame.


3.      Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, dapat rumuskan suatu masalah yaitu: “Apakah word of mouth dan perceived value product berpengaruh terhadap keputusan pembelian tata rias merek Oriflame?”

4.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh word of mouth dan perceived value product terhadap keputusan pembelian tata rias merek Oriflame.

5.      Batasan Penelitian

  1. Kuesioner hanya ditujukan pada responden yang memakai tata rias Oriflame.
  2. Responden berada di kota Singaraja.
  3. Mahasiswi program S – 1 dan D – 3 STIE Satya Dharma yang berusia sekitar 18-24 tahun.


6.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode survey dipilih sebagai sumber data primer. Metode survei fokus pada pengumpulan data responden yang memiliki informasi tertentu sehingga memungkinkan peneliti untuk menyelesaikan masalah. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen kuesioner atau angket. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, tergolong sebagai penelitian asosiatif atau hubungan, yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan sebab akibat. Hubungan atau pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y).

7.      Kerangka Berpikir


 



8.      Model Penelitian




Penjelasan bagan:
a)      Apakah variabel X1 mempengaruhi variabel Y
b)      Apakah variabel X2 mempengaruhi variabel Y
c)      Apakah variabel X1 dan X2 mempengaruhi variabel Y


Komentar

Popular Posts

Jenis-Jenis Port beserta Penjelasan, Gambar, dan Fungsinya Pada Console Unit

Proposal Usaha Bengkel Las Dan Bubut “Sabadha Logam”

Drama : Liburan Ke Kebun Binatang