EVALUASI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rakhmatNya lah kami dapat
menyelesaiakan buku yang berjudul ‘Evaluasi Pendidikan Sekolah Dasar’. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi
kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam
mengerjakan proyek buku ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan buku ini.
Tentunya ada hal-hal
yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil buku ini. Karena itu kami
berharap semoga buku ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian akhir, kami
akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari orang-orang yang ahli
di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita
bersama.
Semoga buku yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi.
BAB I
PENGERTIAN,
TUJUAN, DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan.
Menurut Wand dan Brown,
"evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
dari sesuatu" (Nurkancana dan Sunartana, 1990: 11). Selain itu, Rasyid dan
Mansur (2008: 3) mendefinisikan evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi
untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Dengan evaluasi, guru akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa. Yang
lebih penting lagi, hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk
mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi,
evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan proses
belajar mengajar.
Menurut
pendapat Hamalik (2006: 159), evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran
dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kirtpatrick (1998) menyarankan
tiga komponen yang harus dievaluasi dalam pembelajaran, yaitu pengetahuan yang
dipelajari, ketrampilan apa yang dikembangkan, dan sikap apa yang perlu diubah
(dalam Rasyid dan Mansur, 2008: 3). Namun, untuk keperluan evaluasi diperlukan teknik evaluasi yang bervariasi dan tepat tujuan. Evaluasi
pendidikan menurut Bloom et.al adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis
untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa
dan menetapkan sajauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.Dua langkah
yang dilalui sebelum mengambil sebuah keputusan,itulah yang disebut
pengadaan evaluasi, yakni pengukuran dan penilaian.kita dapat mengadakan penilaian sebelummengadakan
pengukuran.Disini mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan suatu
ukuran (bersifat kuantitatif).Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruknya (penilaian bersifat
kualitatif).Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa Evaluasi itu adalah kegiatan
yang terdiri dari pengukuran daln penilaian.
Dalam
evaluasi pendidikan atau pembelajaran di sekolahan dapat digambarkan adanya
input (bahan mentah yaitu calon siswa yang akan masuk sekolah), transformasi
(mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi dalam istilah
pendidikan sekolahlah yang di sebut transformasi), dan output (bahan jadi yang
dihasilkan oleh transformasi) ada pula yang di sebut dengan umpan balik (segala
informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi).Oleh karena itu
Evaluasi di sekolahan meliputi: Calon siswa, lulusan, dan proses secara
menyeluruh.
B. Tujuan Evaluasi Pendidikan.
Pendidikan
disebuah lembaga pendidikan sangat diperlukan adanya evaluasi kerena hal
tersebut dapat memajukan lembaga dan proses pendidikan di sekolahan itu.Manfaat
atau tujuan diadakannya evaluasi pendidikan adalah:
a. Bagi siswa.
Dengan diadakannya evaluasi atau penilaian maka
siswa dapat mengetahui apakah hasil pekerjaannya memuaskan atau tidak.
b. Bagi guru.
1.
Guru akan mengetahui siswa mana
yang berhak melanjutkan dan mana tang tunda atau tinggal.
2.
Guru akan mengetahui apakah
materi yang di ajarkan suadah tepat atau belum.
3.
Guru akan mengetahui apakah
metode yang gunakan untuk mengajar sudah tepat atau belum.
c.Bagi sekolah.
1. Sekolahan
dapat mengetahui kondisi belajar yang ada di sekolahan sudah tepat atau belum.
2. Informasi dari guru tentang tepattidaknya kurikulum
sesuai tidaknya
3. Informasi penilaian yang
diperoleh dari tahun ketahun, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman.
Tujuan
utamanya dalam proses belajar mengajara adalah mendapatkan informasi yang
akurat mengenai tingkat tujuan instruksional oleh siswa, sehingga dapat di
upayakan tindak lanjutnya.
C. Fungsi Evaluasi Pendidikan.
Fungsi
evaluasi ada beberapa hal:
a. Evaluasi
berfungsi selektif.
Guru mempunyai cara untuk megadakan seleksi bagi
calon siswa, untu memilih siswa naik tidaknya ke tingkat lanjut, untuk memilih
siwa yang seharusnya dapat biasiswa, untuk memilih siswa yang berhak
meninggalkan sekolah.
b. Evaluasi
berfungsi diagnostik.
Guru akan mengetahui kelemaha-kelemahan pada siswa
dan tahu penyebabanya serta mengetahui bagaiman cara mengatasinya.
c. Evaluasi berfungsi sebagai
penempatan.
Guru dapat menmpatkan siswanya yang mempunyai
kemempuan yang sama dan kelompok yang sama.
d. Evaluasi
berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan.
Hal ini bermaksud utuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan suatu program.
BAB
II
DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN
A.
Dasar
Evaluasi Pendidikan
Evaluasi
berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya
terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan
dalam diri pribadi siswa.Evaluasi Pendidikan adalah kegitan menilai yang
terjadi dalam kegiatan pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses
belajar mengajar untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.Evaluasi
pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil
belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun
saling berhubungan.mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran
(kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasimeliputi
keduanya.
Meskipun
sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi
pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa.seperti definisi yang
pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) beliau mengatakan, bahwa evaluasi
merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,
dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang
belum ada dan apa sebabnya. Untuk definisi yang lebih luasdikemukakan oleh dua
orang ahli lain yaitu Cronbach dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa
proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan
untuk membuat keputusan.Yang dibahas dalam buku ini terutama adalah evaluasi
pendidikan dalam institusi pendidikan, tetapi mengkhususkan evaluasi hasil
belajar. Dalam dunia pendidikan,khususnya dunia persekolahan, penilaian
mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi:
a.
Makna bagi siswa
Dengan
diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui apakah dia telah berhasil
mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa
dari pekerjaan menilai ini ada dua kemungkinan, memuaskan
atau tidak
memuaskan.
b.
Makna bagi guru
Dengan hasil
penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa mana yang sudah
berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun
mengetahui siswayang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru
dapat lebih memusatkan perhatiannya pada siswayang belum berhasil.Apalagi jika
guru tahu sebab-sebabnya.
c.
Makna bagi sekolah
Apabila
guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar
siswa-siswanya,dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan
sekolah sudah sesuai harapan atau belum, karena hasil belajar merupakan cermin
kualitas suatu sekolah.
1. Sasaranevaluasi
a. Input
Input merupakan
aspek yang bersifat rohani yang setidak-tidaknya mencakup empat hal yaitu:
Kemampuan, Kepribadian, sikap dan inteligensi.
b.Transformasi
Unsur-unsur
dalam transformasi yang menjadi objek penilaian meliputi: kurikulum atau
materi, metode dan cara penilaian, sasaran pendidikan/media, sistem administrasi,
guru dan personal lainnya.
c.Output
Penilaian
terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui sebeapa jauh tingkat
pencapaianprestasi belajar mereka selama mengikuti program.Alat yang digunakan
untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
d.
Prinsip dan Alat
Evaluasi
Ada satu prinsip
umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau
hubungan erat ketiga komponen yaitu antara tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaranKBM dan evaluasi.Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang
dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau
mencapai tujuan lebih efektif dan efisien.Dengan pengertian tersebut maka alat
evaluasi dapat dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi suatu yang dievaluasi
dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.Dalam menggunakan alat tersebut
evaluator menggunakan cara/tehnik.
B.
Prinsip-prinsip
Dasar Evaluasi Hasil Belajar
Menurut
Sudijono (2008: 30) evaluasi terhadap hasil belajar setidaknya mencakup dua
hal, yaitu evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan khusus dan
evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan umum pengajaran. Evaluasi
hasil belajar dapat terlaksana jika menggunakan tiga prinsip dasar
yakni: (1) prinsip keseluruhan, (2) prinsip kesinambungan, dan (3) prinsip
objektivitas. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka
menilai ketercapaian peserta didik terhadap indikator atau kriteria yang telah
ditentukan disebut evaluasi hasil belajar.
Menurut
Depdiknas (2007:4), penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan
pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan
pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3.Adil, berarti penilaian tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh
pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian,
kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak
yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan,
berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan
secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian
didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasil.
BAB III
CIRI-CIRI EVALUASIHASIL BELAJAR
A. Ciri-Ciri
Evaluasi Hasil Belajar
1.
Evaluasi dilaksanakan
dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta didik, pengukuran tidak
dapat dilakukan secara langsung, tetapi hanya didasarkan pada
indikator-indikator atau gejala-gejala yang nampak. Oleh karena itu, masalah
ketepatan alat ukur yang digunakan (valid) menjadi masalah tersendiri.
2.
Pengukuran dalam rangka
menilai keberhasilan belajar peserta didik pada umumnya menggunakan
ukuran-ukuran kuantitatif atau angka-angka.
3.
Kegiatan evaluasi hasil
belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.
4.
Prestasi belajar yang
dicapai olih peserta didik dari waktu ke waktu setelah bersifat relatif, tidak
akan menunjukkan kesamaan dan tergantung pada faktor-faktor, seperti peserta
didik, penilai, dan situasi yang terjadi pada saat penilai berlangsung.
5.
Kegiatan hasil belajar
sulit dihindari terjadinya kekeliruan pengukuran (error), yang disebabkan oleh, (a) alat ukurnya (tidak valid dan
realiabel), (b)
penilai (faktor subyektif,kecenderungan nilai murah atau mahal, kesan pribadi
terhadap peserta tes, pengaruh hasil yang lalu, kesalahan menghitung, suasana
hati penilai), (c)
kondisi fisik dan psikis peserta tes,
dan (d) kesalahan akibat suasana ujian (suasana gaduh, pengawasan yang tidak
baik dan sebagainya).
B.
Ranah
Kognitif, Ranah Afektif, Ranah Psikomotorik sebagai Obyek Evaluasi Hasil
Belajar
Ranah
kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi.Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral.Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya
melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.
Dalam
paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan
cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi
sedemikian rupa melalui bentuk tes objektif.Sementara, penilaian dalam aspek
afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.Kemampuan afektif berhubungan
dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama,
disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan
kemampuan mengendalikan diri. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang
dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif
adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering
berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu
evaluasi. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun
implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan
pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan
psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat
agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.
C.
Langkah-langkahPokok
dalam Evaluasi Hasil Belajar
Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para
pakar dalam bidang evaluasi pendidikan merinci kegiatan evaluasi ke dalam enam langkah pokok.
1. Menyusun
rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum
evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya
secara baik dan matang. Perencanaan hasil belajar itu umumnya mencakup enam
jenis kegiatan, yaitu sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.
Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting
sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan
tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan
arti dan fungsinya.
2. Menetapkan
aspek-aspek yang hendak dievaluasi. Misalnya apakah aspek kognitif, aspek
afektif ataukah aspek psikomotorik.
3. Memilih dan menentukan teknik yang akan
digunakan dalam melaksanakan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan
dilaksanakan dengan menggunakan teknik tes atau teknik nontes. Jika teknik yang akan
dipergunakan itu adalah teknik nontes, apakah pelaksanaannya dengan menggunakan
pengamatan (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket.
4. Menyusun alat-alat pengukur yang
akan dipergunakan dalam pengukuran dan penialain hasil belajar peserta didik,
seperti butir-butir soal tes hasil belajar (pada evaluasi hasil belajar yang
menggunakan teknik tes). Daftar check (check
list), rating scale, panduan
wawancara (interview guide) atau
daftar angket (questionnaire), untuk
evaluasi hasil belajar yang menggunakan teknik nontes.
5.Menentukan
tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan untuk
memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah yang akan
dipergunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan
Penilaian beracuan kelompok atau Norma (PAN).
6.
Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan
dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).
a.
Menghimpun data
Dalam
evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar
(apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan
pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen
tertentu berupa rating scale, check list,
interview guide atau questionnaire (apabila evaluasi hasil
belajar itu menggunakan teknik nontes)
c. Melakukan
verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih
dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan
istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk
dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data yang dapat memperjelas gambaran
yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang
dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan
gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).
d. Mengolah
dan menganalisis data
Mengolah dan menganilisis hasil evaluasi dilakukan dengan
maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam
kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu maka data hasil evaluasi perlu disusun
dan diatur demikian rupa sehingga “dapat berbicara”. Dalam mengolah dan
menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik.
e. Memberikan
interpretasi dan menarik kesimpulan.
Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi
belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung
dalam data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar
interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan
kesimpulan-kesimpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah
barang tertentu mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.
f. Tindak
lanjut hasil evaluasi
Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah
disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui
apa makna yang terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dapat
mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai
tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
BAB IV
TEKNIK-TEKNIK EVALUASI HASIL BELAJAR
A.
Pengertian
Teknik Evaluasi Hasil Belajar
Dalam KBBI, teknik diartikan sebagai sebuah model atau sistem
mengerjakan sesuatu. Akan tetapi, istilah
teknik dapat juga diartikan
sebagai “alat”. Jadi dalam istilah teknik evaluasi hasil belajar terkandung
arti alat–alat (yang digunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar.
Teknik evaluasi adalah cara yang dilakukan dalam
mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan yang dimaksud evaluasi hasil belajar
adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengevaluasi proses hasil belajar
mengajar.
B. Macam-macam Teknik Evaluasi
Hasil Belajar
Menurut
Arikunto (2002: 31) terdapat dua alat evaluasi, yakni teknik tes dan nontes. Dengan teknik tes, maka
evaluasi hasil belajar itu dilakukan dengan jalan menguji peserta didik.
Sebaliknya, dengan teknik nontes maka evaluasi hasil belajar dilakukan tanpa
menguji peserta didik.
1.
Teknik
Tes
a.
Pengertian Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai
tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan
dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan (Nurkancana dan Sunartana, 1990: 34).
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Rasyid dan
Mansur (2008: 11), bahwa "tes merupakan salah satu cara menaksir besarnya
tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang
terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan." Oleh karena itu, agar
diperoleh informasi yang akurat dibutuhkan tes yang handal.
Teknik tes menurut
Indrakusuma dalam (Arikunto, 2002: 32) adalah “suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan
yang di inginkan seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat”.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara, prosedur, atau alat yang sistematis
dan objektif untuk mengevaluasi tingkah laku (kognitif, afektif, dan
psikomotor) siswa atau sekelompok siswa berdasarkan nilai standar yang telah
ditetapkan.
Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat
evaluasi hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
(1) untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat
materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu; dan
(2) untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam
kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran
tertentu.
Fungsi lebih
dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran, sedang fungsi
(2) lebih dititikberatkan
untuk mengukur keberhasilan belajar masing-masing individu peserta
b. Bentuk Tes
Menurut Sudjana (2008: 35), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
sebagai berikut.
1) Tes Lisan (Oral Test)
Tes lisan
adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya
sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang diberikan. Tes lisan dapat digunakan
untuk mengetahui taraf peserta didik untuk masalah yang berkaitan dvengan
kognitif, yaitu pengetahuan dan pemahaman.Tes lisan dapat berupa individual dan
kelompok.Tes individual, yaitu suatu tes yang diberikan kepada seorang siswa,
sedangkan tes kelompok, yaitu suatu tes yang diberikan kepada kepada sekolompok
siswa secara bersamaan.
2) Tes Tertulis
(Written Test)
Tes tertulis adalah suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban
secaratertulis. Tes tertulis dapat dibedakan menjadi tes esai atau uraian dan tes objektif.
a). Tes
Uraian
Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut
siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan
demikian, dalam tes ini siswa dituntut untuk mengekspresikan gagasannya melalui
bahasa tulisan. Tes uraian layaknya tes yang lain, memiliki keunggulan dan
kelemahan sendiri.
Adapaun
keunggulan pemakaian tes uraian, yaitu:
(1)
Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
(2)
Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa;
(3) Dapat
melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis,
analitis, dan sistematis;
(4) Mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah (problem
solving);
(5) Mudah
membuat soalnya sehingga guru dapat secara langsung melihat proses berpikir
siswa.
Adapun
kelemahan tes uraian, yaitu:
(1)
Sampel tes sangat terbatas, karena tidak dapat menguji semua bahan yang telah
diberikan, seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan;
(2)
Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam memerikasanya; dan
(3) Tes
ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksanya
memerlukan waktu yang lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah
siswanya relatif banyak.
Bentuk tes uraian dibedakan atas (a)
uraian bebas (free essay), (b) uraian
terbatas, dan (c) uraian berstruktur.
a. Uraian Bebas
Dalam uraian bebas, jawaban siswa tidak
dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri.
Melihat
karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila
bertujuan untuk:
(1) Mengungkap pandangan para
siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya;
(2) Mengupas suatu persoalanyangkemungkinan
jawabannyaberanekaragam sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti.
(3) Mengembangkan
daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau
dimensinya.
Kelemahan
dari tes uraian bebas adalah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa
bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena
bergantung pada guru sebagai penilainya.
b. Uraian Terbatas
Dalam
bentuk uraian terbatas, pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau
ada pembatasan tertentu.Pembatasan bisa dari segi (a) ruang lingkupnya, (b)
sudut pandang menjawabnya, dan (c) indikator-indikatornya.Dilihat dari
keterbatasa pertanyaannya, maka tes ini jauh lebih mudah dan tepat dalam
mengevaluasi jawaban siswa, karena kriteria jawaban yang benar telah diketahui
oleh guru.
c. Uraian Berstruktur
Bentuk
tes uraian yang ketiga adalah tes uraian berstruktur.Soal berstruktur dipandang
sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai.Soal berstruktur
merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
menjawabnya.Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur (a) pengantar soal, (b) seperangkat
data, dan (c) serangkaian subsoal.
b). Tes Objektif
Tesobjektif adalah tes tertulis
yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan
atau memberikan jawaban singkat. Tes
ini digunakan untuk mengukur penguasaan siswa
pada tingkatan batas tertentu. Ruang
lingkupnya cenderung luas. Tes ini terdiri
atas beberapa bentuk soal, antara lain
meliputi (a) jawaban singkat, (b) benar-salah, (c)menjodohkan, dan (d) pilihanganda.Berikut merupakan dapat dijelaskan:
a. Bentuk Soal Jawaban
Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban
dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat
dinilai benar atau salah.Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur
pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip,
metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.Ada dua bentuk soal
jawaban singkat, yaitu (1) bentuk pertanyaan langsung dan (2) bentuk pertanyaan
tidak lengkap.
Melihat
karakteristik soal jawaban singkat tersebut, maka keunggulan bentuk soal ini,
yaitu:
(1) Menyusun soal relatif mudah;
(2) Kecil kemungkinan siswa
memberi jawaban dengan cara menebak;
(3) Menuntut siswa untuk dapat
menjawab dengan singkat dan tepat; dan
(4) Hasil penilaiannya cukup
objektif.
Adapun
kelemahan yang dimiliki soal jawaban singkat, yaitu:
(1) Kurang dapat mengukur aspek
pengetahuan yang lebih tinggi;
(2) Memerlukan waktu yang agak
lama untuk mengevaluasi meskipun tidak selama bentuk uraian;
(3) Menyulitkan pemeriksaan,
apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.
2.
Bentuk
Soal Benar-Salah (True-False)
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang
soal-soalnya berupa pernyataan.Sebagian pernyataan merupakan pernyataan yang
benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.Pada umumnya, bentuk
soal benar-salah dapat diapakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta,
definisi, dan prinsip.Jawaban yang diharapkan dapat diarahkan untuk memberi
tanda silang (X), memberikan tanda rumput (√), atau menulis salah satu huruf (B
atau S) untuk jawaban yang dianggap tepat.
Adapun
contohnya sebagai berikut.
No.
|
Pernyataan
|
Jawaban
|
|
B*
|
S*
|
||
1.
|
|||
2.
|
|||
3.
|
Keterangan:
B*:
Benar (Beneh/Patut dalam bahasa
Bali).
S*:
Salah (Pelih/Iwang dalam bahasa
Bali).
Adapun
keunggulan dari bentuk soal ini, yaitu:
(1) Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan cepat dan objektif.
(2) Soal dapat disusun dengan
mudah.
Adapun
kelemahan dari bentuk soal ini, yaitu:
(1) Kemungkinan
menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%.
(2) Kurang
dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya
ingat dan pengenalan kembali.
(3) Banyak
masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar-salah).
Bentuk Soal Menjodohkan
Bentuk menjodohkan
sebenarnya masih merupakan pilihan ganda.Perbedaannya adalah pilihan ganda
terdiri atas stem dan option,kemudian testee tinggal memilih salah satu option yang
diberikan.Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya disusun pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah
kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak
dari jumlah soal untuk mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan menebak.
jawaban yang keduanya disusun pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah
kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak
dari jumlah soal untuk mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan menebak.
Kelompok A
|
Kelompok B
|
||||
1
.
|
Basa alus taluh
|
(c)
|
a.
|
Lemlem
|
|
2.
|
Panak jaran
|
(e)
|
b.
|
Busung
|
|
3.
|
Don jaka ane nguda
|
(g)
|
c.
|
Adeng
|
|
4.
|
Muanne kembang
|
(a)
|
d.
|
Rijasa
|
|
5.
|
Isite ngembang
|
(d)
|
e.
|
Bebedag
|
|
f.
|
Kunyali
|
||||
g.
|
Ambu
|
||||
Adapun
keunggulan bentuk soal menjodohkan, yaitu:
(1) Penilaian dapat dilakukan
dengan cepat dan efektif;
(2) Tepat digunakan untuk mengukur
kemampuan mengidentifikasi; dan
(3) Dapat mengukur pokok bahasan
yang luas.
Terlepas
dari hal itu, bentuk soal menjodohkan juga memiliki kelemahn, yaitu:
(1) Hanya dapat mengukur hal-hal
yang berdasarkan fakta dan hafalan; dan
(2) Sukar untuk menentukan pokok bahasan
yang mengukur hal-hal berhubungan.
d. Bentuk Soal Pilihan
Ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban
yang benar dan paling tepat. Dilihat
dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
Ø stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi
permasalahan yang akan ditanyakan
Ø option:sejumlah
pilihan atau alternatif jawaban
Ø kunci:
jawaban yang benar dan paling tepat; dan
Ø distractor:
jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
Adapun
contoh soal pilihan ganda sebagai berikut.
Basa
Bali sane kanggen mabaos majeng ring anak sane durung kenal utawi matiang-jero
kawastanin . . .
a.
basa andap
b.
basa alus
c. basa kasar
d. basa
madia
Adapaun
keunggulan soal pilihan ganda, yaitu:
(1)
materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang
telah diberikan;
(2)
jawaban dapat dikoreksi (dievaluasi) dengan mudah dan cepat dengan kunci
jawaban; dan
(3) jawaban
untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya
bersifat objektif.
Terlepas
dari itum kelemehan tes ini, yaitu:
(1)
Kemungkinan untuk melakukan
tebakan jawaban sangat besar
(2)
Daya nalar siswa kurang
(3)
proses berpikir siswa tidak dapat dilihat secara nyata; dan
(4)
cenderung menyusun soal lebih sulit dan
lama.
3. Tes Tindakan atau Perbuatan
(Performance Test)
Tes perbuatan adalah bentuk
tes yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan, atau
perbuatan. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan
ditanyakan. Misalnya, "Indayang tembangang
pupuh Sinom ring ajeng!"
a.Teknik
Nontes
Hasil belajar selain dievaluasi melalui teknik tes, dapat juga
dievaluasimelalui teknik nontes. Kenyataan di lapangan adalah guru cenderung
lebih banyak menggunakan teknik tes dalam melakukan evaluasi hasil
belajar
siswa, dibandingkan dengan teknik nontes.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes hanya mengacu pada
aspek-aspek kognitif (pengetahuan) berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa
setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Jika dibandingkan dengan teknik
tes, teknik nontes jauh lebih komprehensif, dalam artian dapat digunakan untuk
mengevaluasi berbagai aspek dari individu atau kelompok siswa sehingga tidak
hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, tetapi juga pada aspek yang lain
seperti afektif dan psikomotor. Adapun jenis teknik nontes yang dimaksud, yaitu
wawancara, kuesioner, skala, observasi, studi kasus, dan sosiometri.
1. Wawancara
Wawancara suatu cara yang dilakukan secara lisan yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak
digali. Wawancara
dibagi dibedakan atas dua kategori, yaitu pertama,
wawancara berstruktur, yaitu wewancara yang
dilakukan dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan lebih awal sebelum
menanyakannya kepada siswa.Kedua, wawancara bebas (tak berstruktur), yaitu
wawancara yang dilakukan tanpa mempersiapkan pertanyaan lebih awal, namun
pewawancara bebas dan secara langsung bertanya kepada siswa terkait materi
tertentu.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan
yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban,
kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung.
Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang
diminta jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak langsung dijawab oleh secara
tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh,
apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka
dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya.
Ditinjau dari segi cara
menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner
terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau
lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√)
pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar
pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya
secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
3. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai sikap, minat, perhatian, dan
sebagainya, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden
dan hasilnya dalam bentung rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.Skala dapat dibedakan menjadi dua, yaitu skala pendidikan (rating scale) dan skala sikap.
a. Skala pendidikan
Mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu kategori
yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang
tertinggi sampai terendah. Rentangan dapat dalam bentuk huru (A, B, C, D, E),
angka (4, 3, 2, 1, 0), atau 10, 9, 8, 7,
6, 5. Sedangkan rentangan kategori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik,
sedang, kurang.
b. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
terlalu. Hasilnya berupa kategori sikap,
yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Ada tiga komponen sikap yaitu kognisi,
afeksi, dan konasi.Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek
atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan
berbuat terhadap objek tersebut.
Skala sikap yang sering digunakan yaitu skala Likert.Dalam skala
ini, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik penyataanpositif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak
setuju, atau sangat tidak setuju.
4. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengukur tingkah laku
siswa atau sekelompok siswa. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap
dan perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu
kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang
diperoleh dari kegiatannya.
Ada tiga jenis observasi, yaitu (a) observasi langsung, (b)
observasi dengan alat (tidak langsung), dan (c) observasi partisipasi.
Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses
yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
alat pengamatan.Observasi partisipasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan
melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok
yang diamati.
5. Studi Kasus
Studi kasus digunakan untuk memperoleh data mengenai pribadi siswa
secara mendalam dalam kurun waktu tertentu.data yang dikumpulkan merupakan
kasus yang dialami oleh siswa. Pada umumnya kasus-kasus yang menjadi
permasalahan, yaitu kegagalan belajar, tidak dapat menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi, dan
sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku siswa. Data hasil penilaian
melalui alat-alat penilaian tersebut sangat bermanfaat, baik bagi guru maupun
bagi siswa, dalam upaya memperbaiki proses dan hasil belajar-mengajar di
sekolah.
6. Sosiometri
Sosiometri digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial
siswa di kelasnya atau dalam kelompoknya.
Selain teknik tes tesebut di atas, dilihat dari tujuannya, tes
dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
a). Tes
Kecepatan (Speed Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testee) dalam hal kecepatan
berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun
hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaan yang telah dipelajarinya. Waktu yang
disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh materi tes ini relatif
singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah
waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik
dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya. Tes yang termasuk kategori tes
kecepatan misalnya tes intelegensi, dan tes ketrampilan bongkar pasang suatu
alat.
b). Tes
Kemampuan (Power Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam
mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara
ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa
kognitif maupun psikomotorik. Soal-soal biasanya relatif sukar menyangkut
berbagai konsep dan pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk
mencurahkan segala kemampuannya baik analisis, sintesis dan evaluasi.
c). Tes
Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah
diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian
(formatif) maupun tes akhir semester (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi
hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu
tertentu. Makalah ini akan lebih banyak memberikan penekanan pada tes hasil
belajar ini.
d). Tes Kemajuan
Belajar (Gains/Achievement Test)
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan
adalah tes untuk mengetahui kondisi awal testee sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testee setelah pembelajaran.
Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir
testi digunakan post-tes.
e).Tes
Diagnostik
Tes diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk
menelaah kelemahan- kelemahan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya.
Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan
belajar yang dialami peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya.
Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan
merupakan kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan
difokuskan pada kesulitan.
Tes diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu
pelajaran dimulai. Tes diagnostik diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan
keterampilan peserta didik yang telah dikuasai mereka, apakah peserta didik
sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk
dapat mengikuti suatu bahan pelajaran lain. Oleh karena itu, tes diagnostik
semacam itu disebut juga test of entering behavior.
f). Tes
Selektif
Tes selektif adalah
evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan
kriteria program kegiatan tertentu.
g) Tes Formatif
Tes formatif adalah evaluasi
yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan
mengajar.
Tes formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar
siswa selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feed
back) bagi
penyempurnaan program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learningtasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tesformatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced test. Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya
penyempurnaan program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learningtasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tesformatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced test. Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya
h) Tes Sumatif
Tes sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan belajar siswa. Tes sumatif diberikan saat satuan pengalaman belajar
dianggap telah selesai. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan
apakah seorang siswa berhasil mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah
ditetapkan atau tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka
berdasarkan
tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir semester termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif jga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes sumatif termasuk norm-referencedtest. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan suli
tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir semester termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif jga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes sumatif termasuk norm-referencedtest. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan suli
BAB V
TEKNIK PENGANALISAAN
ITEM HASIL TES BELAJAR
Salah satu cara
untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif ialah dengan
jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses
belajar-mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil tes itu kita
olah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui
komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu yang masih lemah.
Pengolahan tes hasil belajar dalam
rangka memperbaiki proses belajar-mengajar dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain : a) dengan membuat analisis soal (item analysis);
b) dengan menghitung validitas dan keandalan tes.
Dalam pasal ini khusus akan dibicarakan
cara yang pertama, yaitu teknik analisis soal atau yang biasa disebut item analisis. Analisis terhadap
soal-soal (items) tes yang telah dijawab oleh murid-murid mempunyai dua tujuan
penting.
Pertama, jawaban-jawaban
soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu
dan kegagalaan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing kearah
cara belajar yang lebih baik. Kedua,
jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan (review)
soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan basis bagi
penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya.
Jadi, tujuan khusus dari item analysis ialah mencari soal tes
mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mengapa item atau soal itu dikatakan baik atau tidak baik.Dengan mengetahui
soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari kemungkinan
sebab-sebab mengapa item itu tidak
baik. Dengan membuat analisis soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal
penting yang dapat diperoleh dari tiap soal
Ada beberapa prosedur analisis item yang dapat dilakukan terhadap norm-referenced test (Thorndike, 1971).
Bagi tes-tes hasil belajar yang informal yang digunakan dalam pengajaran,
agaknya diperlukan prosedur yang sederhana saja.
Misalkan dalam menganalisa 32 lembar
jawaban tes multiple choice dengan 5 option dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun 32 lembar jawaban
tes dari yang paling tinggi sampai yang terendah.
2. Pisahkan sepertiga lembar
jawaban yang nilai skor tinggi (uper
group), dan sepertiga lembar jawaban nilai skor rendah (lower group), sehingga dapat masukan
kedalam proses penganalisa.
3. Untuk tiap item, hitunglah jumlah siswa dari uper group yang memilih tiap alternatif
(option), kemudian kerjakan.
4. Catatlah jumlah dari
langkah 3 tersebut di dalam catatan tes dalam kolom dimana alternatif itu
dipilih.
5. Taksirlah tingkat kesukaran soal (item difficulty)
dengan menghitung persentase siswa yang menjawab item itu dengan benar. Prosedur sederhana ini adalah untuk
mendasarkan penaksiran itu hanya pada siswa-siswa yang termasuk di dalam
kelompok analisis item itu.
6. Taksirlah daya pembeda item
dengan membandingkan jumlah siswa yang menjawab item dengan benar.
7. Tentukan keefektifan distruktornya
dengan membanding jumlah siswa yang memilih tiap alternatif yang salah.
Jika kita menggunakan siswa yang
reltif kecil dalam penganalisaan item tes hasil belajar kelas, informasi
analisis item hendaknya diinterpretasikan dengan sangat berhati-hati, baik
tingkat kesukaran maupun daya pembeda suatu item dapat berubah-ubah atau
berbeda-beda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Dengan demikian,
tidaklah bijaksana menentukan suatu tingkat minimum dari daya pembeda untuk
pemilihan item, atau membedabedakan item berdasarkan perbedaan yang kecil dalam
indeks-indeks diskriminasinya.
Oleh karena itu, kita hendaknya lebih
memperhatikan items yang memiliki tingkat kesukaran 50 % dan items yang
memiliki daya pembeda yang tertinggi.Namun, sifat tentatif dari data yang kita
peroleh memberikan kelonggaran yang besar pada kita untuk berbuat kesalahan.
Jika suatu item menunjukkan indeks positif dalam diskriminasi, jika semua
alternatifnya berfungsi secara efektif, dan jika items itu mengukur secara
pedagogis hasil yang disignifikan, item itu hendaknya dipertahankan dan
disimpan dalam file item untuk digunakan pada waktu akan datang.
Jika item itu disimpan dalam file dan
digunakan kembali sesudah beberapa saat tertentu, data hasil analisis item itu
sebaiknya dicatat pada kartu setiap saat item itu digunakan. Kumpulan data
semacam itu akan memperlihatkan variabilitas dalam indeks kesukaran item dan daya
pembedanya, dan dengan demikian informasi itu lebih interpretable.
A. Teknik
Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar
dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), secara lisan (tes lisan) dan dengan tes
perbuatan. Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut
adanya perbedaan dalam pemeriksaan hasil-hasilnya.
1. Teknik Pemeriksaan
Hasil Tes Tertulis
Tes hasil belajar yang diselenggarakan
secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes hasil belajar
(tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test) dan tes hasil
belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk
tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah barang tentu
teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula.
a. Teknik
Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Uraian
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes
uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) apakah nantinya
pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada
standar mutlak atau: (2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil
tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.
Apabila nantinya pengolahan dan
penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak (dimana
penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka
prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1) Membaca setiap jawaban yang
diberikan oleh testee dan membandingkannya dengan pedoman yang sudah disiapkan.
2) Atas dasar hasil perbandingan
tersebut, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya
di bagian kiri dari jawaban testee tersebut.
3) Menjumlahkan skor-skor yang
telah diberikan.
Adapun apabila nantinya pengolahan dan
penentuan nilai akan didasarkan pada standar relative (di mana penentuan nilai
akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka prosedur pemeriksaannya adalah
sebagai berikut:
1) Memeriksa jawaban atas butir soal
nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara
umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
2) Memberikan skor terhadap jawaban soal
nomor 1 untuk seluruh testee.
3) Mengulangi langkah-langkah tersebut
untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya
4) Setelah jawaban atas seluruh butir
soal yang diberikan oleh seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya
dilakukanlah penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam
pengolahan dan penentuan nilai.
b. Teknik
Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Obyektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal
tes objektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada
beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban
soal tes objektif, yaitu sebagai berikut :
a) Kunci
berdampingan ( strip keys )
Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban –
jawaban yang benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah,
adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan kunci jawaban tersebut
berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa, lalu cocokkan, apabila
jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda ( + ) dan apabila
salah diberi tanda ( - ).
2) Kunci
system karbon ( carbon system key
Pada kunci jawaban
system ini teste diminta membubuhkan tanda silang (X ) pada salah satu jawaban
yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh teste
tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste yang sudah ditumpangi
karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar
sehingga ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang
berada diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah
benar.
3) Kunci
system tusukan ( panprick system key )
Pada dasarnya kunci
system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak perbedaannya ialah
pada kunci sistem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan dengan paku atau
alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban testee berada dibawahnya, sehingga
tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban yang benar
akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
4) Kunci
berjendela ( window key )
Prosedur kunci berjendela ini adalah
sebagai berikut :
a) Ambilah
blanko lembar jawaban yang masih kosong
b) Pilihan
jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai jendela
c) Lembar
jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela
d) Melalui
lubang tersebut kita dapat membuat garis vertical dengan pencil warna sehingga
jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan sebaliknya.
2.
Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Lisan
Pemeriksaan yang dilaksanakan dalam rangka
menilai jawaban – jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan pada
umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan
dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan
berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing – masing mempunyai
ciri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk
bertindak kurang atau bahkan tidak objektif.
Dalam hal ini, pemeriksaan terhadap jawaban
testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut
:
a. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh
testee.
Pernyataan tersebut mengandung makna “
apakah jawaban yang diberikan oleh testee sudah memenuhi semua unsur yang
seharusnya ada dan sesuai dengan kunci jawanban yang telah disusun oleh tester
b. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban
Mencakup apakah dalam memberikan jawaban
lisan atas soal – soal yang diajukan kepada testee itu cukup lancar sehingga
mencerminkan tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan
kepadanya
c. Kebenaran jawaban yang dikemukakan
Jawaban panjang yang dikemukakan oleh
testee secara lancar dihadapan tester, belum tentu merupakan jawaban yang benar
sehingga tester harus benar – benar memperhatikan jawaban testee tersebut,
apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau
sebaliknya.
d. Kemampuan testee dalam mempertahankan
pendapatnya
Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan
dengan penuh kenyakinan akankebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan
oleh testee secara ragu – ragu merupakan salah satu indikator bahwa testee
kurang menguasai materi yang diajukan kepadanya.
Demikian seterusnya, penguji dapat
menambahkan unsur lain yang dirasa perlu dijadikan bahan penilaian seperti :
perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam menghadapi penguji (tester).
3. Teknik Pemeriksaan
Hasil Tes Perbuatan
Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan
hasil-hasil tes nya dilakukan dengan menggunakan observasi (pengamatan).Sasaran
yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan lain
sebagainya.Untuk dapat menilai hasil tes tersebut diperlukan adanya instrument
tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.
Contoh: misalkan instrument yang
dipergunakan dalam mengamati calon guru yang melaksanakan praktek mengajar,
aspek-aspek yang diamati meliputi 17 unsur dengan skor minimum 1 (satu) dan
maksimum (lima).
B. Teknik
Pemberian Skor Hasil Tes Hasil Belajar
1. Penskoran
Penskoran merupakan
langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes. Penskoran adalah suatu
proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka.
Angka-angka hasil penskoran
itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan
tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan
angka, seperti angka dengan rentangan 0 – 10, 0 – 100, 0 – 4, dan ada pula yang
dengan huruf A, B, C, D, dan E.[1][7] Cara menskor hasil tes biasanya
disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan, apakah tes objektif
atau tes essay, atau dengan bentuk lain.
a. Pemberian skor untuk tes bentuk
benar-salah
Dalam menentukan
angka atau skor untuk tes bentuk benar-salah ini kita dapat menggunakan 2 cara,
yaitu: (1) Tanpa denda, dan (2) Dengan denda.
Tanpa denda adalah
banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci.
Sedangkan dnegan denda (karena diragukan ada unsur tebakan), digunakan 2 macam
rumus:
S = R – W
|
Pertama, dengan rumus:
S = Score
R = Right
W = Wrong
Skor yang diperoleh
siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah soal yang salah.
Contoh:
Ø
Banyaknya soal = 10 butir
Ø
Yang betul =
8 butir soal
Ø
Yang salah =
2 butir soal
Jadi, 8 – 2 = 6
Kedua, dengan rumus:
S = T – 2W
|
T = Total, artinya jumlah soal dalam tes
Contoh di atas
dihitung: S = 10 – (2 x 2) = 10 –
4 = 6
b. Pemberian
skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple choice)
Dengan tes bentuk
pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu huruf di depan pilihan
jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau tanda silang (X)
pada tempat yang sesuai di lembar jawaban.
Dalam menentukan
skor untuk tes pilihan ganda, dikenal 2 macam cara pula yakni tanpa denda dan
dengan denda. Tanpa denda apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya
jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Sedangkan dengan denda menggunakan
rumus:
S = R -
|
S = Score
W = Wrong
n = Banyaknya pilihan jawaban
Contoh:
Ø
Banyaknya soal = 10 butir
Ø
Banyaknya yang betul = 8 butir soal
Ø
Banyaknya yang salah = 2 butir soal
Ø
Banyaknya pilihan = 3 butir
Maka skornya adalah: S = 8 -
= 8 – 1 = 7
c. Pemberian
skor untuk tes bentuk jawab singkat (short answer test)
Tes bentuk jawab
singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat
pendek.Maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat
panjang, tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian.Dengan
persyaratan inilah maka bentuk tes ini dpaat digolongkan ke dalam bentuk tes
objektif.
Dengan mengingat
jawaban yang hanya satu pengertian saja.Maka angka bagi tiap nomor soal mudah
ditebak.usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada
tes bentuk betul-salah atau pilihan ganda. Dalam tes bentuk ini, sebaiknya tiap
soal diberi angka 2 (dua). Tetapi apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap
sekali, lengkap, dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula
misalnya 2, 1,5, dan 1.[2]
d. Pemberian
skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
Pada dasarnya tes
bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana jawaban-jawaban
dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya
Karena tes bentuk
menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks.Maka angka yang
diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak.Sebagai ancar-ancar dapat
ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah 2 (dua).
e. Pemberian
skor untuk tes bentuk uraian
Sebelum menyusun
sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban
yang kita kehendaki. Dengan demikian, maka akan mempermudah kita dalam
mengoreksi tes itu.Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini.
Jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, beda antara siswa yang
satu dengan siswa yang lain. Langkah-langkah pemberian skornya adalah:
1) Membaca soal
pertama dari seluruh siswa untuk memperoleh gambaran mengenai lengkap tidaknya
jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
2) Menentukan
angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap diberi
angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya.
3) Mengulangi langkah-langkah
tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya.
4) Menjumlahkan angka-angka yang
diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk uraian.
Alternatif kedua untuk pemberian skor
pada tes bentuk uraian adalah dengan menggunakan cara pemberian angka yang
relatif. Misalnya untuk sesuatu nomor soal jawaban yang paling lengkap hanya
mengandung 3 unsur, padahal yang kita kita menghendaki 5 unsur, maka kepada
jawaban yang paling lengkap itulah kita berikan angka 5, sedangkan yang
menjawab hanya 2 atau 1 unsur, kita beri angka lebih sedikit, yaitu misalnya
3,5; 2; 1,5; dan seterusnya.
Apa yang telah diterangkan di atas ini
adalah cara memberikan angka dengan menggunakan atau mendasarkan pada norma
kelompok (norm referenced test). Apabila dalam memberikan angka
menggunakan atau mendasarkan pada standar mutlak (Criterion referenced test),
maka langkah-langkahnya adalah:
1) Membaca
setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban
yang telah disusun.
2) Membubuhkan skor
di sebelah kiri setiap jawaban. Ini dilakukan per nomor soal.
3) Menjumlahkan
skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal.
Dengan cara ini maka skor yang diperoleh
siswa tidak dibandingkan dnegan jawaban paling lengkap yang diberikan oleh
siswa lain, tetapi dibandingkan dengan jawaban lengkap yang dikehendaki dan
sudah ditentukan oleh guru.
f. Pemberian
skor untuk tes bentuk tugas.
Tolak ukur yang
digunakan sebagai ukuran keberhasilan tugas adalah:
1)
Ketepatan waktu
2) Bentuk
fisik pengerjaan tugas yang menandkan keseriusan dalam mengerjakan tugas.
3) Sistematika
yang menunjukkan alur keruntutan pikiran.
4) Kelengkapan
isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi.
5) Mutu hasil
tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh
guru.
Dalam
mempertimbangkan nilai akhir perlu dipikirkan peranan masing-masing aspek
kriteria tersebut, misalnya demikian:
Ø
Ketepatan waktu, diberi bobot 2
Ø
Bentu fisik, diberi bobot 1
Ø
Sistematika, diberi bobot 3
Ø
Kelengkapan isi, diberi bobot 3
Ø
Mutu hasil, diberi bobot 3
Maka nilai akhir
untuk tugas tersebut diberikan rumus:
NAT =
NAT adalah Nilai
Akhir Tugas
2. Perbedaan Skor
dan Nilai
Apa yang terjadi
selama ini, banyak di antara para guru yang masih mencampuradukkan antara dua
pengertian, yaitu skor dan nilai.
Skor :
hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi
setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa, dengan memperhitungkan bobot
jawaban betulnya.
Nilai :
angka (bisa juga huruf) yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor
lainnya, serta dengan menggunakan acuan/standar tertentu, yakni acuan patokan
dan acuan norma.
a. Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
Suatu penilaian
disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu mengacu pada suatu kriteria
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Sebagai contoh,
misalkan untuk dapat diterima sebagai calon penerbang di sebuah lembaga
penerbangan, setiap calon harus memenuhi syarat antara lain tinggi badan
sekurang-kurangnya 165 cm dan memiliki tingkat kecerdasan (IQ)
serendah-rendahnya 130. Berdasarkan kriteria atau patokan itu, siapapun calon
yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut dinyatakan gagal dalam tes atau
tidak akan diterima sebagai calon penerbang.
b. Penilaian
Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan
norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok,
nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang
lain yang termasuk di dalam kelompok itu.Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal
ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan
“kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Nilai hasil PAN
tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi
pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukkan kedudukan siswa di dalam
peringkat kelompoknya
BAB VI
PENILAIAN BERBASIS KELAS
A. Pengertian
Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian
Berbasis Kelas (PBK) adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka
proses pembelajaran. PBK merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi
hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat
pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan ( standar
komptensi, komptensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian
Berbasis Kelas merupakan prinsip, sasaran yang akurat dan konsisten tentang
kompetensi atau hasil belajar siswa serta pernyataan yang jelas mengenai
perkembangan dan kemajuan siswa. maksudnya adalah hasil Penilaian Berbasis
Kelas dapat menggambarkan kompetensi, keterampilan dan kemajuan siswa selama di
kelas. Depdiknas (2002), menjelaskan bahwa Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
merupakan salah satu komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. PBK itu
sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan secara
terpadu dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan mengumpulkan
kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek),
kinerja(performance), tes tertulis (paper and pen) dsb. Fokus penilaian
diarahkan pada penguasaan kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan
level pencapaian prestasi siswa.
B.Manfaat Keunggulan dan Prinsip Berbasis Kelas
1.Hasil Penilaian Berbasis Kelas
Bermanfaat Untuk:
a.Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui
kemampuan dan kekurangannyasehingga menimbul-kan motivasi untuk memperbaiki
hasil belajarnya.
b.Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan
belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidiasi untuk
memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.
c.Memberikan masukan kepada guru untuk
memperbaiki program pembelajarannya di kelas.
d.Memungkinkan siswa
mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar
yang berbeda-beda.
2.Keunggulan Penilaian
Berbasis Kelas adalah:
a.Pengumpulan informasi kemajuan belajar baik
formal maupun non formal diadakan secara terpadu, dalam suasana yang
menyenangkan, serta senantiasa memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi
siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, dipahami dan mampu dikerjakan siswa.
b.Pencapaian hasil belajar siswa tidak
dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi dibandingkan dengan kemampuan
sebelumnya kriteria pencapaian kompetensi, standar pencapaian, dan level
pencapaian nasional, dalam rangka membantu anak mencapai apa yang ingin dicapai
bukan untuk menghakiminya.
c.Pengumpulan informasi menggunakan berbagai
cara, agar kemajuan belajar siswa dapat terdeteksi secara lengkap.
d. Siswa perlu dituntut agar dapat
mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan semua potensi dalam
menanggapi, mengatasi semua masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri, bukan
sekedar melatih siswa memilih jawaban yang tersedia.
e.Untuk menentukan ada tidaknya kemajuan
belajar dan perlu tidaknya bantuan secara berencana, bertahap dan berkesinambungan,
berdasarkan fakta dan bukti yang cukup akurat.
3. Prinsip-prinsip
Penilaian Berbasis Kelas
a.Valid, penilaian memberikan informasi yang
akurat tentang hasil belajar siswa.
b.Mendidik, penilaian harus memberikan
sumbangan positif terhadap pencapaian belajar siswa.
c.Berorientasi pada kompetensi, penilaian
harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum.
d. Adil, penilaian harus adil terhadap semua
siswa dengan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan
gender.
e. Terbuka,
kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi
semua pihak.
f.Berkesinambungan, penilaian
dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh
gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.
(Depdiknas, 2002).
C.Bentuk-bentuk Instrumen dalam penilaian Berbasis Kelas menurut Suharto
(2009) dan Radno harsanto (2007) yaitu :
1. Penilaian Unjuk kerja
Penilaian unjuk
kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta
didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu
seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek OR, persentasi,
diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/
deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis
karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.
2.Penilaian Sikap
Sikap bermula
dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat
dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku
atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
3. Penilaian
Tertulis
Penilaian
secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes
dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
4. Penilaian
Proyek
Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuanmengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
5.Penilaian Produk
Penilaian
produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik,
dan logam.
6. Penilaian
Portofolio
Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan
nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam
satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya
siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu
periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta
didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta
didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/
literaty78tur, laporan penelitian, sinopsis, dsb.
7. Penilaian
Diri
Penilaian diri
adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian
diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
D.Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor sebagai Objek Evaluasi
Hasil Belajar
1.Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom dalam Sudijono (2003:49) segala
upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Dalam ranah kognitif terdapat 6 (enam) jenjang proses berpikir, mulai dari
jenjang yang terendah sampai jenjang yang paling tinggi, yaitu:
a. Pengetahuan (Knowledge
Berisikan kemampuan untuk
mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,
urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta
menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan
dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas,
standar kualitas minimum untuk produk.
b. Pemahaman
(Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk
membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb.
Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yang diuraikan dalam fish
bone diagram, pareto chart, dsb.
c. Penerapan
(Application)
Ditingkat ini,
seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus,
teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi
tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di
tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya
kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
d. Analisis
(Analysis)
Ditingkat
analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan
faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di
level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject,
membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan
setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
e. Sintesis
(Syntesis)
Satu tingkat di
atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur
atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg
dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu
memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan
pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
f. Penilaian/penghargaan(Evaluation)
Dikenali dari
kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan
nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang
manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk
dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis,
dsb. Keenam jenjang berpikir ranah kognitif ini bersifat kontinum dan everlap
(tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada
di bawahnya.
2.Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar menyatakan bahwa sukap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif menurut Bloom ditaksonomikan
menjadi 5 (lima) jenjang, yaitu:
a.
Menerima atau
memperhatikan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
b.
Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, memper-tahankannya, dan
mengarahkannya.
c.
Menanggapi
(Responding)
Memberikan
reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungan-nya. Meliputi persetujuan,
kesedia-an, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
d.
Menghargai
(Valuing)
Berkaitan
dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau
tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai
tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
e.
Mengatur
(Organization)
Memadukan
nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk
suatu sistem nilai yang konsisten.
f.
Karakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex).
Memiliki sistem
nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik
gaya-hidupnya
3. Ranah Psikomotorik
Ranah
psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.Ranah
psikomotorik terbagiatas 7 tingkatan yaitu:
a.
Penggunaan alat
indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b.
Kesiapan (Set),
kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c.
Guided Response
(Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d.
Mekanisme
(Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
e.
Respon Tampak
yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f.
Penyesuaian
(Adaptation)
Keterampilan
yang sudah berkem-bang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
g.
Penciptaan
(Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu.
E.Strategi Penilaian Berbasis Kelas
Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang
evaluasi/ penilaian pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil belajar ke dalam
6 (enam) langkah pokok, yakni:
1. Menyusun Rencana Evaluasi Hasil Belajar
Sebelum
evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya
secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya oleh
Sudijono (2003:59) mencakup enam jenis kegiatan, yakni: (a) Merumuskan tujuan
dilaksanakannya evaluasi, (b) menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, (c)
memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan
evaluasi, (d) Menyusun alat-alat pengukur dan penilaian hasil belajar peserta
didik, (e) Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil
evaluasi dan (f) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu
sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).
2. Menghimpun Data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data
adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil
belajar (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau
melakukan pengamatan, wawancara, atau angket dengan menggunakan
instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide,
atauquestionnaire (apabila evaluasi hasil belajar menggunakan teknis non tes).
3. Melakukan Verifikasi Data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum
diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian
data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan
data yang “baik” (yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan
diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang
dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan menguburkan
gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).
4. Mengolah dan Menganalisis Data
Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk
memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan
evaluasi. Untuk keperluan itu, maka data hasil evaluasi perlu disusun dan
diatur sedemikian rupa sehingga “dapat berbicara”. Dalam menggolah dan
menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik dan
atau teknik non statistik, tergantung kepada jenis data yang akan diolah atau
dianalisis. Dengan analisis statistic misalnya, penyusunan atau pengaturan dan
penyajian data lewat tabel-tabel, grafik, atau diagram, perhitungan-perhitungan
rata-rata, standar deviasi, pengukuran korelasi, uji benda mean, atau uji benda
frekuensi dan sebagainya akan dapat menghasilkan informasi-informasi yang lebih
lengkap dan amat berharga.
5.Memberikan Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada
hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data
yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi
terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan
kesimpulan-kesimpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah
barang tentu harus mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.
6. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi
Bertitik tolak
dari hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan
disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya,
maka pada akhirnya evaluator akan mengambil keputusan dan merumuskan
kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan
hasil evaluasi tersebut. Harus senantiasa diingat bahwa setiap kegiatan
evaluasi menuntut adanya tindak lanjut yang konkrit. Tanpa diikuti oleh tindak
lanjut yang konkrit, maka pekerjaan evaluasi itu hanya akan sampai kepada
pernyataan, yang menyatakan bahwa; “saya tahu, bahwa begini dan itu begitu”.
Apabila hal seperti itu terjadi, maka kegiatan evaluasi itu sebenarnya tidak
banyak membawa manfaat bagi evaluator.
F.Pelaksanaan
Penilaian Berbasis Kelas dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari diri individu maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 (tiga) tahapan yang
dalam, antara lain: (1) Pretest (tes awal), (2) Proses Pembelajaran, (3)
Postest (tes akhir).
BAB VII
PENGERTIAN PORTOFOLIO
A. Pengertian
Portofolio
Pengertian
Portofolio, Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port
(singkatan dari report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau
lengkap. Jadi portofolio berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang
yang dilakukannnya (Erman S. A., 2003 dalam Nahadi dan Cartono, 2007). Secara
umum portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga,
organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan
perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Terdapat
beberapa macam portofolio,
dalam kesenian misalnya, portofolio berarti kumpulan
hasil karya terbaik dari seorang seniman yang sengaja diadakan untuk keperluan
galeri pameran. Dalam dunia pendidikan portofolio adalah kumpulan hasil karya
seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja yang ditentukan guru atau
oleh siswa bersama guru.Portofolio dalam pendidikan adalah bagian dari usaha
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.Sehingga
tidak setiap kumpulan karya siswa disebut sebagai portofolio.
Paulson
(1991) dalam Nahadi dan Cartono (2007) mendefinisikan portofolio sebagai
kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan
mereka dalam satu bidang atau lebih.Kumpulan ini harus mencakup partisipasi
siswa dalam seleksi isi, kriteria isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian,
dan bukti refleksi diri.Menurut Gronlund (1998 : 159) portofolio mencakup
berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang
harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh
pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan
dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang tertarik
berkepentingan.
Portofolio
dapat digunakan untuk mendokementasikan perkembangan siswa. Kerena menyadari
proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat
digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal
perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.Portofolio
mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan
tujuan.Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan bagi
kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan dengan siswa, orang tua serta
pihak lain yang berkepentingan. Sehingga portofolio dapat digunakan untuk
mendokumentasikan perkembangan siswa dalam setiap kegiatan dan proses
pembelajaran. Secara umum, dalam dunia pendidikan portofolio merupakan kumpulan
hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik
dan teratur.Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa,
jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil
wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau
jurnalyang dibuat siswa.
Portofolio
adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas
kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian
dari uasaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan
dalam kurikulum.Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen
penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai
kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa.Portofolio demikian disebut
juga ‘portofolio untuk penilaian’ atau ‘portofolio penilaian.
B. Jenis-Jenis
Portofolio
Portofolio dilihat dalam jenis dapat digolongkan ke dalam
tiga bentuk portofolio, yaitu:
1.
Portofolio
perkembangan: berisikan koleksi artefak peserta didik yang menunjukkan
pertumbuhan seorang peserta didik.
2. Portofolio
pamer/showcase: berisikan koleksi artefak peserta didik yang menunjukkan hasil
karya terbaiknya.
3. Portofolio komprehensif: berisikan koleksi artefak
seluruh hasil karya peserta didik.
Secara kontinum portofolio bertujuan sebagai berikut:
1.
Untuk
penilaian formatif dan diagnostik, untuk memonitor perkembangan peserta didik
dari hari ke hari, dan berfokus pada proses perkembangan peserta didik.
2.
Untuk
memeberi eviden (bukti) penilaian formal.
3.
Untuk
mengikuti perkembangan pekerjaan peserta didik, berfokus pada proses dan hasil.
4.
Untuk
mengoleksi hasil pekerjaan yang telah selesai, berfokus pada penilaian sumatif.
Selanjutnya, portofolio merupakan tugas yang dilaksanakan
peserta didik dengan ketentuan berisikan:
1.
Rancangan
isi dan sleksi dipengaruhi oleh tujuan portofolio.
2.
Ada
portofolio yang berisikan segala sesuatu yang dilakukan peserta didik.
3.
Ada
portofolio hanya berisikan beberapa item saja dari yang dilakukan peserta
didik.
C. Tujuan
Menggunakan Penilaian Portofolio
Tujuan menggunakan penilaian portofolio menurut
Suderadjat (2004, 128), Sumarna Surapranata, Muahmmad Hatta (2006; 76) adalah:
1. Dapat menghargai
perkembangan hasil belajar peserta didik (prestasi).
2. Mendokumentasikan
proses pembelajaran yang berlangsung.
3. Memberi
perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
4. Bertukar
informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan guru lain.
5. Meningkatkan
efektivitas proses pengajaran.
6. Dapat
merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen.
7. Dapat membina
dan mempercepat pertumbuhan konsep diri pada peserta didik.
8. Peserta didik
memandang lebih objektif dan terbuka dibandingkan dengan tes tradisional karena
peserta didik sendiri ikut menilai hasil kinerja dirinya.
9.Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.
Di samping itu portofolio akan dapat menimbulkan beberapa
efek positif pada diri peserta didik dan pada diri guru itu sendiri, sehingga
proses pembelajaran yang laksanakan guru bersama peserta didik menjadi proses
yang menyenang, menarik, kreatif, integratif, dan reflektif. Efek tersebut
pada:
1.
Peserta
Didik
a.
Peserta
didik merasa bangga terhadap hasil karya yang telah dilaksanakan
b.
Merefleksi
strategi kerja
c.
Menentukan
tujuan
d.
Termotivasi
e.
Mengontrol
pekerjaannya
f.
Mendapat
penguatan
g.
Terbangun
harga diri
h.
Bekerja
sesuai dengan kemampuan
2.
Guru
a.
Berkesempatan
memikirkan kembali pekerjaan peserta didiknya
b.
Termotivasi
mengembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan peserta didik
c.
Memperbaharui
komitmennya
Tujuan penggunaan portofolio juga akan menciptakan
peserta didik merefleksi karyanya, apa, kenapa, dan bagaimana dengan dokumen
yang telah dimilikinya. Peserta didik memulai dengan bertanya pada dirinya dan
membuatkan mereka merenungkan hasil karyanya dan mampu menilai dirinya.
Keuntungan refleksi tersebut, adalah sebagai berikut:
a. Mendorong
peserta didik merasa memiliki
b. Mengarah peserta
didik pada pencapaian kompetensi tertentu
c. Melatih bekerja
dengan data autentik
d. Melatih peserta
didik untuk mematuhi criteria
e. Peserta didik
merefleksikan hipotesis, asumsi, hambatan
f. Melatih peserta
didik untuk mengecek, apakah pekerjaannya dapat diterima orang lain
g. Mendorong
peserta didik untuk menyelidiki lebih lanjut
h. Memberi peluang
peserta untuk menentukan jenis portofolio
i. Memberi peluang
kepada peserta didik untuk melakukan proses internalisasi dan berpikir secara
holistik.
D.
Perbedaan Penilaian Portofolio dengan Tes Tradisional
Penilaian portofolio memiliki perbedaan dengan tes
tradisonal, penilaian portofolio merupakan ciri khas penilaian pembelajaran
berbasis kompetensi, berikut ini akan dapat dilihat perbedaan penilaian
portofolio dengan tes tradisional di bawah ini:
1.
Menilai
peserta didik berdasarkan hasil kerja yang berkaitan dengan kinerja yang
dinilai. Menilai peserta didik berdasarkan pencapaian tujuan tertentu.
2.
Peserta
didik ikut serta dalam menilai kemajuan yang dicapai dalam penyelesaian
berbagai tugas yang dinilai. Penilaian hanya dilakukan oleh guru beradasarkan
masukan yang terbatas.
3.
Mewujudkan
proses penilaian kolaboratif. Proses penilaian tidak ada kerjasama antara guru,
peserta didik, dan orang tua.
4.
Bertujuan
agar peserta didik mampu menilai diri sendiri. Kemampuan peserta didik dalam
menilai diri sendiri bukan merupakan tujuan pembelajaran.
5.
Menilai
kemajuan, proses, dan pencapaian akhir. Yang dinilai hanyalah hasil akhir.
6.
Dapat
mengevaluasi kebutuhan, minat, kemampuan akademik, dan karakteristik peserta
didik secara individual. Hanya mengevaluasi peserta didik dalam kemampuan
kognitif tingkat rendah.
7.
Mengembangkan
potensi peserta didik dalam melakukan self assessment (keterampilan menemukan
kelebihan dan kekurangannya sendiri, serta kemampuan untuk menggunakan kelebihan
tersebut dalam mengatasi kelemahannya, yang merupakan kompetensi dasar yang
harus dimiliki peserta didik). Memberikan informasi kepada peserta didik
mengenai kemampuan akademiknya, melalui nilai yang diperolehnya setelah
mengikuti tes tertentu (formatif, sumatif, EBTANAS).
E.Perbandingan
Lembaran Portofolio dengan Lembaran Kliping
Lembaran portofolio merupakan hasil karya peserta didik
berupa draft mentah, nilai, makalah, benda kerja, kritik dan ringkasan,
lembaran refleksi diri, pekerjaan rumah, jurnal, respon kelompok, grafik,
lembaran catatan dan catatan diskusi. Beberapa cara baru seperti: note book,
multi media, disket, flashdisk, map lipat, dan file internet. Karya ini
direfleksi apa, kenapa, dan bagaimana ditampilkan.
F. Pengertian Penilaian Portofolio
Penilaian
portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan
mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan
seseorang (Pomham, 1984).Aspek yang diukur dalam penilaian portofolio adalah
tiga domain perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.Penilaian Portofoliodapat diartikan sebagai suatu wujud benda
fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai ajektif. Sebagai
suatu wujud benda fisik portofolio adalah bundel, yaitu kumpulan atau
dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu
bundel.Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas, catatan anekdot, piagam
penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir
(post-test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio
adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta
didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun
sikap (afektif). Adapun sebagai suatu ajektif portofolio seringkali dihubungkan
dengan konsep pembelajaran atau penilaian yang dikenal dengan istilah
pembelajaran berbasis portofolio atau penilaian berbasis portofolio.
Portofolio Sebagai benda fisik
(bundle atau dokumen) dan sebagai
suatu proses socialSebagai adjective (Pembelajar-an portofolio, assesmen
portofolio). Portofolio
sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh
siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau
mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.Portofolio dalam arti ini,
dapat digunakan sebagai instrument penilaian atau salah satu komponen dari
instrument penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil
belajar siswa.Portofolio demikian disebut juga portofolio untuk penilaian atau
asesmen portofolio.Berdasarkan pengertian tentang evaluasi, penilaian, asesmen
dan portofolio, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen portofolio dalam
pembelajaran kimia dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses,
hasil pertumbuhan, perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumen pengalaman belajarnya di
dalam pembelajaran kimia. Dalam konteks penilaian, asesmen portofolio juga
diartikan sebagai upaya menghimpun kumpulan karya atau dokumen peserta didik
yang tersusun secara sistematis dan terorganisir yang diambil selama proses
pembelajaran, digunakan oleh guru dan peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu (Surapranata S dan Hatta M, 2004 dalam Nahadi danCartono, 2007).
Portofolio
siswa untuk penilaian atau assesmen portofolio merupakan kumpulan produksi
siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:Hasil proyek,
penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara tertulis atau dengan
penjelasan tertulis.Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka
melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan.Analisis situasi yang
berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.Deskripsi dan
diagram pemecahan suatu masalah dalam matapelajaran yang bersangkutan.Laporan
hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam matapelajaran
atau antar mata pelajaran.Penyelesaian soal-soal terbuka.Hasil tugas pekerjaan
rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan
di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman
sekelasnya.Laporan kerja kelompok.
Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam vidio, alat rekam audio dan computer.Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan.Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan).
Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam vidio, alat rekam audio dan computer.Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan.Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan).
Cerita
tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang
bersangkutan.Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan
psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang
bersangkutan.
Laporan
tentang sikap siswa terhadap pelajaran.Untuk menerapkan asesmen portofolio
dibutuhkan suatu rubrik atau pedoman terperinci penilaian. Asesmen portofolio
hendaknya tidak hanya ditekankan kepada keberhasilan siswa dalam memperoleh
jawaban yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih ditekankan pada proses berfikir
siswa yang terdapat atau tersirat dalam isi portofolio. Penilaian berbasis
kompetensi mempunyai prinsip belajar tuntas (mastery learning), siswa tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik. Salah satu model
yang cocok dengan prinsip tersebut adalah model asesmen portofolio.Model asesmen
portofolio menggunakan acuan penilaian kriteria, yang intinya adalah
bahwa:Semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya
waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda.Standar
ketuntasan harus ditentukan terlebih dahulu.
Hasil
penilaian;lulus atau tidak lulus.Aspek yang diukur dalam asesmen portofolio
adalah tiga ranah perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
1.
Prilaku kognitif
Berdasarkan
taksonomi kognitive Bloom, terdapat enam tingkatan kognitif berfikir:
a.
Pengetahuan (knowledge)
: kemampuan mengingat (misal mengingat rumus).
b.
Pemahaman
(comprehension) : kemampuan memahami (menyimpulkan suatu paragraph)
c.
Aplikasi (application)
: kemampuan penerapan (misalnya menggunakan informasi atau pengetahuan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah).
d.
Analisis (analysis) :
kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil
(misalnya menganalisis bentuk, jenis atau arti)
e.
Sintesis (synthesis) :
kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi kesimpulan (misalnya memformulasikan
hasil penelitian).
f.
Evaluasi (evaluation) :
kemampuan mempertimbangkan mana yang baik untuk mengambil tindakan tertentu.
2.
Prilaku afektif
Mencakup
penilaian perasaan, tingkah laku, minat, kesukaan, emosi dan motivasi.
3.
Prilaku psikomotorik
Mencakup
penilaian keahlian.Penilaian psikomotorik adalah penilaian pembelajaran yang
banyak menggunakan praktek seperti agama, kesenian, olahraga, sains dan bahasa,
sementara itu untuk mata pelajaran yang tidak terdapat kegiatan praktek, tidak
terdapat penilaian psikomotoriknya. Bentuk instrument dan jenis tagihan yang
digunakan untuk assesmen portofolio adalah tes tertulis (obyektif dan
non-obyektif), tes lisan (wawancara), tes perbuatan (lembar pengamatan),
non-tes (angket, kuisioner), dan hasil karya (daftar cek, produk dan laporan.
G. Cara Penilaian
Portofolio
Cara penilain portofolio belajar
siswa CMS Sekolah Gratis
untuk Pendidikan Indonesia Penilaian portofolio merupakan kegiatan penilaian
yang dilakukan dengan menggunakan bukti-bukti hasil belajar (evidence) yang
relevan dengan kompetensi keahlian yang dipelajari. Evidence tersebut dapat berupa
karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik, atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi keahlian
tertentu. Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta didik, sebagai
hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh peserta
didik bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau
mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.Jadi, tidak setiap kumpulan
karya seorang peserta didik disebut portofolio.
Portofolio
digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen
penilaian, untuk menilai kompetensi peserta didik, atau menilai hasil belajar
peserta didik. Sebagai instrumen penilaian, portofolio difokuskan pada dokumen
tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat
dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau
dipecahkan) oleh siswa. Bagi guru, portofolio menyajikan wawasan tentang banyak
segi perkembangan siswa dalam belajarnya: cara berpikirnya, pemahamannya atas
pelajaran yang bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya,
sikapnya terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya. image
Portofolio penilaian bukan sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan
kumpulan hasil siswa dari kerja yang sengaja diperbuat siswa untuk menunjukkan
bukti tentang kompetensi, pemahaman, dan capaian siswa dalam mata pelajaran
tertentu. Portofolio juga merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui
oleh guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah perbaikan
pembelajaran, atau peningkatan belajar siswa.
Portofolio
peserta didik untuk penilaian merupakan kumpulan produk siswa, yang berisi
berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:
a. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik
siswa, yang disajikan secara tertulis atau dengan penjelasan tertulis,
b. Gambar atau laporan
hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk mata pelajaran
yang bersangkutan.
c. Analisis
situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
d. Deskripsi dan diagram
pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran yang bersangkutan.
e. Laporan hasil
penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau
antarmata-pelajaran.
f.Penyelesaian soal-soal
terbuka
g.Hasil
tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara
yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan
teman-teman sekelasnya.
h. Laporan kerja kelompok
i.Hasil kerja siswa yang
diperoleh dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio, dan computer.
j. Fotokopi surat piagam
atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang bersangkutan.
k. Hasil karya dalam mata
pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugas-kan oleh guru (atas pilihan
siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan).
l.Cerita tentang
kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.
BAB VIII
LANGKAH-LANGKAH
PENILAIAN PORTOFOLIO DAN SUMBER BELAJAR
A. Langkah-langkah Penilaian
Portofolio
Menurut Fajar (2002: 48) langkah-langkah
penilaian dengan portofolio, adalah:
1.
Mengidentifikasi masalah yang
ada di masyarakat.
2.
Memilih suatu masalah untuk
dikaji di kelas.
3.
Mengumpulkan informasi yang
terkait dengan masalah yang dikaji.
4.
Membuat portofolio kelas.
5.
Menyajikan potofolio/dengar
pendapat (showcase).
6.
Melakukan refleksi pengalaman
belajar.
Di dalam setiap langkah, peserta didik
belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitasi dari guru dan
menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah
(masyarakat).
Sumber berlajar atau informasi dapat
diperoleh dari :
1.
Manusia (pakar, tokoh agama,
tokoh masyarakat dan lain-lain).
2.
Kantor penerbitan surat kabar,
bahan tertulis.
3.
Bahan terekam.
4.
Bahan tersiar (tv, radio).
5.
Alam sekitar.
6.
Situs sejarah, artifak dan
lain-lain.
Pada sumber berlajar ini para peserta didik dapat mengembangkan
keterampilan, seperti mendengar pendapat orang lain, membaca, bertanya,
mencatat, menjelaskan, memilih, menimbang, mengkaji, merancang, menyepakati,
merumuskan, memilih pimpinan, membagi tugas, beragumentasi, dan lain
sebagainya.
B. Contoh Format Penilaian
Portofolio
Format penilaian dapat mempergunakan beragam
alat penilaian, bergantung pada bentuk hasil kerja, tujuan penilaian, prinsip
keterlaksanaannya.Penilaian itu juga dapat mempergunakan daftar cek list, skala
likert, skala rating, komentar lisan – tulisan seperti di bawah ini, butir nilai,
presentase, tingkatan huruf untuk tiap kriteria.
Contoh 1.
Penilaian Portofolio Pendidikan Agama Islam Kelas 6 SD
Kompetensi Dasar :
Mengerjakan Puasa Wajib
Nama :
Alfais
Tanggal :
9 Agustus 2010
Indikator Penilaian:
a.
Menjelaskan pengertian puasa
wajib
b.
Menyebutkan macam-macam puasa
wajib
c.
Melaksanakan puasa wajib
Dicapai Melalui:
a.
Pertolongan guru
b.
Seluruh kelas
c.
Kelompok kecil
d.
Sendiri
Komentar orang tua
Unsur penilaian dapat dikembangkan dalam
bentuk pernyataan lain seperti; jelek sekali, jelek, sedang, baik, baik sekali
atau mempergunakan angka 1 s.d. 10 serta dapat juga dilihat penskoran
portofolio pada buku saya Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (2006; 163
– 164).
Pola penilaian di atas lebih mengacu pada
penilaian berbasis kelas yang bermanfaat bagi guru, peserta didik, dan orang
tua. Manfaat penilaian berbasis kelas bagi guru, adalah;
1.
Memberi umpan balik pada
program jangka pendek yang dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam kegiatan
proses belajar sehingga memungkinkan pembuatan koreksi hasil penilaian;
2.
Memberi kegunaan hasil
pembelajaran peserta didik dengan melibatkan peserta didik secara maksimal;
3.
Membantu pembuatan laporan
labih bagus dan menaikkan efisiensi pembelajaran; dan
4.
Mendorong pembelajaran sebagai
proses penilaian formatif yang melibatkan banyak waktu untuk melakukan umpan
balik dan perbaikan hasil peserta didik.
Penilaian berbasis kelas sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk:
1.
Memantau pembelajaran dirinya
secara lebih baik;
2.
Menitik beratkan pada kebutuhan
perubahan kemampuan, keterampilan dan nilai.
Penilaian
berbasis kelas sangat bermanfaat bagi orang tua untuk:
1.
Mengetahui kelemahan dan
peringkat anaknya;
2.
Mendorong orang tua peserta
didik untuk melakukan bimbingan kepada anaknya;
3.
Melibatkan orang tua peserta
didik untuk melakukan diskusi dengan guru/sekolah dalam hal perbaikan kelemahan
peserta didik. (Sumarna Surapranata, 2006; 5 – 6)
Contoh 2.
Penilaian Portofolio Hasil Penyelidikan
1.
Bukti terjadinya proses
berpikir.
a.
Apakah peserta didik telah
menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam setiap satuan
itu?
b.
Apakah peserta didik telah
berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisis, mencari pola, dsb?
c.
Apakah peserta didik telah
menggunakan materi konkret atau gambar untuk menafsirkan dan memecahkan
masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikannya?
d.
Apakah peserta didik telah
menggunakan alat bantulaindalampemecahan masalah atau penyelidikannya? (Besarnya skor sama
dengan banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin: 0, 1, 2, 3,
4)
2.
Mutu kegiatan atau penyelidikan
a.
Apakah kegiatan atau
penyelidikan oleh peserta didik yang dilaporkan dalam portofolio meningkatkan
pengetahuan atau pemahaman peserta didik tentang konsep aatau kaidah tertentu?
b.
Apakah kegiatan membuat
portofolio meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menggunakan konsep,
cara, atau kaidah tertentu?
c.
Apakah kegiatan membuat
portofolio meningkatkan sikap peserta didik terhadap pelajaran yang
bersangkutan?
d.
Apakah kegiatan atau
penyelidikan itu melibatkan beberapa subpokok bahasan?
(Besarnya skor
sama dengan banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin: 0, 1,
2, 3, 4)
3. Keragaman pendekatan
a.
Apakah ada petunjuk yang kuat
atau bukti bahwa peserta didik menggunakan berbagai pendekatan dalam memecahkan
masalah?
b.
Apakah ada petunjuk yang kuat
atau bukti bahwa peserta didik melakukan berbagai macam kegiatan atau
penyelidikan?
(Besarnya skor
sama dengan dua kali banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang
mungkin: 0, 2, 4)
Contoh 3.
Penilaian Portofolio Matematika
1.
Matematika Menunjukkan
pemahaman tentang semua konsep dan prinsip matematis yang terkandung di dalam
masalah yang harus dipecahkannya. 4
2.
Menggunakan istilah dan notasi
matematis yang sesuai. 3
3.
Melaksanakan algoritma yang
relevan dengan lengkap dan benar 3
4.
Menggunakan istilah dan notasi
matematis yang betul. 4
5.
Menunjukkan bahwa peserta didik
memahami hampir semua konsep dan prinsip matematis yang terkandung di dalam
masalah yang harus dipecahkannya. 2
6.
Tidak berbuat kesalahan yang
agak serius dalam hitungan. 3
7.
Mempunyai pemahamannnya luas
tentang konsep dan prinsip matematika yang terkandung di dalam masalah yang
harus dipecahkannya 3
8.
Ketelitian dalam hitungan dan
pejumlahan 4
9.
Strategi Menggunakan informasi
yang relevan dari luar rumusan masalah yangharusdipecahkannya.
0
0
10. Berhasil mengidentifikasi semua unsur penting di dalam masalah, dan
menunjukkan hubungan yang ada antara unsur-unsur itu. 3
11. Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok dan sistematik dalam
memecahkan masalah. 3
12. Penyelesaian masalah yang digunakan jelas dan lengkap. 3
13. Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok dan pemecahan masalah
yang sistematis. 4
14. Menggunakan informasi yang relevan. 3
15. Mampu mengidentifikasi unsur-unsur penting dalam masalah yang harus
dipecahkannya. 2
16. Menggunakan strategi berpikir lateral 3
17. Komunikasi Memberikan tanggapan yang lengkap, serta uraian yang
jelas dan tidak meragukan. 4
18. Membuat gambar atau diagram yang cocok dan lengkap. 2
19. Menyampaikan gagasannya dengan jelas 3
20. Menggunakan argumen yang logis dan lengkap. 3
21. Memberikan contoh atau contoh-kontra. 4
22. Menyampaikan gagasannya dengan jelas. 4
23. Uraian yang dibuatnya jelas, atau mudah dipahami. 4
24. Membuat gambar yang memiliki kaitan dengan masalah yang harus
dipecahkannya. 4
25. Membuat langkah yang benar dalam memecahkan masalah. 3
Jumlah 75
Keterangan
Penilaian :
4 : Sangat Baik
3 : Baik
2 : Sedang
1 : Kurang
0 : Kurang Sekali
BAB IX
PELAPORAN ASESMEN PORTOFOLIO
A.
Pengertian laporan
Laporan
mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena dalam suatu
organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari
keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan
dalam suatu organisasi baik yang berupa hubungan antara atasan dan bawahan,
ataupun antara sesama karyawan yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan
suatu sistem delegation of authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara
effektif dan efisien dalam organisasi.
Pengertian
laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu
kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung
jawab yang ditugaskan kepada si pelapor.Fakta yang disajikan merupakan bahan
atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si
pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan
suatu kegiatan.
Dalam
pembuatan suatu laporan formal, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang
baik, jelas dan teratur. Bahasa yang baik tidak berarti bahwa laporan itu
mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan, melainkan dari segi sintaksis
bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata
dengan kata yang lain dan antara satu kalimat dengan kalimat lain. Penggunaan
kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari, kecuali penggunaan kata
”kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan atau suatu tugas.
B.
Pengertian asesmen
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli :
1.
Menurut Robert M Smith (2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota
tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat
digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk
menyusun suatu rancangan pembelajaran.
2.
Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak
yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang
saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran
yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
3.
Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
a.Mengidentifikasi masalah dan
menyeleksi target intervensi
b.Memilih dan mendesain program
treatmen
c.Mengukur dampak treatmen yang
diberikan secara terus menerus.
d.Mengevaluasi hasil-hasil umum dan
ketepatan dari terapi.
4. Menurut Lidz 2003
Proses pengumpulan informasi untuk
mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya,
kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting
yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari Pengertian diatas adalah sebagai
berikut :
Tujuan asesmen adalah untuk melihat
kondisi anak saat itu.Dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran yang
tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat.
C. Tujuan Asesmen
Menurut Robb
a.
Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
b. Untuk membuat keputusan tentang
penempatan anak
- Untuk merancang individualisasi pendidikan
- Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
5. Menurut Sumardi & Sunaryo (2006)
a.Memperoleh data yang relevan,
objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini
b.Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan
hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan
khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak.
c. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.
6. Menurut Salvia dan Yesseldyke
seperti dikutif Lerner (1988: 54)
Asesmen
dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
a.Penyaringan (screening)
b.Pengalihtanganan (referal)
c.
Klasifikasi (classification)
d.
Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
e.
Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Berdasarkan hasil kajian dari
teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa:“Asesmen dilakukan untuk
mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan asesmen) baik
potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai bahan
untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan /
intervensi secara tepat
D.
Pelaporan Asesmen Portofolio
Dalam pengembangan asesmen portofolio, guru biasanya
melakukan pemantauan kemajuan peserta didik dengan membandingkan portofolio
terhadap peta kemampuan pengetahuan dan pemahaman yang harus dicapai dalam
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam
kurikulum. Asesmen portofolio bukan merupakan sistem penilaian satu-satunya
sehingga harus dikombinasikan juga dengan bentuk penilaian yang lain.
Dalam penerapan asesmen portofolio sangat diperlukan
kejujuran dan objektivitas yang konsisten dari semua pihak, baik guru, orang
tua, maupun pihak lain. Asesmen portofolio lebih menekankan pada penilaian
proses dan hasil sehingga hasil asesmen portofolio hendaknya memberikan
kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan pembelajaran
untuk mengadakan negosiasi mengenai pola pembelajaran dan pendewasaan siswa.
Oleh karena itu, asesmen portofolio dituntut memberikan informasi secara
menyeluruh mengenai: (a). Perkembangan pemahaman dan pemikiran peserta didik dalam
kurun waktu tertentu tentang standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
yang telah ditetapkan dalam kurikulum,(b) Evidence peserta didik yang
berkaitan dengan bakat dan keterampilan khusus,(c) Evidence peserta didik selama periode
dan kurun waktu tertentu,(d) Refleksi nilai-nilai peserta didik
sebagai individu baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Hasil asesmen portofolio pada umumnya dapat berbentuk skor,
grafik atau deskriptif. Pekerjaan guru selanjutnya adalah membuat suatu rumusan
bagaimana skor itu akan dianalaisis dan ditafsirkan sehingga kesimpulan akhir
tentang kemampuan peserta didik sudah merupakan nilai keseluruhan berbagai
aspek. Guru harus menempatkan peserta didik dalam peta kemampuan dengan memberi
bobot tertentu serta bagaimana membuat kesimpulan akhir yang bersifat
komprehensif dan dapatdipertanggungjawabkan.
Laporan hasil belajar dibuat dalam peta perkembangan yang
memuat deskripsi dan uraian perkembangan kompetensi dasar, hasil belajar, atau
indikator hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum.Peta kemampuan dapat
digunakan guru untuk memantau kemampuan belajara peserta didik. Kemampuan hasil
belajar bertujuan untuk: (a) Acuan bagi guru dalam memantau
perkembangan belajar peserta didik. Peta kemampuan harus dibuat berdasarkan
data yang akurat, yang menggambarkan kemampuan yang kompleks untuk dijadikan
sebagai tolak ukur keberhasilan peserta didik.(b) Acuan bagi guru dalam mengestimasi
pencapaian.
Estimasi pencapaian pengetahuan siswa diperoleh berdasrkan
bukti nilai tugas portofolio yang telah dikerjakan.Dalam melakukan estimasi,
guru harus memperhatikan kualitas dan akurasi seluruh evidence yang telah
dikerjakan peserta didik dan dinilai.Langkah kedua yang harus dilakukan adalah
menentukan skala lokasi pada peta.Skala lokasi pada peta dimaksudkan untuk
menentukan kemampuan siswa pada suatu pokok garis perkembangan.Dengan skala
lokasi ini guru dapat dengan mudah menentukan tingkat pencapaian dan memantau
perkembangan kemampuan peserta didik.
TabelLangkah Pengembangan Asesmen Portofolio dalam
Pembelajaran Kimia Tahapan asesmen portofolio Dimensi Tahapan Menetapkan tujuan
portofolio · Menetapkan tujuan asesmen portofolio. · Menentukan tujuan
instruksional masing-masing asesmen portofolio. · Mereview masing-masing
deskripsi dan menyesuaikannya dengan kompetensi. Menetapkan isi portofolio, menetapkan evidence, menetapkan rentang evidence ·
Mereview masing-masing deskripsi dan menyesuaikannya dengan kompetensi.
Menetapkan seleksi portofolio, menetapakan prosedur seleksi evidence,menetapkan cara mengelola asesmen
portofolioMereview masing-masing deskripsi dan menyesuaikannya dengan tujuan
portofolio.Menetapkan yang akan dinilai dari kriteria penialian · Menentukan
fokus penilaian individu atau kelompokMendeskripsikan kriteria penilaian ·
Meyakinkan bahwa kriteria yang dikembangkan sudah jelas dan mudah
dikomunikasikan · Meyakinkan bahwa kriteria yang dikembangkan sudah tidak
diskriminatif · Mereview masing-masing deskripsi dan menyesuaikannya dengan tujuan
penilaian Menetapkan metode untuk estimasi dan pelaporan kedudukan peserta
didik dalam peta kemampuan · Menetapkan metode untuk melaporkan kedudukan
peserta didik dalam peta kemampuan.
Mereview masing-masingdeskripsi dan menyesuaikannya dengan
tujuan asesmen portofolio Sumber: Nahadi dan Cartono, 2007 Setiap langkah dalam
pengembangan asesmen portofolio saling mempengaruhi terhadap seberapa jauh
tingkat kehandalan alat asesmen portofolio yang bibuat. Oleh karena itu,
setelah dibuat perencanaan berbagai perencanaan asesmen portofolio dengan
berbagai langkahnya, maka sebaiknya instrumen ini divalidasi baik secara
teoritis dengan judgment dari para ahli evaluasi pendidikan maupun uji coba
secara empiris instrumen yang sudah baik tentu akan dapat menggali kompetensi
siswa yang belum dapat direkam oleh instrumen tes atau non tes lainnya. 2.8
Pedoman Penskoran Penilaian Portofolio Pada penggunaan assesmen portofolio
diperlukan suatu pedoman penilaian agar diperoleh suatu penilaian yang
objektif. Untuk memperoleh pedoman penilaian tersebut , maka guru perlu
mengembangkan rubric, yakni semacam kisi-kisi pedoman penilaian. Rubrik
hendaknya memuat: (a) daftar kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep
yang akan dinilai, (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum
rubric digunakan, guru harus mengkomunikasikannya kepada siswa.Kriteria pedoman
penilaian suatu portofolio sangat bergantung kepada karakteristik penilaian
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Kriteria penilaian sangat bergantung
kepada bagaimana cara kita menilai dan portofolio yang akan dinilai. Kriteria
penilaian yang digunakan dalam assesmen portofolio pembelajaran kimia dapat
berupa skala kontinu 0 sampai 10 atau 0 sampai 100. Salah satu cara untuk
mengevaluasi portofolio adalah dengan penggunaan rubric. Cara ini menggunakan
skala nilai untuk member skor pada item yang mengharuskan murid menjawabnya
dalam bentuk tulisan dengan jawaban yang banyak (open-open item) pada soal yang
diberikan.
Murid bebas menjawab (free response question) atau terdapat
sebagai cara untuk memperoleh jawaban dengan menggunakan skala tersebut,
seseorang individu dapat memperoleh skor dari 0 sampai 4 untuk suatu item. Hal
ini tergantung dari apa yang terdeteksi oleh guru dalam item tersebut. Skor 3
untuk item dalam rubric ini tidak berarti menunjukkan 75% indicator terpenuhi.
Skor 3 dalam hal ini merupakan suatu indicator numeric yang menyatakan apa yang
dimiliki oleh individu. Tabel 7.Salah satu contoh rubric dalam menjawab
open-ended questions. Skor Kriteria 4 Lengkap dan Kompeten 3 Kompetensi Dasar 2
Jawaban Parsial 1 Jawaban coba-coba 0 Tidak ada respon Sumber: Nahadi dan
Cartono, 2007. Rubrik lain mungkin digunakan adalah skor dari 0 samai dengan 2,
atau dari 0 sampai dengan 6 atau 0 sampai dengan 8, atau bahkan dari 0 sampai
dengan 10. Beberapa variasi penggunaan kriteria juga dapat antara lain:
1)Kurang baik, 2) Baik, 3)Baik Sekali Atau 1)Jelek sekali, 2)Jelek, 3)Sedang,
4)Baik, 5)Baik sekali Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab
soal dari tahap pemahaman, aplikasi dan analisis (sintesis dan evaluasi)
disarankan sebesar 20%, 30% dan 50%.
Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan
kompetensi. Terdapat beberapa bentuk pedoman penskoran portofolio .berikut ini
disajikan beberapa contoh pedoman penskoran suatu portofolio pada suatu
kegiatan lapangan. 1. Bukti terjadinya proses berfikir · Apakah siswa telah
menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam setiap satuan
tersebut? · Apakah siswa telah berusaha membuat hipotesis, analisis, mencari
pola, dan sebagainya? · Apakah siswa telah menggunakan materi secara konkret
atau gambar untuk menafsirkan den memecahkan masalah dalam memperoleh hasil
penyelidikannya? · Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam
pemecahan masalah atau penyelidikannya? 2. Mutu kegiatan dan penyelidikan ·
Apakah kegiatan atau penyelidikan oleh siswa yang dilaporkan dalam portofolio
meningkatkan pengetahuan atau pemahaman siswa tentang konsep atau kaidah-kaidah
tertentu? · Apakah kegiatan membuat portofolio meningkatkan keterampilan siswa
dalam menggunakan konsep, cara, atau kaidah-kaidah tertentu? · Apakah kegiatan
atau penyelidikan itu melibatkan beberapa sub materi pokok?
Besarnya skor tiap indicator ditentukan berdasarkan taraf
kesulitan setiap indicator.Besarnya skor mutu kegiatan dan penyelidikan
ditentukan berdasarkan keseluruhan pencapaian skor pada setiap indicator. 3.
Keragaman pendekatan · Apakah ada petunjuk yang kuat atau bukti bahwa siswa
menggunakan berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah? · Apakah ada petunjuk
yang kuat atau bukti bahwa siswa melakukan berbagai macam kegiatan atau
penyelidikan? Besarnya skor setiap indicator ditentukan berdasarkan taraf
kesulitan etiap indicator.Besarnya skor keragaman pendekatan ditentukan
berdasarkan keseluruhan pencapaian skor pada setiap indicator.
BAB X
TEKNIK PENENTUAN NILAI AKHIR
PENYUSUNAN RANKING DAN PEMBUATAN PROFIL PRESTASI BELAJAR
A. Prinsip Penilaian
Pemberian
nilai mempunyai peranan yang penting dalam menentukan nilai-nilai akhir dari
prestasi akademis siswa atau mahasiswa. Adapun beberapa yang menjadi prinsip
dalam penilaian antara lain :
1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang
komprehensif. Penilaian ini didasarkan atas sampel prestasi yang cukup
banyak, baik macamnya maupun jenisnya.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring)
dan penilaian (grading). Penskoran berarti proses pengubahan prestasi
menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil
kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan “kedudukan” personal siswa
dan mahasiswa yang memperoleh angka-angka dalam skala tertentu.
3. Dalam
proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu
penilaian yang norms-referenced dan
yang criterion-referenced. Norm referenced evaluation adalah
penilaian yang diorientasikan pada suatu kelompok tertentu; Criterion referenced evaliation ialah
penilaian yang diorientasikan kepada suatu standar absolut, tanpa dihubungkan
dengan suatu kelompok tertentu.
4. Kegiatan
pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses
belajar-mengajar. Disamping untuk mengetahui status siswa dan menaksir
kemampuan belajar serta penguasaannya kepada siswa sendiri maupun bagi guru
atau pengajar. Dari hasil tes, pengajar dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang
diperbuatnya dan atau aturan memberi reinforcemence
bagi prestasi yang baik.
5. Penilaian
harus bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang
menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki
skor yang sama harus memperoleh nilai yang sama pula. Atau jika dibuat dari
segi lain, penilaian harus dilakukan secara adil.
6. Sistem penilain yang dipergunakan hendaknya jelas
bagi siswa dan bagi pengajar sendiri. Sumber ketidakberesan dalam penilaian
terutama adalah tidak jelasnya sistem penilaian itu sendiri bagi para guru atau
pengajar: apa yang dinilai serta macam skala penilaian yang dipergunakan dan
makna masing-masing skala itu.
B. Cara
dan Teknik Penilaian
1. Cara menilai dapat ditempuh dengan
dua cara, yaitu:
a. cara kuantitatif, (Penilaian dalam
bentuk angka)
b.cara kualitatif, (berbentuk
pernyataan), seperti baik, cukup, sedang, dan kurang.
2. Teknik penilaian antara lain:
a. Teknik berbentuk tes, digunakan untuk menilai kemampuan
siswa yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, bakat khusus (bakat
bahasa, dan teknik), dan bakat umum (intelegensi). Contoh: essay tes, objective, true-false, multiple choice, matching, dan completion.
b. Teknik bentuk nontes untuk menilai sikap, minat dan
kepribadian siswa; mungkin digunakan untuk wawancara, angket, dan observasi.
C.Jenis-Jenis
standar Penilaian
Ada dua jenis standar penilaian yang dapat digunakan dalam
mengolah hasil penilaian.
1. Standar mutlak: hasil yang dicapai masing-masing siswa dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Standar relatif: hasil yang dicapai masing-masing
siswa dibandingkan dengan norma kelompok,
yaitu hasil yang dicapai oleh siswa-siswa lain dalam kelompok yang sama
(norm-referenced evaluation).
D.Acuan
penilaian
Dalam setiap kegiatan belajar
mengajar selalu dilakukan penilaian.Hasil penilaian disajikan dalam bentuk
nilai angka atau huruf. Pada umumnya yang pemberian nilai huruf biasa digunakan
pada perguruan tinggi, yaitu A, B, C, D, dan F, sedangkan bobot dari
masing-masing nilai huruf jika ditransfer kedalam nilai angka sebagai berikut:
A = 4, B = 3, C = 2, dan F = 0.
E. Prosedur
Pemberian Nilai
Beberapa prosedur penilaian terhadap hasil belajar siswa
dengan baik, perlu kita kaji beberapa prosedur penilaian dari yang sangat
sederhana dan mengandung banyak kelemahan sampai kepada yang lebih rumit dan sophisticated.
1. Prosedur penilaian
yang paling sederhana, atau mungkin juga dapat dikatakan paling tua dan paling
banyak dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita, ialah prosedur yang tidak membedakan dengan jelas adanya dua
fase, yaitu fase pengukuran dan penilaian.
2. Prosedur ini dan
berikutnya adalah prosedur yang telah memisahkan fase pengukuran dan fase
penilaian dengan pelbagai variasi, mulai dari yang relatif sederhana sampai
dengan yang lebih rumit dan sophisticated.
3. Prosedur penilaian dengan menggunakan
persentase (%) banyak digunakan karena anggap lebih sederhana dan praktis.
Prosedur ini didasarkan atas anggapan bahwa proses pengukuran yang dipergunakan
sebagai dasar persentase itu telah mempergunakan alat-alat yang memadai dan
dianggap baik.
4. Prosedur yang mengunakan teknik statistik
yang lebih kompleks, yaitu yang dinamakan prosedur perstandarisasian,
karena dalam mentransformasikan skor-skor hasil pengukuran suatu kelompok siswa
menggunakan rentangan yang disebut deviasi standar, yaitu penyimpangan
rata-rata yang dihitung dari nilai titik tengah kelompok (mean) atau rata-rata hitung (arithmetic mean).
F. Teknik
Penyusunan Urutan Kedudukan (Ranking)
1. Pengertian Rangking
Ranking adalah suatu tingkat atau kedudukan yang diraih oleh siswa dalam suatu
pencapaian hasil belajar dikelasnya. Dalam rangkaian kegiatan belajar mengajar
guru atau dosen sebagai seorang pendidik dihadapkan pada tugas untuk melaporkan
atau menyampaikan informasi, baik kepada atasan, maupun kepada wali murid, mengenai
dimanakah letak urutan kedudukan seseorang peserta didik jika dibandingkan
dengan peserta didik yang lainnya.
Dengan disampaikan informasi
tersebut maka pihak-pihak yang bersangkutan akan dapat mengetahui, apakah
peserta didik itu berada pada urutan atas, sehinga dapat disebut sebagai siswa
yang pandai, ataukah berada pada urutan bawah, sehingga peserta didik tersebut
dapat dikatakan kurang pintar. Denga kata lain, pihak-pihak yang bersangkutan
akan dapat mengetahui
standing position masing-masing
peserta didik dari waktu-kewaktu, apakah posisinya stabil, semakin meningkat,
atau sebaliknya.
2.Jenis dan prosedur Penyusunan Rangking
Jenis-jenis rangking :
a)
Rangking Sederhana (Simple Rank)
b)
Rangking Persenan ( Percentil Rank)
a) Rangking Sederhana ( Simple Rank )
Simple rank adalah urutan yang
menunujukkan posisi atau kedudukan seseorang peserta didik ditengah-tengah
kelompoknya yang dinyatakan dengan nomor atau angkaangka biasa.
Cara menulis ranking di dalam buku
rapor umumnya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah siswa kelas I = 45 orang.
Siswa bernama Nuryanti menduduki ranking pertama, maka penulisan rankingnya
adalah : 1/45. Apabila terdapat urutan kedudukan yang sama atau kembar, maka
dalam penentuan rankingnya digunakan rata-rata hitung.
2. Siswa bernama Boy Anggi Pratama dan
Andi Triandoko sama-sama memiliki NEM sebesar 44.17. kedua siswa tersebut
menurut urutan kedudukannya seharusnya berada pada urutan ke-5 dan ke-6. Karena
terjadi kekembaran dua, maka urutan kedudukan bagi kedua siswa tersebut
ditentukan dengan = ( 5+6 ) : 2 = 5.5
3. Siwa bernama Bowo, Agus, dan
Thomas masing-masing memiliki NEM sebesar 43.17. ketiga siswa tersebut
seharusnya menduduki urutan ke-7, 8, dan 9. Karena terjadi kekembaran tiga,
maka ranking bagi ketiga siswa tersebut ditentukan = (7+8+9) : 3 =
8.
Dimaksud dengan ranking presentase
adalah angka yang menunjukkan urutan kedudukan seseorang peserta didik di
tengah-tengah kelompoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anas.
Sudijono. 1994. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Cetakan Kelima. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Anas.
Sudijono. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan – Suatu Pengantar. (Jilid 1 &
II). Yogyakarta: Sumbangsih Offset
Anonim. 2013. Cara
Penilaian Portofolio Belajar Siswa. Dapat diakses. http://www.m-edukasi.web.id/2013/08/cara-penilaian-portofolio-belajar-siswa.html. Diakses pada tanggal 6 Januari 2015
Anonim. 2014.
Pengertian Tujuan dan Fungsi Evaluasi. Dapat diakses.http://chamimampel.blogspot.com/2014/03/pengertian-tujuan-dan-fungsi-evaluasi.html. Diakses pada tanggal 6 Januari 2015
Anonim.
2014. Penilaian Berbasis Kelas. Dapat diakses. http://masithahmahsa.wordpress.com/2014/03/08/penilaian-berbasis-kelas/. Diakses pada tanggal 6 Januari 2015
De
Fina. A. 1992. Portofolio Assesment: Getting Started. Schoalistic
Muchtar.
Buchori. 1990. Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidika. Bandung: Jemmars
Purwanto. M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan
Tekhnik Evaluasi Pengajaran.cet. Ke-12.Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Schipper.
B & Rossi. J. 1997. Portofolio in the Classroom: Tool for Learning and
Instruction. Portland. Meine: Stenhouse Publisher
Suharsimi.
Arikunto. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsini.
Arikunto. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan: Bumi Aksara
Suke.
Silverius. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Bumi Aksara
Surapranata.Sumarna.2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan
Interpretasi Hasil Te.; Implementasi Kurikulum 2004.cet. Ke-1, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tierney.
R.J. M.A. Carter and L.E. Desai. 1991. Portofolio Assessment in the Reading
Writting Classroom. Norwood: Christopher Gordon Publishers.
Toperoff.
Debby. 1995. Portofolio Assessment in Literature Teaching. M.A. Dissertation: Surrey Universitty
Winarno.
Surachmad. M.Sc. Petunjuk Evaluasi Mengajar: Diktat dari IKIP Bandung
Wrightstone.
Justman. Robbins. 1956. Evaluation in
Modern Education. American Book Company: New York
Komentar
Posting Komentar