PRAKTEK BIMBINGAN KONSELING UNTUK PERUSAHAAN TOKO PAKAIAN ROMPIES BALI
Permendiknas nomor 27 tahun 2008 tentang standar
komprtensi dan kualifikasi guru BK/Konselor yang mengatur bahwa dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan , Perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, TambahanLembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301); (2). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496); (3). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telahb eberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; (4).
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
Menetapkan: Persatuan Menteri Pendidikan
Nasioanl Republik Indonesia tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor. Pasal 1 (1) Untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku
secara nasional. (2) Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri
ini. Pasal 2 Penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya memperkejakan
konselor wajib menerapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri paling lambat 5 tahun setelah
Peraturan Menteri ini mulai berlaku.
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul :
Praktek Bimbingan Konseling Untuk Perusahaan Toko Pakaian Rompies Bali
2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : I Putu Andi Nuryana
b. NIM :
1311011004
c. Jabatan : Mahasiswa
d. Program Studi :
Bimbingan Konseling
e. Program/Institusi : FIP/Undiksha
f. Bidang Keahlian :
Bimbingan Konseling
g. Alamat Jurusan/telp : Jln
Udayana No 11 Singaraja Bali/036231372.
3. Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota : 2 Orang
4. Lokasi Kegiatan BK DUDI
a. Alamat DUDI : Jl.Ayani Barat 263 Singaraja
b. No Hp
DUDI : -
5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6
Bulan (1 Semester)14 Pebruari – 19 Juni
6. Biaya yang Diperlukan : -
a.
Dana dari kampus : -
b.
Biaya
Sendiri : -
Singaraja, 14 Pebruari
2017
Mengetahui
Dosen VAK Calon Konselor Praktek Dudi
NIP.
195708011983031003 1311011004
A.
JUDUL
PRAKTEK BIMBINGAN KONSELING UNTUK PERUSAHAAN DISTRO PAKAIAN ROMPIES BALI
PRAKTEK BIMBINGAN KONSELING UNTUK PERUSAHAAN DISTRO PAKAIAN ROMPIES BALI
B.
Latar Belakang
Permendiknas nomor 27 tahun 2008 tentang standar
komprtensi dan kualifikasi guru BK/Konselor yang mengatur bahwa dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan , Perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, TambahanLembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301); (2). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496); (3). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telahb eberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; (4).
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
Menetapkan: Persatuan Menteri Pendidikan
Nasioanl Republik Indonesia tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor. Pasal 1 (1) Untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku
secara nasional. (2) Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri
ini. Pasal 2 Penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya memperkejakan
konselor wajib menerapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri paling lambat 5 tahun setelah
Peraturan Menteri ini mulai berlaku.
Keberadaan konselor dalam system pendidikan nasional
dinyatakan sebgai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi
guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,fasilitator, dan instruktur (UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk
konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas
dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja
konselor.
Sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Idonesia Nomer 81A
Tahun 2013 mengenai konsep layanan Bimbingan dan Konseling, bahwa guru
Bimbingan dan Konseling atau Konselor adalah guru yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling terhadap sejumlah siswa. Sedangkan layanan bimbingan
dan konseling adalah kegiatan Guru Bimbingan Konseling atau Koselor dalam
menyusun rencana pelayanan bimbingan dan konseling, mengevaluasi proses dan
hasil pelayanan bimbingan dan konseling, mengevaluasi proses dan hasil
pelayanan bimbingan dan konseling serta melakukan perbaikan tindak lanjut
memanfaatkan hasil evaluasi. Pembentukan
kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang
strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan
ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling.
Sedangkan kompetensi professional merupakan penguasaan kiat
penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta
diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam
kontek sotentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan
kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan
dan konseling dengan gelar profesi Konselor.
Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan
pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan
program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang
menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan
bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan
oleh konselor.
Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada
jalur pendidikan formal dan non formal adalah: (1). Sarjana pendidikan (S-1)
dalam bidang Bimbingan dan Konseling. (2). Berpendidikan profesi konselor.
Mata Kuliah Dunia Usaha dan industri (DUDI) dilakukan
sebagai bagian dari kurikulum dan terintegrasi dalam mata kuliah atau kegiatan
kunjungan ke industri dan perusahaan dan melaksanakan kegiatan magang. Dengan
melaksanakan praktek mahasiswa dapat memahami ilmu secara real di lapangan.
Kegiatan persiapan seperti penjadwalan, pendampingan oleh dosen serta
penjelasan topik kunjungan oleh perusahaan kesan tersendiri yang menambah wawasan
keilmuan. Mahasiswa juga mendapat kesempatan berharga yaitu berhadapan langsung
dengan pelaku bisnis atau praktisi yang dapat secara langsung memberikan bekal
berupa pemaparan pengalamannya maupun jawaban bagi setiap pertanyaan mengenai
proses bisnis suatu perusahaan dan industri.
Di sebuah perusahaan dan industri penting
pendampingan terhadap karyawan di perusahaan (DUDI). Untuk menjadi produktif
dalam menjalankan tugas di perusahaan melalui bidang gerak yang ditangani HRD
perusahaan maka tidak jarang di jumpai pegawai yang memiliki masalah seperti
kurangnya motivasi dalam melaksanakan pekerjaan, adanya kesenjangan antara
pemimpin dengan karyawan sehingga menjadi kurang akrab, gaji yang diterima
tidak sesuai dengan proses yang dilakukan, tidak konsentrasi dan tidak mampu
mengelola diri. Oleh karena itu, konselor dalam dunia industri juga diperlukan
dalam memberikan bantuan untuk menangani masalah yang terjadi.
C. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana mengembangkan, meningkatkan,
meminimalisir gejala emosi, pikiran, perilaku yang dialami karyawan itu?
2. Teori-teori konseling apa yang efektif
untuk mentreatment gejala karyawan itu?
3. Teknik-teknik konseling apa yang
efektif untuk mengembangkan, meningkatkan, meminimalisir gejala emosi, pikiran,
perilaku, yang dialami karyawan itu?
D. Tujuan
Praktik di DUDI
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui
masalah karyawan yang memiliki motivasi kerja rendah, memberikan konseling problem
malas kerja/tidak produktif, akibat konflik dengan pribadi, teman kerja,
konflik dengan suami, konnflik di tempat kerja dll.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui
kesenjangan-kesenjangan yang pernah terjadi dan upaya yang diberikan untuk
mengatasi hal tersebut.
3.
Agar
mahasiswa mampu mengetahui karyawan yang mengukur motivasi kerja dan etos kerja
yang rendah.
4.
Agar
mahasiswa mampu mengetahui program-program yang dirancang dan bentuk
realisasinya.
E. Manfaat
Bagi Diri Calon Konselor
Berdasarkan tujuan diatas ,adapun
manfaat dari praktikum DUDI yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat melaksanakan
kegiatan kunjungan rumah
dan melaksanakan kegiatan magang di suatu perusahaan dan Industri.
2. Agar
mahasiswa mengetahui permasalahan yang ada di sebuah perusahaan maupun industri.
3. Agar mahasiswa dapat menemukan penyebab dan
menemukan solusi dari permasalah di perushaan maupun permasalahan yang dialami
karyawan.
4. Agar mahasiswa mengetahui pengalaman yang diperoleh selama praktek kuliah Dudi yang
dapat mendukung kompetensi.
F.
Waktu Praktek Di DUDI
Jadwal kuliah dudi di ruangan
terlaksana pada hari selasa, tanggal 14 Februari 2017.
Pelaksanaan DUDI ini berlangsung dari tanggal 14 Maret
2017 sampai dengan 19 Juni 2017.
G.
Sasaran
Adapun sasaran dalam pelaksanaan pelaksana praktek bimbingan konseling
di Dunia Usaha dan Industri karyawan yang harus dikonseling yaitu karyawan yang
memiliki masalah dengan jumlah 25 orang di perusahaan tersebut.
H.
Tempat
I.
Adapun tempat
melaksanakan praktek atau magang di perusahaan bernama ROMPIES BALI
J.
Struktur
Teori Konseling Yang Digunakan
Teori Behavioral
1. Pengertian Teori
Behavioral
Konsep Behavioral adalah perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkresi kondisi-kondisi
belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau
pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat
memecahkan masalahnya.
Pendekatan behavioral modern didasarkan pada pandangan ilmiah tentang
tingkah laku. Manusia yang menekankan pentingnya pendekatan sistematis dan
struktur pada konseling. Namun pendekatan ini tidak mengesampingkan pentingnya
hubungan konseli untuk membuat pilihan-pilihan. Dari dasar pendekatan tersebut
diatas, dapat dikemukakan konsep tentang hakekat manusia sebagai berikut :
1.Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses
terbentuknya kepribadian adalah melalui
proses kematangan dari belajar.
2. Kepribadian
manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungannya.
3. Setiap
manusia lahir dengan membawa kebutuhan bawaa, tetapi sebagian besar kebutuhan
dipelajari dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
4. Manusia tidak
dilahirkan dalam keadaan baik atau jahat, tetapi dalam keadaan netral,
bagaimana kepribadian seseorang dikembangkan, tergantung pada interaksinya
dengan lingkungan.
Dari konsep tentang manusia menurut teori behavioral terdapat ciri-ciri
unik konseling tingkah laku, yaitu:
1. Pemusatan
perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik.
2.
Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment.
3. Perumusan
prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah.
4.
Penaksiran objektif atas hasil-hasil konseling.
Konseling tingkah laku tidak berlandaskan sekumpulan konsep yang
sistematik, juga tidak berakar pada suatu teori yang dikembangkan dengan baik.
Sekalipun memiliki banyak teknik, namun teori tingkah laku hanya memiliki
sedikit konsep. Urusan terapeutik utama adalah mengisolasi tingkah laku
masalah, dan kemudian menciptakan cara-cara untuk mengubahnya.
Dua aliran utama membentuk esensi metode-metode dan teknik-teknik
pendekatan-pendekatan konseling yang berlandaskan teori belajar yaitu: pengondisian
klasik dan pengondisian Operan. Pengondisian klasik atau pengondisian
responden, berasal dari karya Pavlov,sebagi contoh yaitu tentang anjing.
Pertama kali lampu dihidupkan anjing dikasi makan tetapi air liurnya tidak
keluar, begitu seterusnya sampai akhirnya baru dihidupkan lampu air liur anjing
itu keluar dengan sendirinya tetapi pemilik anjing tidak memberikan makanan,hal
ini bertujuan untuk kebiasaan. pengondisian Operan, satu aliran utama lainnya
dari pendekatan konseling yang berlandaskan Teori Belajar, melibatkan pemberian
ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkahlakunya (yang diharapkan) pada
saat tingkah laku itu muncul. Pengondisian ini juga dikenal dengan sebutan
instrumental karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa
dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum perkuatan diberikan untuk tingkah
laku tersebut. Contoh- contoh prosedur yang spesifik yang berasal dari
pengondisian operan adalah perkuatan positif, penghapusan, hukuman, pencontohan
dan penggunaan token economy.
Pada dasarnya konseling tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan
memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku maladaptif, serta
memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Karena tingkah laku
yang dituju dispesifikasi dengan jelas, tujuan-tujuan treatment dirinci, dan
metode terapeutik diterangkan, maka hasil-hasil konseling menjadi bisa
dievaluasi. Karena konseling tingkah laku menekankan evaluasi atas keefektifan
eknik-teknik yang digunakan, maka evolusi dan perbaikan yang berkesinambungan
atas prosedur-prosedur treatment menandai proses terapeutik.
2. Proses
Konseling Behaviorisme
Dalam proses konseling behavioral terdapat tujuan umum konseling tingkah
laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar
alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned),
termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotic learned, maka
ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif
bisa diperoleh.
Hampir semua konselor tingkah laku akan menolak anggapan yang
menyebutkan bahwa pendekatan mereka hanya menangani gejala-gejala, sebab mereka
melihat konselor sebagai pemikul tugas menghapus tingkah laku yang maladaptif
dan membantu konseli untuk menggantikannya dengan tingkah laku yang lebih
adjustive (dapat disesuaikan). Tujuan-tujuan yang luas dan umum tidak dapat
diterima oleh para konselor tingkah laku. Contohnya, seorang konseli mendatangi
konseling dengan tujuan mengaktualkan diri. Tujuan umum semacam itu perlu
diterjemahkan kedalam perubahan tingkah laku yang spesifik yang diinginkan
konseli serta dianalisis kedalam tindakan-tindakan spesifik yang diharapkan
oleh konseli sehingga baik konselor maupun konseli mampu manaksir secara lebih
kongkret kemana dan bagaimana mereka bergerak. Misalnya tujuan mengaktualkan
diri bisa dipecah kedalam beberapa subtujuan yang lebih kongkret sebagai
berikut:
1) Membantu konseli untuk menjadi lebih asertif dan mengekspresikan
pemikiran-pemikiran dan hasrat-hasratnya dalam situasi-situasi yang
membangkitkan tingkah laku asertif.
2) Membantu konseli dalam menghapus ketakutan-ketakutan yang tidak
realistis yang menghambat dirinya dari keterlibatan dalam peristiwa-peristiwa
sosial.
3) Konflik batin yang menghambat konseli dari pembuatan putusan-putusa
yang penting bagi kehidupannya
Krumboltz dan Thorensen telah mengembangkan tiga kriteria bagi perumusan
Tujuan yang bisa diterima dalam konseling tingkah laku yaitu,
1) Tujuan yang dirumuskan
haruslah tujuan yang diinginkan oleh konseli.
2) Konselor harus bersedia
membantu konseli dalam mencapai tujuan.
3) Harus terdapat kemungkinan untuk menaksir sejauh mana klian bisa
mencapai tujuannya.
Tugas konselor adalah mendengarkan kesulitan konseli secara aktif dan
empatik. Konseling memantulkan kembali apa yang dipahaminya untuk memastikan
apakah persepsinya tentang pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan konseli
benar. Lebih dari itu, konselor membantu konseli menjabarkan bagaimana dia akan
bertindak diluar cara-cara yang ditempuh sebelumnya. Dengan berfokus pada
tingkah laku yang spesifik yang ada pada kehidupan konseli sekarang, konselor
membantu konseli menerjemahkan kebingungan yang dialaminya kedalam suatu tujuan
kongkret yang mungkin untuk dicapai.
Fungsi dan peran konselor
Satu fungsi penting peran konselor adalah sebagai model bagi konseli.
Bandura (1969) menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul
melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap
tingkah laku orang lain. Ia mengungkapkan bahwa salah satu proses fundamental
yang memungkinkan konseli bisa mempelajari tingkah laku baru adalah imitasi
atau pencontohan sosial yang disajikan oleh konselor. Konselor sebagai pribadi,
menjadi model yang penting bagi konseli. Karena konseli sering memandang
konselor sebagai orang yang patut diteladani, konseli acap kali meniru
sikap-sikap, nila-nilai, kepercayaan-kepercayaan, dan tingkah laku konselor.
Jadi, konselor harus menyadari peranan penting yang dimainkannya dalam proses
identifikasi. Bagi konselor, tidak menyadari kekuatan yang dimilikinya dalam
mempengaruhi dan membentuk cara berpikir dan bertindak konselinya, berarti
mengabaikan arti penting kepribadiannya sendiri dalam proses konseling.
Pengalaman Konseli dalam Konseling
Salah satu sumbangan yang unik dari konseling tingkah laku adalah suatu
sistem prosedur yang ditentukan dengan baik yang digunakan oleh konselor dalam
hubungan dengan peran yang juga ditentukan dengan baik. Konseling tingkah laku
juga memberikan kepada konseli peran yang ditentukan dengan baik, dan
menekankan pentingnya kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses
terapeutik.
Satu aspek yang penting dari peran konseli dalam konseling tingkah laku
adalah konseli didorong untuk bereksperimen dalam tingkah lau baru dengan
maksud memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya. Dalam konseling,
konseli dibantu untuk menggeneralisasi dan mentransfer belajar yang diperoleh
didalam situasi konseling kedalam diluar konseling.
Konseling ini belum lengkap apabila verbalisasi-verbalisasi tidak atau
belum diikuti oleh tindakan-tindakan. Konseli harus berbuat lebih dari sekedar
memperoleh pemahaman, sebab dalam konseling tingkah laku konseli harus bersedia
mengambil resiko. Masalah-masalah kehidupan nyata harus dipecahkan dengan tingkah
laku baru di luar konseling, berarti fase tindakan merupakan hal yang esensial.
Keberhasilan dan kegagalan usaha-usaha menjalankan tingkah laku baru adalah
bagian yang vital dari perjalanan konseling.
Hubungan antara Konseli dan Konselor
Peran konselor yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi
perkuatan. Peran konselor tingkah laku tdak dicetak untuk memainkan peran yang
dingin dan impersonal yang mengerdilkan mereka menjai mesin-mesin yang di
prrogran yang memaksakan teknik-teknik kepada konseli yang mirip robot-robot.
Dalam hubungan konselor dan konseli sebagian besar dari mereka mengakui
bahwa faktor-faktor seperti kehangatan, empati, keotentikan, sikap permisif,
dan penerimaan adalah kondisi-kondisi yang diperlukan, tetapi tidak cukup, bagi
kemunculan perubahan tingkah laku dalam prosen terapeutik. Goldstin menyatakan
bahwa pengembangan hubungan kerja membentuk tahap bagi kelangsungan konseling.
Ia mencatat bahwa “hubungan semacam itu dalam dan oleh dirinya sendiri tidak
cukup sebagai pemaksimal konseling yang efektif. Sebelum interpensi terapeutik
tertentu bisa dimunculkan dengan suatu derajat keefektifan, konselor terleih
dahulu haus mengembangkan atmosfer kepercayaan dengan memperlihatkan
bahwa :
1. Ia memahami
dan menerima pasien,
2. Kedua orang
di antara mereka bekerjasama, dan
3. Konselor
memiliki alat yang berguna dalam membantu kearah yang dikehendaki oleh pasien.
3. Tehnik-tehnik dalam Konseling Behaviorisme
Salah satu
sumbangan konseling tingkah laku adalah pengembangan prosedur-prosedur terapeutik
yang spesifik yang memiliki kemungkinan untuk diperbaiki melalui metode ilmiah.
Teknik-teknik tingkah laku harus menunjukkan keefektifannya melalui alat-alat
yang objektif, dan ada usaha yang konstan untuk memperbaikinya. Meskipun para
konselor tingkah laku boleh jadi membuat kekeliruan-kekeliruan dalam
mendiagnosis atau dalam menerapkan teknik-teknik, akibat-akibat
kekeliruan-kekeliruan itu akan jelas bagi mereka. Mereka menerima umpan balik
langsung dari konselinya, baik konselinya itu sembuh ataupun tidak. Sebagaimana
dinyatakan oleh Krumboltz dan Thorensen, “Teknik-teknik yang tidak berfungsi
akan selalu disisihkan dan teknik-teknik baru bisa dicoba”. Mereka menegaskan
bahwa teknik-teknik harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan individual konseli
dan bahwa tidak pernah ada teknik yang diterapkan secara rutin pada setiap
konseli tanpa disertai metode-metode alternatif untuk mencapai tujuan-tujuan
konseli.
a.
Teknik Konseling
Teknik-teknik
utama konseling tingkah laku
1. Pengertian
Desensitisasi
Desentisasi yaitu suatu cara untuk
mengurangi rasa takut atau cemas seorang anak dengan jalan memberikan
rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan
tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas lagi (Dalimunthe,
2009). Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar
counterconditioning, yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan dengan
tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil latihan yang berulang-ulang. Teknis
desentisisasi ini sangat efektif untuk menghilangkan rasa takut atau fobia.
Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang bertentangan dengan
kecemasan yaitu relaksasi. Pertama-tama subyek dilatih untuk relaksasi dalam,
salah satu caranya misalnya secara progresif merelaksasi berbagai otot, mulai
dari otot kaki, pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher dan wajah.
Pada tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi yang menimbulkan
kecemasan pada subyek dari situasi yang menghasilkan kecemasan paling kecil
sampai situasi yang paling menakutkan. Setelah itu subyek diminta relaks sambil
mengalami atau membayangkan tiap situasi dalam hirarki yang dimulai dari
situasi yang paling kecil menimbulkan kecemasan (Purnama, 2008).
Desentisisasi adalah salah satu
tehnik yang paling luas di gunakan dalam terapi tingkah laku. Desentisisasi
sistematik di gunakan untuk menghapus tingkah laku yng di perkuat secara
negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan
dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan itu. Dengan pengkondisian klasik,
responrespon yang tidak di kehendaki dapat di hilangkan secara bertahap
(Marfiati, 2009).
2. Prosedur Latihan Desensitisasi
Teknik desensitisasi dipergunakan
terutama untuk mengatasi rasa takut terhadap sesuatu, terutama yang mengalami
phobia (takut yang berlebihan atau tidak wajar). Teknik ini mengandung
unsur-unsur untuk mengajar bagaimana seseorang yang dihinggapi rasa takut
terhadap sesuatu, yang sebetulnya tidak perlu ditakuti, untuk dapat lebih
berani menghadapi hal yang ditakuti tadi. Teknik ini juga merupakan sesuatu
counter conditioning (melawan kondisi) untuk melawan rasa takut terhadap
sesuatu.
3. Langkah-langkah Relaksasi
1. Tarik nafas dalam-dalam
dan tahan selama 10 detik kemudian lepaskan. Biarkan lengan Anda dalam posisi
di atas paha atas lepas begitu saja.
2. Angkat tangan Anda
kira-kira separuh sofa (atau pada sandaran kursi) kemudian bernafaslah secara
normal. Letakkan tangan Anda di atas sofa (kursi).
3. Sekarang pegang lengan Anda lalu kepalkan dengan kuat. Rasakan
ketegangannya dalam hitungan sampai tiga dan pada hitungan yang ketiga letakkan
tangan Anda. Satu…Dua…Tiga. Angkat tangan Anda, kembali
4. Angkat tangan Anda
kembli, tekuk jemari Anda ke belakang ke arah lain ( ke arah tubuh Anda ).
Sekarang letakkan tangan Anda dan tenanglah.
5. Angkat tangan Anda
sekarang, letakkan kemudian rileks.
6. Angkat tangan Anda
sekali lagi, tapi saat ini tepukkan tangan Anda dan rileks.
7. Angkat tangan Anda.
8. Naikan tangan Anda di
atas sofa dan tegangkan otot bisep anda sampai bergetar. Bernafaslah normal,
lepaskan tangan anda dan rileks ( perhatikan perasaan tenang dan rileks yang
Anda rasakan).
9. Sekarang rentangkan
lengan anda dan tegangkan otot bisep anda. Yakinlah bahwa Anda bernafas normal
setelah itu rileks.
10. Lengkungkan pundak anda ke belakang, tahan dan yakinkan lengan anda
rileks.
11. Bungkukkan pundak anda
ke depan, tahan dan yakinkan lengan anda rileks.
12. Putar kepala Anda ke kanan, tegangkan leher anda lalu rileks dan
kembali ke posisi pertama.
13. Putar kepala Anda ke
kiri, tegangkan leher anda lalu rileks dan kembali ke posisi pertama.
14. Bengkokkan kepala
sedikit ke belakang, tahan lalu kebali ke posisi semula.
15. Tunduk kepala ke bawah
sampai hampir menyentuh dagu menyentuh dada, tahan kemudian rileks dan kembali
ke posisi semula.
16. Buka mulut anda
lebar-lebar kemudian rileks.
17. Tegangkan bibirmu
dengan cara menutup mulut anda kemudian rileks
18. Letakkan lidah anda
pada langit-langit mulut, tekan dengan keras biarkan lidah anda kembali ke posisi
semula dan rasakan perasaan tenang.
19. Letakan lidah anda di
bagian dasar mulut, tekan ke bawah biarkan lidah anda kembali ke posisi semula
dan rasakan perasaan tenang.
20. Duduklah di sebelah
sana kemudian rileks dan jangan memikirkan apapun.
21. Untuk mengontrol
luapan emosi, Anda dapat bernyayi dengan nada tinggi, tidak terlalu keras!
baiklah sekarang mulai bernyayi, tahan pada nada tinggi tersebut kemudian
rilek.
22. Menyanyilah dengan nada sedang dan buatlah pita suara anda tegang
kembali lulu biarkan rileks.
23. Menyanyilah dengan nada rendah dan buatlah pita suara anda tegang
kembali kemudian rileks.
24. Sekarang pejamkan mata anda erat-erat lalu bernafaslah normal
kemudian rileks. (perhatikan bagaimana perasaan sakit anda hilang ketika Anda
rileks).
25. Biarkan mata anda
rileks dan biarkan mulut anda sedikit terbuka.
26. Buka mata anda
lebar-lebar, tahan kemudian rilleks.
27. Kerutkan dahi anda
sebisa mungkin, tahan kemudian rileks.
28. Tarik nafas dalam-dalam, tahan, hembuskan keluar kemudian rileks
(perhatikan perasaan lapang saat kamu menghembuskan nafasmu).
29. Bayangkan bahwa ada sebuah beban berat menarik seluruh otot anda
sehingga membuatnya lembek setelah itu rileks.
30. Tarik otot-otot perut
bersamaan lalu rileks.
31. Tegangkan otot-otot
anda seolah-olah Anda pegulat profesional. Buatlah otot perut anda mengeras
kemudian rileks.
32. Keraskan otot pantat
anda, tahan kemudian rileks.
33. Sekarang kita beralih
ke bagian atas dari tubuh anda yang tegang kemudian rileks. Pertama otot-otot
muka ( Jeda…3-5 detik ). Otot-otot tenggorokan. ( Jeda …. 3-5 detik) daerah
leher. (Jeda ….3-5 detik) bagian pundak. (Jeda..) Lengan dan jari. 34.
Pertahankan keadaan rileks ini, angkat kedua kaki anda (kira-kira membentuk
sudut 45) kemudian rileks.
35. Tekuk kaki bagian belakang sehingga ujung jari kaki mengarah ke muka
anda. Rileks
36. Tekuk kaki anda ke arah lain dari tubuh anda tidak terlalu jauh
rasakan ketegangannya, kemudian rileks.
37. Rileks! (Jeda). Sekarang lengkungkan jari kakimu bersamaan sekuat mungkin,
kemudian rileks. (Tenanglah sekitar30 detik).
38. Prosedur relaksasi
formal ini telah lengkap. Sekarang perhatikan tubuh anda dari ujung kaki sampai
kepala bahwa setiap otot dalam keadaan rileks. (Sebutlah satu persatu!).
Pertama jari-jari kaki,… kaki,… Pantat,…. Perut,… Pundak,… Leher,… Mata,… dan
terakhir dahi. Semua harus dalam kadaan rileks. (tenang selama 10 detik).
Berbaringlah di tempat lain dan rasakan perasaan tenang, perhatikan kehangatan
dari relaksasi tersebut. Pertahankan keadaan tersebut satu menit lagi, kemudian
hitung sampai lima. Ketika sampai lima, bukalah mata dan rasakaan perasaan
segar dan tenang.
(tenang sekitar satu menit). Ulangi
prosedur ini beberapa kali sampai akhirnya Anda benar-benar merasakan perasaan
yang sangat tenang.
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan
Desensitisasi
1. Menjelaskan apa dan mengapa teknik
desensitisasi diberikan pada klien, dengan maksud agar klien yakin teknik ini
dapat membantu menghilangkan ketakutannya.
2. Melakukan latihan penenangan agar
klien benar-benar dalam kondisi rileks.
3. Konselor menganalisis
kejadian-kejadian yang bersangkut paut dengan keadaan yang menjadikan klien
terlalu sensitif terhadap sesuatu, kemudian konselor melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Konselor membantu menulis beberapa macam kalimat berkenaan dengan rasa takut klien pada sesuatu dalam dalam bentuk daftar.
b. Menyusun dan melengkapi daftar tersebut bersama klien.
c. Membantu klien mengurut jenjangkan daftar tersebut dari yang paling kurang ditakuti sampai kepada yang sangat ditakuti.
a. Konselor membantu menulis beberapa macam kalimat berkenaan dengan rasa takut klien pada sesuatu dalam dalam bentuk daftar.
b. Menyusun dan melengkapi daftar tersebut bersama klien.
c. Membantu klien mengurut jenjangkan daftar tersebut dari yang paling kurang ditakuti sampai kepada yang sangat ditakuti.
4. Menyelenggarakan desensitisasi
dengan cara sebagai berikut:
a. Klien disuruh duduk dengan rileks.
b. Klien diminta memejamkan mata.
c. Klien mengikuti instruksi-instruksi konselor.
a. Klien disuruh duduk dengan rileks.
b. Klien diminta memejamkan mata.
c. Klien mengikuti instruksi-instruksi konselor.
5. Melakukan evaluasi, untuk
mengetahui apakah klien benar-benar sudah dapat mengikuti latihan untuk urut
jenjang berikutnya
6. Tindak lanjut: Tindak lanjut dapat
dilakukan dengan mengulangi kembali urut jenjang sama bila klien masih takut
atau dapat melanjutkan ke urut jenjang berikutnya.
5.
Identifikasi
Kasus
Identifikasi kasus ini diambil dari
salah seorang karyawan di Perusahaan bengkel mobil samudra motor. Adapun
identitas karyawan, tapi karena karyawan tidak bekenan untuk identitasnya
dipublikasikan maka untuk identitas konseli seadanya saja.
1. Nama : I Gede Kurniawan
2. Alamat : Slangjana
3. Jenis
kelamin : Laki-laki
4. Agama : Hindu
5. Jabatan : Karyawan
6. Status : Lajang
Gamabaran
Menyeluruh tentang konseli
a. Penampilan
fisik (Psycal apperence)
Sesuai dengan hasil pengamatan
terhadap Konseli ini, secara fisik semua normal tidak memilki cacat ataupun
gangguan terhadap fungsi dari fisiknya, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Penglihatan : Normal
2. Pendengaran : Normal
3. Tinggi Badan : 165
cm
4. Berat Badan : 65
kg
5. Bentuk Badan : Tinggi
6. Warna Kulit : sawo matang
7. Bentuk Wajah : bulat
8. Pakaian :
Rapi
9. Suara :
normal
b.
Penampilan pribadi (Personal
apperence)
Dari hasil pengamatan selama berada di
Perusahaan Distro Baju Rompies Bali, kami
dapat mengamati penampilan pribadi dari konseli ini. Dilihat dari kesehariaanya
bekerja konseli ini cenderung haampir tidak ada permasalahan yang konseli ini
alami dalam dirinya. Namun setalah melakukan pendekatan kepaada konseli ini
kami menjadi tau bahwa konseli ini memiliki masalah sungguh sangat dapat
mengganggu kinerja dan produktifitas dari karyawan ini.
Konseli sudah 1 Tahun kurang lebih
bekerja di Perusahaan Rompies Bali. Dari
hasil pengamatan yang dilakukan konseli ini tidak pernah memperlihatkan
permasalahan yang sedang dia
alami ketika berada di tempat
bekerja. Namun dari setelah mengetaahui keberadaan
kami sebagai mahasiswa praktek. Pada saat jam istirahat kami diajak mengobrol
oleh konseli ini dan bertanya sekilas tentang apa yang kami kerjakan di
perusahaan Bengkel Samudra.
Saya : Slamat pagi bli, maaf menggangu
sebentar, nama bli siapa?
Konseli :
Pagi pak..
kenalkan nama saya Gede Kurniawan
(sambil mengulurkan tangan)
Saya :
Iya
pak.. saya Andi.
Konseli :
darimana Ndi?
saya :
Saya dari mahasiswa undiksha jurusan bimbingan konseling,
dan asal saya dari Kintamani . Kalau gede darimana?
Konseli :
Saya dari slangjana ndi
Saya :
ow
asli Singaraja pak ya?
Konseli :
iya. Ngapain kamu disini?
Saya :
saya praktek pak disini. Ada mata kuliah praktek bimbingan konseling di dunia
usaha dan industri dan saya melakukan praktek di sini.
Konseli :
bimbingan konseling itu yang menangani masalah itu ya?
Saya :
iya pak, disini tugas kami membantu para karyawan yang memilki permasalahan
apapun itu. Kami akan membantu dengan ilmu yang kami dapatkan di kampus
Konseli :Begitu..
berarti bisa dong ya saya curhat ataupun mencari solusi pada kalian?
Saya :
Salama kami bisa membantu kami akan menbantu gede dengan senang hati.
Konseli :
Gini sebenarnya saya mau minta solusi gimana caranya melupakan mantan kekasih yang pacaran sudah 5tahun,
putus baru 2bulan kurang lebih, saya putus karna di jodohkan oleh orangtuanya ndi?
Saya :
Jadi begitu masalahnya de.
Saya mengerti dan bisa merasakan perasaannya gede.
Konseli :
Gitu dah ndi. Gini
aja bentar saya lanjutkan cerita tentang
masalah saya ini kepada andi.
Ya saya minta tolong siapa tau andi
punya solusi gitu. Saya mau bukak tookdulu..
Saya :
baik de.
Konseli :
ok saya masuk dulu ya (pergi)
6. Analisis
Berdasar
pada need assesment di atas, maka penulis melaksanakan need assesment terhadap konseli guna
memperoleh informasi dan dapat dengan mudah menganalisisnya, diantaranya
sebagai berikut :
1. Observasi
dan wawancara
Dari
wawancara yang pertama yang begitu singkat selanjutnya kami mendatangi konsleli
kembali guna melaakukan pendekatan kepada
konseli. Kami mendatangi ke ruangannya dan terjadi dialog.
Saya : permisi de?
Konseli : ow andik. ya bisa tunggu saya di belakang Toko sebentar lagi saya ke sana.
Saya : baik de.
Kamipun
melanjutkan sesi wawancara yang singkat kemaren. Pada wawancara ini saya mencoba
menggali semua hal yang menjadi penyebab permasalahan konseli ini.
Konseli : Maaf ya andi karena
menunggu lama.
Saya : Tidak apa-apa de.
Konseli : Jadi bagaimana sudah ada solusi gak?
Saya : Begini de sebelum
kita memutuskan solusi apa yang akan kita ambil dalam suatu permasalahan
terlebih dahulu kita harus mengetahui kenapa bisa masalah itu terjadi. Ya
singkatnya apa faktor yang menyebabkannya.
Konseli : Benar
juga sih.
Saya : Oleh karena itu dalam proses wawancara
konseling ini saya akan menanyakan banyak hal terkait masalahnya gede itupun
kalau gede tidak keberatan.
Konseli : Tidak apa-apa santai saja.
Saya : Begini pak, kenapa bisa di jodohkan pacarnya gede?
Konseli : ya begini ndi mungkin karna dia orang kaya
makanya anaknya di jodohkan sama orang yg sedrajat, maklum lah ndi saya orang
ekonomi pas2an ndi,
Sayaa : baik jadi karena penyebab itu kenapa pacar gede di jodohkan,..
Konseli : iya mungkin itu yang menyebabkannya.
Saya : selain itu ada lagi penyebab lain kira2?
Konseli : tidak mungkin itu aja yg
pernah mantan saya bilang,.
Saya : mungkin solusi dari saya
mencari kesibukan, agar bisa melupakanya memang sulit untuk melupakan saya
yakin pelan2 pasti bisa melupakan dia, kan gede sudah tau perempuan di dunia
ini gk Cuma 1 de.
Konseli : ya ndi, Tapi semakin ingin
melupakan semakin saya inget sama dia ndi,
Saya : Intinya de dia bisa
melupakan kamu knapa kamu tidak bisa? Inget kalo ada niat/ Keinginan pasti gede
bisa asalkan pelan2 saja okeh..!
Konseli : Baik atas masukan dari
andi mungkin saya akan mencobanya trimakasi andi.
Saya : akhir kata saya ucapkan
trimakasi de slamat pagi.
Dari
keterangan konseli diatas kami dapat menyimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan
permasalahan konseli ini adalah Perjodohan orang tua si cewek Karna Faktor Ekonomi
7. Sintesis
Berdasarkan
hasil dari analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa :
a) Konseli
merasa tidak fokus dengan pekerjaannya di lapangan disebabkan oleh belum bisa melupakan mantan kekasihnya.
8. Diagnosis
Setelah melakukan
wawancara lebih mendalam dengan konseli terkait dengan masalahnya. Dan juga
dari tahap analisis dan sintesis kami dapat menetapkan diagnosis dari
permasalahan konseli adalah konseli tidak dapat fokus dengan pekerjaannya yang
disebabkan oleh masih teringat ingat mantan
pcrnya..
9. Prognosis
Dari hasil
diagnosis di atas, maka rencana bantuan yang akan diberikan kepada konseli dalam usaha untuk memecahkan
masalahnya yaitu:
a) Menerapkan
konseling analisis transaksional. Tujuannya adalah agar konseli dapat
menggunakan ego yang tepat ketika berhadapan dengan mantan pacarnya supaya tidak selalu di pikirkan.
b)
Konseli menjadi lelaki yang lebih
baik lagi untuk kedepannya dengan cara
mecari hal apa yang membuat dirinya tenang dan senang.
Komentar
Posting Komentar