ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL AIR MINUM DALAM KEMASAN PADA MERK YEH BULELENG PADA PT. TIRTA MUMBUL JAYA ABADI TAHUN 2015


DAFTAR ISI
                                                                                    Halaman
PRAKATA………………………………………………………..…i
ABSTRAK........................................................................................ iv
DAFTAR ISI.................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2         Rumusan Masalah..................................................................... 6
1.3         Tujuan....................................................................................... 6
1.4         Manfaat..................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI
2.1    Akuntansi.................................................................................... 8
2.2    Akuntansi Biaya.......................................................................... 10
2.3    Biaya............................................................................................ 11
2.4    Harga Pokok Produksi.................................................................15
2.5    Pendekatan dalam Penentuan Harga Jual.................................... 22
2.6    Harga Jual ....................................................................................23
2.7         Penelitian yang Relevan............................................................ 32
2.8         Kerangka berpikir...................................................................... 35

BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1         Rancangan Penelitian................................................................ 36
3.2         Lokasi penelitian....................................................................... 36
3.3         Subjek dan Objek Penelitia....................................................... 36
3.4         Jenis dan Sumber Data.............................................................. 37
3.6.1   Jenis Data........................................................................ 37
3.6.2   Sumber Data.................................................................... 37
3.5         Metode Pengumpulan Data...................................................... 38
3.6         Analisis Data............................................................................. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         Hasil Penelitian......................................................................... 42
4.1.1   Sejarah Singkat Perusahaan............................................. 42
4.1.2   Struktur Oganisasi Perusahaan........................................ 46
4.1.3   Proses Produksi............................................................... 47
4.1.4   Penentuan HPP Menurut Perusahaan..............................48
4.1.4.1            Data Produk....................................................48
4.1.4.2            Data Biaya Produksi.......................................50
4.1.4.3            Perhitungan Biaya Bersama............................54
4.1.5   Perhitungan HPP menurut Perusahaan............................58
4.1.6   Perhitungan HPP Setelah PPN dan Rejek........................61
4.2         Pemabahasan.............................................................................62
4.2.1   Bagaimana Penentuan HPP Menurut Perusahaan............62
4.2.2   Pengaruh Penentuan HPP Terhadap Harga Jual...............64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1         Kesimpulan............................................................................... 69
5.2         Saran......................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penelitan Yang Relevan……………………………………………32
Tabel 4.1 Data Produksi AMDK Merk Yeh Buleleng Tahun 2015……….. 49
Tabel. 4.2 Data Biaya Air Baku Tahun 2015………………….…………..   52
Tabel 4.3 Data Biaya Tenaga Kerja Produksi Tahun 2015………………...  53
Tabel 4.4 Data Biaya Overhead Pabrik Selama Tahun 2015 ………………54
Tabel 4.5 Data Biaya Non Produksi Selama Tahun 2015…………………..54
Tabel 4.6 Data Biaya Bahan Baku Bersama …………………….………… 55
Tabel 4.7 Data Biaya Tenga Kerja Produksi Bersama……………………...56
Tabel 4.8 Data Biaya Overhead Pabrik Bersama…………………………...57
Tabel 4.9 Data Biaya Non Poduksi Bersama……………………………….58
Tabel 4.10 Harga Pokok Produksi Tahun 2015…………………………….63
Tabel 4.11 Harga Pokok Produksi Setelah PPN dan Rejek…….…………..64
Tabel 4.12 Perbandingan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual………….67
Tabel 4.13 Perbandingan Harga Pokok Produksi Setelah PPN 10% dan
                  Rejek 2% dengan Harga jual…………………………………..67

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir……………………………………….          35
Gambar 3.1 Struktur Organisasi..……………………………………           46

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Produksi Tahun 2015
Lampiran 2. Laporan Penjualan Air Minum Yeh Buelelng Tahun 2015
Lampiran 3. Laporan Personalia Tahun 2015
Lampiran 4. Laporan Biaya Produksi Tahun 2015
Lampiran 5. Laporan Biaya Non Produksi Tahun 2015
Lampiran 6. Laporan Harga Pokok Produksi Tahun 2015
Lampiran 7. Hasil Wawancara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah Penelitian
Air merupakan sumber kehidupan sehari-hari yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup tumbuhan, hewan, dan manusia. Bagi manusia salah satu fungsi air adalah untuk memenuhi kebutuhan minum guna mempertahankan kelangsungan hidup.Air minum yang dibutuhkan oleh manusia tentunya adalah air yang bersih dan bebas dari kuman, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Pentingnya air minum membuat masyarakat semakin sadar akan kebutuhan hal tersebut dimanapun mereka berada, baik pada saat mereka berada dirumah, diluar lingkungannya, maupun dalam perjalanan. Hal ini menjadi suatu peluang bagi para pengusaha untuk membuat perusahaan yang dapat mengolah dan mengemas air minum, mudah didapatkan dimana saja dan mudah dibawa. Untuk mewujudkan hal tersebut terciptalah Air minum dalam kemasan (AMDK).              Seiring dengan pertumbuhan penduduk mengakibatkan permintaan kebutuhan AMDK pun meningkat. Kini masyarakat sudah dapat dikatakan tidak bisa lepas dari  AMDK. Semakin tingginya tingkat konsumsi masyrakat akan air minum menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen untuk membuat produk AMDK maupun mengembangkan produk-produk AMDK yang sudah ada. Hal ini menimbulkan tingkat persaingan yang tinggi antar sesama industri AMDK.                                                                                                                                                                    Sekarang ini industri air mineral di Indonesia masih sangat berprospek seiring dengan beralihnya kebiasaan masyarakat Indonesia yang semula mengolah air sendiri menjadi beralih dengan mengkonsumsi air minum dalam kemasan yang dipandang lebih praktis dan sehat. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan air minum termasuk kebutuhan primer menjadikan industri pengolahan air mineral sangat prospektif di Indonesia.                                                                          Sebagai perusahaan industri tentunya perhitungan harga pokok produksi menjadi sangat penting. Perhitungan harga pokok produksi selain digunakan sebagai dasar penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi usaha, juga pengalokasian harga pokok produksi yang tepat akan membantu perusahaan dalam menetapkan harga pokok penjualan yang tepat pula. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat akan menyebabkan penentuan harga jual suatu produk dapat diketahui dan ditentukan dengan tepat sehingga perusahaan dapat mengetahui dengan jelas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan penentuan harga pokok produksi yang tidak tepat akan menyebabkan penentuan harga jual produk yang tidak tepat. Hal ini akan mengakibatkan perhitungan harga jual yang terlalu tinggi ataupun harga jual yang terlalu rendah dari harga pokok produksi.                                                               Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang optimal.Hal ini tidaklah mengherankan karena dengan laba suatu perusahaan dapat mempertahankan hidupnya dan memperluas usahanya.Selain itu keberhasilan suatu perusahaan sering kali dinilai dari tingkat laba yang dihasilkan.Untuk menghasilkan laba, suatu perusahaan dapat melakukan dua cara.Carapertama dengan menaikan harga jual. Tindakan ini memang dapat meningkatkan laba, namun dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini,perusahaan tidak mudah untuk menaikan harga jual karena dapat menyebabkan konsumen lari ke produk pesaing yang memiliki harga yang lebih murah dengan kualitas produk yang sama. Cara kedua adalah dengan menekan biaya produksi secara efisien dan mengendalikan komponen biaya-biayanya sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin. Biaya produksi yang tidak terkendali akan menyebabkan harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan daya saing produk dan akhirnya dapat menurunkan laba. Untuk itu biaya produksi harus dicatat dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat menghasilkan harga pokok produk yang tepat.Dengan demikian perusahaan dapat menetapkan harga jual yang kompetitif, yang dapat mengoptimalkan laba sekaligus memenuhi tuntutan konsumen.                                    Dalam menentukan harga pokok produksi ada dua pendekatan yang dapat diambil oleh pihak manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menentukan harga jual, yaitu dengan menggunakan harga pokok full costing dan harga variable costing. Perbedaan antara kedua metode tersebut terletak pada perlakuan biaya overheadpabrik.Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan pada metode variable costing biaya overhead tetap diperlakukan sebagai biaya periodic.                                 
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang AMDK di Kabupaten Buleleng,Bali adalah PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi, merupakan perusahaan baru yang saat ini mengeluarkan Merek dagang Yeh Buleleng. Bukan suatu hal yang mudah bagi PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi untuk dapat bersaing dan merebut pangsa  pasar perusahaan-perusahaan yang telah terlebih dahulu bergerak di industri ini, sehingga akan mempengaruhi PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dalam menentukan strategi-strategi bersaing untuk dapat bertahan dan mengembangkan usahanya dalam segala hal,seperti melakukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat yang nantinya akan mempengaruhi harga jual dari produk air minum itu sendiri. Merek Yeh Buleleng dikelola oleh PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi yang dipasarkan secara langsung ke konsumen dan juga agen.                                                               Banyaknya persaingan yang terjadi di dalam industri AMDK sekarang ini maka PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi selalu menjaga kualitas dari AMDK agar diharapkan pada tahun-tahun mendatang PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dapat bersaing dengan para produsen AMDK besar lainnya. Oleh sebab itu, PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi harus mengadakan perbaikan dan mengevaluasi ulang strategi yang selama ini digunakan untuk disesuaikan dengan kondisi yang selalu berubah.               Selama ini PT Tirta Mumbul Jaya Abadi memproduksi air minum dalam kemasan Merk Yeh Buleleng dengan berbagai ukuran seperti dalam gelas plastik 240 ml air, dalam botol ada 600 ml dan 1.500 ml, dalam galon 19 Liter air. Dengan harga jual untuk kemasan gelas plastik 240 ml harganya Rp17.000/Dos dengan isi 48 gelas, kemasan botol untuk kemasan botol untuk 600 ml harga Rp 26.500/Dos dengan isi 24 botol,serta kemasan botol untuk 1500 ml harga Rp 27.500/dos dengan isi 12, sedangkan dalam kemasan galon 19 liter air dijual dengan harga Rp 35.000/Galon, tetapi bagi pelanggan yang sudah berlangganan hanya mengisi ulang air dengan harga Rp 8.000/Galon. Sedangkan harga jual air minum dalam kemasan Merk lain contoh Merk Aqua untuk kemasan gelas ukuran 240 ml dijual dengan harga Rp 28.000/dos dengan isi 48 gelas, sedangkan untuk kemasan botol ukuran 600 ml harganya Rp 37.800/dos dengan isian 24 botol,dan untuk 1500 ml dijual dengan harga Rp 38.000/dos dengan isi 12,dan untuk galon merk aqua dijual dengan harga Rp 70.000/galon dengan harga isi ulangnya Rp 17.000.   Tetapi dengan harga jual yang jauh berbeda dengan para pesaing tersebut perusahaan harus menghitung dan meninjau kembali harga jual yang ditetapkan.                                                                     Perusahaan AMDK PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi dalam menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jual masih belum menghitung secara teliti.Dalam menetapkan harga jual AMDK PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi juga masih belum sesuai, perusahaan menetapkan harga jual berdasarkan dengan keputusan manajemen. Dalam prosesnya produksinya perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Biaya-biaya tersebut dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses pengambilan air hingga pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan seperti kegiatan pemasaran dan administrasi umum.                                                                                        Berdasarkan masalah-masalah dari penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis harga pokok produksi dalam menetapkan harga jual karena dengan memperhitungkan harga pokok produksi yang tepat akan menghasilkan harga jual yang tepat pula. Penentuan harga jual yang tidak tepat akan berakibat fatal bagi perusahaan karena akan mengakibatkan harga jual terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Dengan sangat pentingnya perhitungan harga pokok produksi dan penetapan harga jual yang tepat, maka proposal akan membahas permasalahan tersebut dengan judul “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menetapkan Harga Jual Air Minum Dalam Kemasan Merk Yeh Buleleng Pada PT Tirta Mumbul Jaya Abadi Tahun 2015” .
1.2         Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.             Bagaimanakah penentuan harga pokok produksi pada PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi?
2.             Bagaimanakah pengaruh penentuan harga pokok produksi dalam menetapkan harga jual?

1.3         Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah penentuan harga pokok produksi pada PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi.
2.      Untuk mengetahui pengaruh harga pokok produksi dalam menetapkan harga jual.

1.4         Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.              Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan penulis dan berbagai pihak yang berkaitan dengan Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menetapkan Harga Jual Air Minum Dalam Kemasan.
2.              Manfaat Praktis
1.      Bagi Mahasiswa
Melalui penelitian ini mahasiswa dapat memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan serta memadukan teori yang didapat dengan kenyataan riil dilapangan.
2.      Bagi UNDIKSHA
Menambah referensi ilmiah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian-penelitian di masa depan.
3.      Bagi Perusahaan Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Akuntansi
Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan. Berbagai pengertian diungkapkan oleh para ahli,namun pada prinsipnya mereka membahasa satu bahan olah (objek) yaitu informasi keuangan. Definisi resmi yang mula-mula diajukan adalah definisi yang diterbitkan oleh APB (accountan principles board) yaitu suatu komite penyusun prinsip akuntansi yang dibentuk oleh american intitute of certified public accountant (AICPA), yang menyebutkan akuntansi merupakan seni pencatatan,penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yag bersifat keuangan dengan cara berdaya guna dalam bentuk satuan uang dan penginterpretasian hasil proses tersebut (Herawati,2011:1).
       Akuntansi (accounting) menurut Walter T Harrison JR. (2011:03) adalah suatu system informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan yang akan membuat keputusan yang dapat mempengaruhi aktivitas bisnis, selain itu akuntansi juga merupakan “bahasa bisnis”.
“Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasikan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktifitas ekonomi dan kondisi perusahaan.” (Agoes dan Trisnawati, 2009:2).
Akuntansi menurut Paul Grady merupakan sebuah body of knowledge serta memiliki fungsi organisasi secara tersusun, orisinal, autentik, menganilisis dan menafsirkan seluruh kejadian dan transaksi serta karakter keuangan yang akan terjadi dalam kegiatan entitas akuntasi untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk memanjemen segala laporan dan pertanggungjawaban atas kepercayaan yang telah diterimanya.
Dari beberapa pengertian akuntansi diatas maka terdapat tiga aktivitas utama dalam akuntansi yaitu:
1.      Aktivitas mengidentifikasi yaitu melakukan proses mengenali segala transaksi yang ada dalam perusahaan.                                              
2.      Aktivitas mencatat yaitu segala aktivitas yang dilakukan untuk mencatat seluruh transaksi yang pernah terkenali secara sistematis dan kronologis.   
3.      Aktivitas komunikasi yaitu tindakan untuk menyampaikan informasi akuntansi kedalam bentuk laporan keuangan kepada para pengguna laporan keuangan atau pihak yang memiliki kepentingan baik pihak yang ada dalam perusahaan maupun pihak yang ada diluar perusahaan.
Jadi dari definisi diatas, akuntansi merupakan sistem informasi yang memberikan laporan kepada pihak-pihak berkepentingan mengenai kegiatan eknomi dan kondisi perusahaan(Herawati,2011:1).

2.2    Akuntansi Biaya
Mulyadi (2009:7) menjelaskan bahwa pengertian akuntansi biaya adalah : “ Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.”
          Kholmi dan yuningsih (2009:1) menjelaskan pengertian akuntansi biaya adalah sebagai berikut : “ Akuntansi biaya merupakan proses pelacakan, pencatatan, pengalokasian, pelaporan dan analisis terhadap berbagai macam biaya yang berhubungan dengan aktivitas atau kegiatan suatu perusahaan atau organisasi untuk menghasilkan barang dan jasa.”
Akuntansi biaya ini bisa dipergunakan dalam pemenuhan kebutuhan pihak eksternal (investor atau kreditor) dan pihak internal (manajemen) perusahaan.Informasi biaya untuk internal perusahaan biasanya disajikan menyesuaikan dengan kebutuhan manajemen, sedangkan yang disajikan untuk pihak eksternal berbentuk laporan Laba-Rugi dan neraca perusahaan.Khusus manajemen perusahaan, informasi biaya ini begitu penting dan sangat membantu mereka dalam pengambilan sebuah keputusan dalam operasional perusahaan.
Tujuan Akuntansi Biaya antara lain:
1.       Perencanaan serta pengendalian biaya. Manajemen menyusun estimasi pendapatan dan biaya dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan perusahaan. dasar yang dipergunakan untuk estimasi biaya tersebut adalah data historis, namun fakor lain yang berpotensi memiliki pengaruh terhadap biaya juga dipertimbangkan. kemudian manajemen akan menelaah apakah biaya-biaya yang terjadi telah sesuai dengan perencanaan estimasi biaya yang telah disusun. Apabila ada penyimpangan maka manajemen harus menganalisa apa yang menjadi penyebabnya dan memeprtimbangakan langkah tindakan koreksi yang dibutuhkan.
2.         Untuk Menentukan harga pokok dari suatu produk ataupun jasa yang diproduksi oleh perusahaan dengan tepat serta teliti serta meringkas semua biaya produksi atau penyerahan jasa. Biaya yang disajikan merupakan biaya historis perusahaan. Akuntansi biaya umumnya  dalam penentuan harga pokok produknya ditujukan guna memenuhi kebutuhan dari manajemen puncak dan pihak eksternal. Maka dari itu, proses penyusunan akuntansi biaya ini dalam penentuan harga pokoknya berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku.
3.         Pengambilan Keputusan Manajemen, keputusan khusus ini menyangkut masa mendatang. Maka informasi akuntansi yang relevan dengan pengambilan suatu keputusan khusus slalu berhubungan dgn informasi yang akann datang. Laporan akuntansi biaya yang bertujuan untuk pengambilan sebuah keputusan merupakan bagian dari "akuntansi manajemen"
2.3    Biaya
        Faktor yang menjadi perhatian khusus bagi manajemen dalam penentuan harga jual adalah biaya.Dalam penentuan harga jual, faktor biaya digunakan sebagai batasan karena dalam kondisi wajar harga jual harus dapat menutup semua biaya yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan dapat menghasilkan laba yang diharapkan. Maka dapat diasumsikan bahwa harga jual yang ditetapkan harus lebih tinggi dari total biaya yang telah dikeluarkan supaya menguntungkan bagi perusahaan. Manajemen harus mampu menekan dan mengendalikan biaya agar struktur biaya tetap rendah sehingga harga jual produk yang ditawarkan dapat ditekan.
2.3.1Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2009:8) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah : “Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Menurut Hansen and mowen (2009:47) menyatakan bahawa : “Biaya adalah asset kas atau nonkas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan keuntungannya bagi perusahaan pada masa sekarang atau masa yang akan datang.”
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:7) menyatakan bahwa :“Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkkan dalam neraca.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat unsur dalam biaya, yaitu:
1.      Pengorbanan sumber ekonomis.
2.      Diukur dalam satuan uang.
3.      Telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi.
4.      Untuk mencapai tujuan tertentu
2.3.2  Penggolongan Biaya
Mulyadi (2009:13-17), menggolongkan biaya menjadi 5 golongan besar yaitu:
1.    Menurut objek pengeluaran
Penggolongan ini merupakan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai objek pengeluaran, seperti pengeluaran biaya telepon.
2. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan Biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
b.  Biaya pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk  melakukankegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll.
c.  Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya untuk meng-koordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk. Seperti biaya bagian akuntansi dan gaji personalia.
3.Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, ada 2 golongan, yaitu:
a. Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan proses produksi. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tetapi tidak mempengaruhi proses produksi tetapi mempunyai kontribusi dalam hubungannya dengan menyelesaikan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
4.  Menurut perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan. biaya dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi.
b.  Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya Semi Variable, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh: biaya listrik yang digunakan.
d.  Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.


5.Menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu;
a.  Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefitpada periode akuntansi atau pengeluaran yang dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
b.  Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.
2.4 Harga Pokok Produksi                                                                                       
2.4.1 Pengertian Harga Pokok Produksi                                                                     
Sebelum membicarakan pengertian harga pokok produksi, perlu dibedakan pengertian antara biaya produksi dengan harga pokok produksi, karena keduanya tidak sama. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi ini dibagi menjadi tiga elemen, yakni:
1. Biaya bahan baku                                                                                          
2.Biaya tenaga kerja                                                  
3.Biaya Overhead Pabrik                                                                               
  Mulyadi (2009 : 17) berpendapat : “Harga pokok produksi adalah biaya – biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi sebuah produk.”
 Menurut Ahmad Firdaus (2009 : 42) pengertian harga pokok produksi (Manufacturing cost) adalah biaya-biaya yang secara langsung berhubungan dengan produksi yaitu : biayabahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
2.4.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi
Unsur-unsur harga pokok produksi adalah biaya bahan baku langsung, upah
langsung dan biaya tidak langsung pabrik atau biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku langsung dan upah langsung digabungkan dalam kelompok biaya utama (prime cost). Upah langsung dan overhead pabrik digabung dalam kelompok biaya konversi (conversion cost), yang mencerminkan biaya pengubahan bahan baku langsung menjadi barang jadi. Berikut ini peneliti akan membahas unsur-unsur biaya produksi:
1.    Biaya Bahan Baku (BBB)
Kholmi & Yuningsih (2009:26) menjelaskan pengertian bahan baku adalah sebagai berikut : Bahan baku merupakan bahan yang sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi bagian wujud dari suatu produk yang ditelusuri ke produk tersebut.”
2.    Biaya Tenaga Kerja (BTK)
Kholmi & Yuningsih (2009:33) menjelaskan juga bahwa pengertian biaya tenaga kerja tidak langsung adalah sebagai berikut : “Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bekerja di pabrik tetapi tidak melakukan pekerjaan pengolahan secara langsung.”
          Menurut horngren et.al (2005: 45) meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat dilacak ke objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi) dengan cara ekonomis. Dari beberapa pengertian tentang biaya tenaga kerja maka dapat disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja adalah biaya balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang terlibat secara langsung dalam proses produksi.
3.Biaya Overhead Pabrik (BOP)
                         Menurut Cecily A. Raiborn (2011:50) Biaya Overhead Pabrik merupakan berbagai faktor atau biaya produksi yang tidak langsung untuk memproduksi sebuah produk atau menyediakan sebuah jasa. Maka, biaya overhead tidak memasukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Dengan tenaga kerja langsung menjadi sebuah bagian yang semakin lebih kecil dari biaya produk,biaya overhead menjadi sebuah bagian yang lebih besar, dan biaya tersebut patut menerima perhatian yang lebih daripada perlakuannya di masa yang lalu.
Sedangkan biaya manufaktur tidak langsung (indirect manufacturing costs) menurut Horngren et.al (2005: 45) adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi) namun tidak dapat dilacak ke objek biaya secara ekonomis. Dari beberapa pengertian tentang biaya overhead pabrik maka dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

2.4.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Blocher et.al (2011: 551) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada dua macam sistem penentuan biaya produk yang digunakan dalam jenis industri yang berbeda yaitu sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing) dan sistem penentuan biaya berdasarkan proses (process costing).
1.    Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Costing)
Merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan membebankan biaya ke pesanan tertentu. Karakteristik usaha perusahaan yang menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan yaitu :
a.         Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus.
b.        Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.
c.         Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan.
Manfaat harga pokok produksi berdasarkan pesanan adalah :
a.         Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada  pemesan.
b.        Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
c.         Memantau realisasi biaya produksi.
d.        Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
e.         Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
2.  Penentuan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)
Mengakumulasikan biaya produk atau jasa berdasarkan proses atau departemen dan kemudian membebankan biaya tersebut ke sejumlah besar produk yang hampir identik. Karakteristik usaha perusahaan yang menggunakan sistem penentuan biaya berdasarkan proses yaitu:
a.    Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
b.    Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
c.    Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Manfaat Harga Pokok Produksi berdasarkan proses adalah :
a.    Menentukan harga jual produk.
b.    Memantau realisasi biaya produksi.
c.    Menghitung laba atau rugi periodik.
d.   Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk  dalam proses yang disajikan dalam neraca.
2.4.4 Metode Penilaian Harga Pokok Produksi
1. Metode Full Costing Mulyadi (2009:18) yang dimaksud dengan full costingadalah: “Full costing (absorption costing) adalah penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel (variable cost) maupun yang bersifat tetap (Fixed cost).
Dalam metode full costing overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar periode yang telah ditentukan pada kapasitas normal atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (periode harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjadi. Karena overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar periode yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut akan terjadi pembebanan biaya overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi).Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi sebelum produk dijual.Metode full costing menunda pembebenan overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual.Jadi overhead pabrik yang terjadi baik yang berprilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut dijual.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulkan bahwa unsur harga pokok produk menurut metode ini meliputi :
Biaya bahan baku                                            Rp.xxx
Biaya tenaga kerja langsung                           Rp.xxx
Biaya overhead pabrik tetap                           Rp.xxx
                        Biaya overhead pabrik variable                      Rp.xxx
                         Harga pokok produksi                                    Rp.xxx
2. Metode pembiayaan variabel (variable costing)
Mulyadi (2009:19) menjelaskan yang dimaksud dengan variable costing adalah: Metode pembiayaan variabel (variable costing) atau periodic costing atau sering pula disebut direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang hanya membebankan biaya-biaya produksi periodik saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari:
a)    Biaya bahan baku
b)   Biaya tenaga kerja
c)    Overhead pabrik variabel
Dalam metode variable costing overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai periode harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.Dengan demikian overhead pabrik tetap dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut. Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindati terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang. pabila diperhatikan, maka metode pembiayaan variabel ini mempunyai keuntungan bagi manajemen untuk membuat keputusan dan juga untuk pengendalian biaya. Misalnya, menentukan penerimaan pesanan khusus.Tatapi di luar kebutuhan manajemen tersebut, konsep ini masih diragukan, terutama dalam penilaian aset dan penentuan laba periodik.
Biaya produksi yang bersifat tetap pada variable costing diperlakukan sebagai biaya periodik, artinya dibebankan sepenuhnya sebagai biaya periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur harga pokok produk menurut metode ini meliputi :
Biaya bahan baku                                            Rp.XXX
Biaya tenaga kerja langsung                           Rp.XXX
                        Biaya overhead pabrik variable                      Rp.XXX
Harga pokok produksi                                                Rp.XXX
2.5 Pendekatan dalam Penentuan Harga Jual
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan harga jual, pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini:

1. Penentuan Harga Jual Berdasarkan Teori Ekonomi.
Sebagian besar teori ekonomi mikro membahas mengenai persoalan harga. Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa harga jual yang paling baik atas barang atau jasa adalah harga jual yang menghasilkan perbedaan paling besar antara total pendapatan dengan total biaya. Pada model ekonomi, harga jual disusun berdasarkan tipe pasar yang dihadapi oleh perusahaan.
2.  Penentuan Harga Jual Berdasarkan Biaya atau Konsep Akuntansi (Penentuan Harga Jual Produk Standar).
Seringkali manajemen menentukan harga jual atas dasar biaya.Penentuan harga jual berdasarkan biaya ini sering disebut metode penentuan harga jual cost plus(cost - plus pricing). Prinsip dasar dalam penentuan harga jual produk standar adalah bahwa harga jual harus cukup untuk menutup semua biaya dan menghasilkan laba dalam jangka panjang sehingga dapat memberikan return yang wajar bagi para pemegang saham serta mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Semua biaya yang harus ditutup tersebut meliputi biaya produksi, pemasaran, administrasi dan umum, dan biaya keuangan baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel (Supriyono, 2001:332).
2.6 Harga Jual
Harga merupakan satu hal penting, dimana harga merupakan komponen besar dari kepuasan konsumen, dan nilai produk adalah sesuatu yang dirasakan konsumen, jadi pembeli membantu menetapkan nilai dari produk.Dari sudut pandang produsen, harga mempunyai peranan yang sangat penting. Laba yang akan diperoleh perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan oleh seberapa besar pendapatan yang mereka peroleh, dan ini tergantung dari berapa banyaknya jumlah produk yang terjual. Banyaknya jumlah penjualan produk sangat di pengaruhi oleh harga jual produk itu sendiri.Jadi harga jual merupakan hal penting atas suatu produk yang dijual baik bagi produsen, maupun bagi konsumen.Harga ialah nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam satuan rupiah atau satuan uang lainnya.Sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan kepada pembeli atau pemakai barang dan jasa.Dalam hal ini harga jual merupakan suatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang dan jasa serta pelayanannya.
Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan.Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. (Swastha, 2007:241).
Menurut Mulyadi (2007), dalam manajemen tradisional, produsen menentukan harga jual produk atau jasa dengan berangkat dari taksiran biaya penuh (Full Cost) produk atau jasa kemudian ditambah dengan laba yang diharapkan, sehingga formula harga jual produk atau jasa terlihat sebagai berikut:
“Harga Jual = Biaya Penuh (Full Cost) + Laba memadai yang diharapkan”. Pada prinsipnya rumus penentuan harga jual adalah sebagai berikut :
“Harga Jual = Biaya produksi + Biaya non produksi + Laba yang diharapkan” (Mulyadi, 2007).
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga jual merupakan biaya penuh ditambah biaya wajar atau laba yang diinginkan oleh perusahaan yang dibebankan kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.
2.6.1Tujuan Penetapan Harga Jual Produk
Didalam menentukan harga jual, perusahaan harus jelas dalam menentukan tujuan yang hendak dicapainya, karena tujuan tersebut dapat memberikan arah dan keselarasan pada kebijaksanaan yang diambil perusahaan. Suatu perusahaan dapat mengejar enam tujuan melalui penentapan harga (Philip Kotler 2008 : 638), yaitu :
1.    Kelangsungan hidup
Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya, jika mengalami kapasitas lebih, persaingan ketat, atau perubahan keinginan konsumen.Untuk menjaga agar pabrik tetap beroperasi dan persediaan dapat terus berputar, mereka sering melakukan penurunan harga.Laba kurang penting dibandingkan kelangsungan hidup.Selama harga dapat menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, perusahaan dapat terus berjalan.Tetapi kelangsungan hidup hanyalah tujuan jangka pendek.Dalam jangka panjang, perusahaan harus dapat meningkatkan nilainya.
2. Laba sekarang maksimum
Banyak perusahaan menetapkan harga yang memaksimalkan labanya sekarang. Mereka memperkirakan bahwa permintaan dan biaya sehubungan sebagai alternatif harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau pengembalian investasi yang maksimum.
3. Pendapatan sekarang maksimum
Beberapa perusahaan menetapkan harga yang akan memaksimalkan pendapatan dari penjualan. Maksimalisasi pendapatan hanya membutuhkan perkiraan fungsi permintaan. Banyak manajer percaya bahwa maksimalisasi pendapatan akan menghasikan maksimalisasi laba jangka panjang dan pertumbuhan pangsa pasar.
4. Pertumbuhan penjualan maksimum
Perusahaan lainnya ingin memaksimalkan unit penjualan. Mereka percaya bahwa volume penjualan lebih tinggi akan menghasilkan biaya per unit lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Mereka menetapkan harga terendah dengan mengasumsikan bahwa pasar sensitif terhadap harga.Ini disebut penetapan harga penetrasi pasar.
5. Skimming pasar maksimum
Skimming pasar anya mungkin dalam kondisi adanya sejumlah pembeli yang memiliki permintaan tinggi, biaya per unit untuk memproduksi volume kecil tidaklah sedemikian tinggi, sehingga dapat mengurangi keuntungan penetapan harga maksimal yang dapat diserap pasar, harga yang tinggi tidak menarik lebih banyak pesaing, harga tinggi menyatakan citra produk superior.
6. Kepemimpinan mutu produk
Perusahaan mungkin mengarahkan untuk menjadi pemimpin dalam hal mutu produk dipasar, dengan membuat produk yang bermutu tinggi dan menetapkan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya. Mutu dan hargayang lebih tinggi akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari rata­rata industrinya.
2.6.2 Metode yang Digunakan dalam Penetapan Harga Jual
Dalam penetapan harga jual produk tidak jarang perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan atau manufaktur biasanya menejemen perusahaan memerlukan informasi biaya yang digunakan aktivitas perusahaan sebagai dasar untuk penetapan harga jual produk.Penetapan harga jual berdasarkan jumlah biaya per satuan produk yang keluar ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Menurut Herman (2006:175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price determination) yang dapat dilakukan dalam perusahaan, yaitu:
1. Metode taksiran (judgemental method)
Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini.Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan.Biasanya metode ini digunakan oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik.Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor.Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh instink.
2. Metode Berbasis Pasr (Market-Based Pricing)
a. Harga pasar saat ini (current market price). Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat.Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya.
b. Harga pesaing (competitor price). Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu.Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa, dan sebagainya.
c.  Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current market price). Penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan, tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spendling, siklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca, dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan efisiensi produk atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya.


3. Metode Berbasis Biaya (Cost-Based Pricing)
Ada beberapa metode penentuan harga dengan pendekatan biaya :
a. Penentuan harga biaya plus (Cost Plus Pricing Method). Penentuan harga jual produk normal, harga jual harus mampu dan cukup untuk menutup semua biaya dan menghasilkan laba sehingga dapat memberikan return yang wajar bagi para pemegang saham, serta mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Dalam keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi biaya penuh masa akan datang sebagai dasar penentuan harga jual produk atau jasa. Metode penentuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang dengan suatu persentase mark-up. Cost plus pricing merupakan suatu metode penentuan harga jual dimana harga dihitung dengan dasar biaya produksi dengan biaya penjualan produk dengan tambahan mark-up yang pantas. Penentuan harga jual menggunakan metode harga jual normal ini dapat dihitung menggunakan pendekatan penentuan harga jual yang didasarkan atas biaya yang tidak dapat dipisahkan dengan peranan harga pokok produksi. Harga pokok produksi menunjukkan akumulasi biaya produksi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan produk atau jasa siap jual. Dengan metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yang dikehendaki pada unit tersebut (margin).Alternatif metode yang ditawarkan dalam perhitungan harga pokok yang berbasis biaya adalah metode Full Costing dan Variable Costing.Penentuan  harga jual menggunakan metode harga jual normal dapat dihitung menggunakan pendekatan sebagai berikut:
a)    Pendekatan harga pokok produksi penuh (Metode Full costing). Pendekatan yang lebih menekankan pada pencapaian laba jangka panjang sehingga harga jual yang ditetapkan harus mampu untuk menutup semua biaya yang dikeluarkan. Dalam keadaan normal, harga jual harus dapat menutup biaya penuh ditambah laba wajar. Laba wajar dihitung berdasarkan presentasi tertentu dari aktiva penuh. Sedangkan yang dapat menghasilkan laba yang diharapakan dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa.
b)   Pendekatan harga pokok variable. Pendekatan harga pokok produksi penuh sebagai dasar penentuan harga jual yang menekankan penggolongan biaya berdasarkan fungsinya. Sedangkan harga pokok variabel sebaagai dasar penentuan harga jual menekankan pada penggolongan biaya berdasarkan perilakunya. Pada pendekatan ini penentuan harga jual produk ditentukan sebesar biaya variabel ditambah mark up yang harus tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan untuk menghasilkan laba yang diinginkan.
b. Penetapan harga Mark Up. Metode ini adalah kondisi disaat pedagang membeli barang-barang dagangannya untuk dijual kembali dan harga jualnya menambahkan mark uptertentu terhadap harga  beli. Masalah penting dalam penerapan penentuan harga jual cost-plus adalah penentuan besarnya persentase mark up yang ditambah pada biaya. Baik pada pendekatan harga pokok produksi penuh maupun pada harga pokok produksi variabel, elemen biaya tertentu tidak dimasukkan ke dalam pengertian biaya, harga pokok produksi penuh tidak memasukkan biaya non-produksi sebagai elemen biaya dan harga pokok produksi variabel tidak memasukkan biaya tetap sebagai elemen biaya. Oleh karena itu, mark up harus mampu menutup elemen biaya yang tidak dimasukkan ke dalam biaya dan harus dapat menghasilkan laba yang diinginkan. Pendekatan return on investment (ROI) dapat digunakan untuk menentukan besarnya persen markup yang ditambahkan pada biaya.Mark up yang dihitung dengan pendekatan ROI menggambarkan biaya yang harus ditutup dan return atas investasi yang diinginkan. Pendekatan ini dapat digunakan untuk harga pokok penuh dan biaya variabel. Rumus persentase mark up adalah sebagai berikut (Supriyono, 2007:337).
a)    Rumus perhitungan markup dalam pendekatan harga pokok produksi penuh ditambah markup:
            Prosentanse mark up = Biaya Variabel + Return yang diinginkan atas aktiva                                   Volume penjualan dalam unitXBiaya produksi per unit

b) Rumus perhitungan mark up dalam pendekatan harga pokok produksi variabel ditambah mark up:
            Prosentase Mark up = Biaya Tetap + Return yang diingingkan atas aktiva
Volume penjualan dalam unitXBiaya variabel per unit

2.7  Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dapat dilihat pada tabel 2.8
Tabel 1. Daftar Peneliatan Terdahulu
No
Nama peneliti & Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil dari Penelitian

1.
Risma Catharina Rahmawaty Sirait
(2007),

Analisis  perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jualproduk pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan

Perhitungan harga pokok produksi, penentuan harga jual
Bahwa perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jual produk Coca Cola telah efektif
dan efisien.


2.
Marini Sofia Ratag (2011)
Perhitungan harga pokok produksi roti menurut teori akuntansi secara benar dan akurat pada D’Rek Mini Bakery berdasarkan metode harga pokok proses, serta penentuan harga jual
yang sesuai berdasarkan cost plus approach dengan metode konsep biaya total

Harga pokok produksi, harga pokok proses, cost plus approach, konsep biaya total.
Bahwa harga pokok produk roti isi coklat pisang ternyata berada diatas harga jual roti tersebut.


3.
Kuni Zamiati (2013)
Analisis perhitungan harga pokok produksi yang tepat untuk
Menentukan harga jual produk(studi kasus pada cv.al-Mughist udanawu blitar)

Harga pokok produksi, harga jual, metode full cost pricing
Setelah penelitian dilakukan maka dapat diketahui bahwa penentuan harga pokok produksi belum tepat, karena biaya telepon, biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan gedung dan biaya perbaikan dan pemeliharaan tidak dibebankan dalam biaya overhead pabrik melainkan pada laporan laba rugi.


4.
Ira Marsalina, Nurita Affan, Raden Priyo Utomo. (2014)
Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menetapkan Harga Jual Air Minum Dalam Kemasan Pada
PDAM Tirta Mahakam Kutai Kartanegara

Harga Pokok Produksi, Menetapkan Harga Jual AMDK
Bahwa harga pokok produksi menurut AMDK Tuah Bumi lebih rendah daripada harga pokok produksi yang telah ditentukan oleh perhitungan akuntansi biaya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa harga jual menurut AMDK tuah Bumi lebih rendah daripada harga jual yang telah ditetapkan oleh perhitungan akuntansi biaya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bila harga jual menurut akuntansi
biaya yang dipergunakan maka perusahaan akan mengalami keuntungan/laba.


5.
Fergiawan akbar. (2016)
Penghitungan harga pokok produksi dengan metode
Full costing
Sebagai dasar penentuan harga jual(studi kasus ukm rengginang sari ikan di sumenep)

Harga pokok produksi, metode full costing, harga jual.
Penghitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan oleh UKM
Rengginang Sari Ikan masih sangat sederhana. Masih terdapat biaya overheadyang belum dihitung dalam proses produksi seperti biaya bahan penolong, biaya perawatan dan pemeliharaan peralatan serta biaya penyusutan peralatan


2.8 Kerangka Berpikir
Biaya yang terjadi pada perusahaan menufaktur digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :
1.      Biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya­biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi terdiri dari :

a. Biayabahanbaku                                                                                               b. Biaya tenaga kerja                                                                  c. Biaya overhead pabrik
2. Biayanonproduksi                                                                               
  Biaya non produksi adalah biaya­biaya selain biaya produksi. Biaya non produksi terdidi dari :                                                                             
       a. Biaya pemasaran                                                                           b.Biayaadministrasiumum
Dalam menentukan harga pokok produksinya, produsen dapat menentukan harga jual berdasarkan biaya­biaya yang dikeluarkan perusahaan baik biaya-biayanon produksi dan biaya-biaya produksi dari perusahaan tersebut.Dimana keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan dapat dijadikan landasan metode penentapan harga jual yang dipakai perusahaan.Untuk lebih singkatnya, dapat dilihat dalam kerangka berpikir pada gambar 1.
 

Komentar

Popular Posts

Download Wondershare Filmora 8.7.4.0 + Crack [BaliBagus dotKom]

MAKALAH HIMPUNAN dan ANGGOTA-ANGGOTANYA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN BENGKEL LAS DAN BUBUT SABDHA LOGAM